OLEH: MUHAMMAD PLATO
“Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al
Hajj, 22:46). Penglihatan bukan hanya pekerjaan mata. Ada tiga perangkat yang harus
selalu kita gunakan untuk melihat, diantaranya hati, akal, dan penglihatan
(indera).
Pertama, perangkat yang
paling menentukan adalah hati. Fungsi hati
di dalam Al-Qur’an dijelaskan sebagai perangkat yang memiliki tugas memberi
sudut pandang kepada objek apakah objek dibenci atau cinta. Jadi fungsi hati
itu hanya dua saja yaitu benci dan cinta. Setiap objek oleh hati akan dimaknai
sebagai sesuatu yang dibenci atau dicinta. Jadi hati menjadi awal sebab dari
sudut pandang seseorang dalam mengapresiasi sebuah benda atau kejadian.
Apa yang kita ucapkan dan
lakukan semuanya bersumber dari hati. Jika hati mencintainya maka kita akan
melakukannya, jika hati membenci maka kita tidak akan melakukannya. Demikianlah
cara kerja sederhana hati dalam melihat kenyataan. Apakah hati bisa diandalkan?
Bisa, tetapi hati tidak bisa bekerja sendirian. Hati butuh bantuan perangkat
kedua yaitu akal.
"Hati memberi pengaruh pada persepsi, jika hati mu dengki maka bukan matamu yang buta" (Muhammad Plato) |
Akal fungsinya berpikir. Kegiatan
berpikir adalah mengolah pengetahuan salah satunya hasil dari penglihatan (pengideraan).
Mengolah pengetahuan adalah berlogika. Arti sederhana dari berlogika adalah
menghubung-hubungkan objek dengan pola sebab akibat.
Jadi posisi akal yang tugasnya
berpikir atau mengolah pengetahuan, fungsinya adalah memberi tahu kepada hati. Akal
itu pembisik hati. Ada kalanya sesuatu yang buruk belum tentu buruk, dan
sesuatu yang baik belum tentu baik. “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal
berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Albaqarah,
2;216).
Jadi jika hati difungsikan sendirian tanpa
kolaborasi dengan akal, penglihatan, dan petunjuk dari Al-Qur’an, manusia bisa
tersesat. Manusia diberi potensi baik, ada sisi-sisi yang tidak diketahui hati,
akal, dan penglihatan, karena Yang Maha Mengetahui hanya Allah. Maka dari itu,
Allah menurunkan wahyu kepada para rasul sebagai pedoman hidup.
Perangkat ketiga yaitu
mata dalam arti luas indera, fungsinya hanya mengidentifikasi data sesuai
dengan persepsi yang dibangun hati dan pikiran. Jika persepsinya hati benci,
maka pikiran menginstruksikan mencari data negatif dan mata memenuhi tugasnya
akan melihat-lihat sisi negatif yang harus dilihatnya. Jika hati cinta, maka
pikiran akan kreatif memerintahkan mata mencari sisi-sisi positif.
Maka, jika mata cenderung
melihat keburukan saja dari setiap kejadian bukan mata yang buta, tetapi
hatinya yang buta plus pikiran. Hati yang buta yaitu hati yang sudah dihinggapi
penyakit benci, iri, dengki, munafik, dan dusta. Bukankah kita pernah
merasakan, jika kebencian sudah ada dalam hati maka pikiran dan mata kita akan
sulit mendapat data kebaikan. Maka Nabi Muhammad saw. mengajarkan kepada kita
untuk selalu menjaga hati tetap cinta kebaikan, dengan mengenali bahwa tidak
semua kebaikan ada pada yang kita sukai, tetapi kebaikan ada dalam hal yang
kita benci, jika hati kita tidak buta.
Untuk menjaga hati tidak
buta manusia butuh petunjuk dari Tuhan. Allah menciptakan malaikat yang cinta
kebaikan dan setan yang mencintai keburukan. Al-Qur’an memberi petunjuk Allah tidak
semata-mata menciptakan jin dan manusia untuk mengenali kebaikan (ibadah). Maka
Allah mengingatkan carilah kebaikan dibalik kebaikan, dan carilah kebaikan
dibalik keburukan, karena Allah menciptakan seluruh makhluk dengan kebaikan. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment