OLEH: MUHAMMAD
PLATO
Untuk anak-anak muda mungkin cinta dimaknai sebagai kehendak
rasa kepada lawan jenis. Mayoritas anak-anak memahami cinta adalah urusan sekitar
asmara. Lalu cinta ini dikemas dalam bahasa-bahasa asmara yang puitis. Seolah-olah
bahasa puitis itu sebagai ekspresi dari bahasa cinta. Sampai akhirnya
orang-orang berkesimpulan bahwa cinta adalah sesuatu yang sulit diungkapkan. Pengertian
cinta juga tereduksi menjadi sesuatu yang bersifat hubungan pribadi dan personal
yang jangan sembarang diungkapkan.
Saya mencoba mengungkap menggali makna cinta dari Al-Qur’an,
agar punya pemahaman lain dan merasa dekat dengan Allah. Saya berpendapat Al-Qur’an
berisi petunjuk, maka dalam memahami sebuah konsep, Tuhan pasti memberi
petunjuk dalam kitab-Nya. Informasi dari Al-Qur’an harus digali untuk
mengungkap rahasia kehidupan.
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran, 3:31).
Berdasarkan ayat di atas ada beberapa kata kerja yang berkaitan
dengan kata “cinta”. Secara berurutan
yaitu, “ikuti aku, mengaisihi, dan
mengampuni”. Saya berpendapat bahwa kata-kata kerja ini menjadi petunjuk
untuk memahami cinta.
HARAM CINTAI ISTRI KARENA CINTA ITU HANYA TAAT KEPADA ALLAH (MUHAMMAD PLATO) |
Memahami arti cinta sangat penting, karena ekpresi cinta bisa
dalam bentuk kemunkaran, yaitu jika cintanya bukan kepada Tuhan yaitu kepada
makhluk. Cinta kepada makhluk bisa menjadi sebab timbulnya ekspresi-ekpresi buruk.
Seseorang yang mencintai pasangannya bisa mendatangkan cemburu dan pembunuhan. Untuk
itu, cinta harus kita pahami berdasarkan petunjuk dari Allah.
Kesalahan memahami dan mengekpresikan cinta bisa menyebabkan
sifat-sifat buruk (bakhil). Sebagaimana Allah jelaskan, wa innahu lihubbil
khoiri lasadiid (sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada
harta). (Al ‘Aadiyaat, 100:80).
Konsep cinta harus dipahami dua sisi yaitu vertikal dan horizontal.
Maka dari keterangan surat Ali Imran, cinta adalah taat kepada Allah (vertical)
yang diimplementasikan dalam sikap mengasihi dan mengampuni kepada seluruh
makhluk (horizontal).
Cinta itu hanya kepada Allah, sedangkan kepada makhluk
hanyalah ekpresi cinta kepada Allah dalam wujud ketaatan. Ekpresi ketaatan
kepada Allah dimplementasikan kepada makhluk dengan mengasihi dan mengampuni. Setiap makhluk tidak
layak dicintai, tetapi hanya berhak mendapat ekpresi cinta kita kepada Allah.
Hubungan sesama makhluk hanya sebatas saling mengekpresikan
sifat Allah. Menikah adalah ekpresi manusia dalam mewujudkan cintanya kepada Allah.
Menikah dengan lawan jenis adalah hubungan saling mengasihi bukan saling
mencintai. Terjadinya rasa saling mengasihi bukan karena cinta, tetapi didasari
oleh rasa saling mengampuni (memaklumi) kekurangan.
Setiap orang diciptakan sebagai makhluk pembuat salah. Orang-orang
yang diliputi cinta dalam arti ketaatan kepada Allah tampil menjadi
pribadi-pribadi yang selalu memberi ampunan atas kesalahan-kesalahan makhluk lain.
Mengasihi dan mengampuni adalah sifat-sifat Allah yang dimiliki oleh orang-orang
yang diliputi rasa cinta kepada Allah.
Pendengki, pemarah, penganiaya adalah ekpresi dari cinta kepada
selain Allah, sehingga ekpresinya tidak dilandasi oleh ketaatan kepada Allah melainkan
taat kepada selain Allah. Jangan mencintai Istri atau suami, karena cinta
kepada makhluk sama dengan menduakan Allah. Jadi sudah dipastikan bahwa kata-kata
atau ungkapan cinta dari makhluk kepada makhluk
adalah gombal, dan mengundang cemburu Allah.
Cinta adalah taat kepada Allah. Siapa yang cinta
kepada selain Allah berarti dia taat kepada makhluk dan telah menduakan Allah,
maka dia telah bersekutu dengan setan. Menduakan Allah adalah dosa tidak
terampuni. Wallahu’alam.
(Penulis Head Master Trainer Logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment