OLEH: MUHAMMAD PLATO
Sahabat sekalian, pernah
terpikir tidak untuk hidup dengan passive income? Saya juga berpikir
begitu, ingin rasanya hidup dengan kondisi keuangan passive income. Jika
saya pada posisi itu, saya berimajinasi, akan saya dunakan uang yang saya
miliki untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Ketika
ada orang yang sedang bangun masjid, tak perlu ngencleng di pinggir jalan. Saya
akan panggil panitia pembangunan masjid dan ditanya berapa dana yang dibutuhkan.
Saya akan segera penuhi sampai selesai. Ketika ada anak jalanan, saya tanya apakah
mereka mau hidup layak? Lalu saya siapkan sekolah dan pekerjaan untuk mereka.
Ketika ada orang-orang sulit cari pekerjaan, saya ajak mereka untuk
mengembangkan bisnis bersama-sama. Bahagia rasanya jika hidup ini bisa
menyelesaikan masalah-masalah kehidupan masyarakat.
Namun bagaimana caranya
supaya hidup ini bisa ada pada posisi passive income? Alternatif pertama;
kita harus memulai bisnis dan mengembangkan bisnis hingga beromset miliaran.
Kita harus berani mengawali bisnis-bisnis dari hal kecil. Rumus memulai bisnis
adalah kunfayakun! Artinya kerjakan, action, dan berproseslah
dari satu, dua, tiga, dst. Ketika kita memulai bisnis sekalipun kecil, kita
harus melakukannya. Tanpa melakukan kita tidak akan pernah punya kesempatan
sukses. Ternyata, sudah beberapa tahun mencoba bisnis, saya belum menemukan
bisnis yang bisa mememberi dan menambah penghasilan sampai passive income.
BEKERJA ADALAH MELAKSANAKAN PERINTAH TUHAN, UNTUK MELAYANI, MEMENUHI KEBUTUHAN ORANG LAIN. (MUHAMMAD PLATO) |
Namun saya tidak pernah
putus asa untuk bisnis, karena niat bisnis saya yang utama bukan cari untung
dulu, tapi cari rugi alias cari pengalaman, percobaan, atau ilmu bisnis. Dan
tujuan bisnis paling dasar sekali adalah membantu orang. Alhamdullillah, sampai
sekarang beberapa bisnis sudah memberi keuntungan dalam bentuk membuka lapangan
pekerjaan, sekalipun saya tidak dapat untung material sepeser pun setiap bulan.
Setiap bulan bisnis saya secara material rugi, tetapi karena niatnya bantu
orang, setiap bulan saya keluarkan uang dari kantong sendiri yang penting bisnis
tetap jalan dan orang tetap punya pekerjaan. Saya serahkan urusan rezeki kepada
Tuhan.
Alternatif kedua, agar
bisa sampai pada posisi passive income adalah dengan menyederhanakan hidup dan total
berserah diri kepada Tuhan. Setelah saya
amati ternyata hidup ini hanya apa yang kita makan dan pakai setiap hari. Baju
tidak lebih dari tujuh potong sesuai jumlah hari, dan makanan tidak lebih dari tiga
piring yang kita makan sehari. Baju yang numpuk di lemari tidak bisa saya pakai
semua, karena setiap hari pakai baju kerja yang sudah dijadwal pemakaiannya dan
baju bebas ketika libur. Banyak baju yang tidak bisa saya pakai. Baju yang
tidak bisa saya pakai adalah passive income yang bisa saya dermakan untuk bantu
orang. Makanan pun tidak lebih dari tiga piring sehari, dan bisa saya penuhi
dengan sedikit nasi, ikan, dan sayuran dengan harga 2000 satu ikat yang bisa
digunakan beberapa kali makan.
Saya berkesimpulan
kondisi passive income yang mungkin disa dialami oleh setiap orang
adalah dengan menyederhanakan hidup, dengan memilih waktu makan ketika lapar,
membeli pakaian ketika butuh, membeli kendaraan berdasarkan fungsinya dan meminimalisir
aksesoris hidup. Hindari utang dengan cara riba, dan berutang hanya untuk
investasi.
Untuk mendukung hidup
sederhana bisa dibangun pola pikir total surrender, menyerahkan segala
urusan rezeki kepada yang mengurus semua makhluk yaitu Tuhan. Tota surrender
adalah bekerja dengan niat membantu kesulitan orang, disiplin, full power,
dan membiarkan urusan rezeki dijamin Tuhan yang punya ketentuan pasti. Passive income
adalah suatu keadaan ketika pada posisi, wamaa umiruu illaa liya’budulloha
mushlisiina lahuddin. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus. (Al Bayyin, 98:5). Orang-orang yang berkarakter
passive income adalah mereka yang dalam segala kondisi tetap shalat (teguh berkeyakinan
dan berharap pada Tuhan), dan zakat (tetap komitmen untuk membantu sesama).
Pada posisi “kemurniaan
ketaatan”, seseorang sudah mencapai derajat merasakan rezeki banyak tetapi kebutuhan
material untuk pribadi harmpir tidak ada. Artinya, posisi passive income
seseorang akan terjadi jika seseorang berhasil menekan seminimal mungkin
kebutuhan pribadi. Aktivitas sehari-harinya
menjadi aktivitas kemurnian ketaatan kepada Tuhan, pada posisi ini rezeki orang
akan diangkat dan dijamin oleh Allah kehidupannya hingga sempurna rezekinya di
dunia dan akhirat. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment