OLEH: MUHAMMAD PLATO
Prof. Ika Rochdjatun Sastrahidayat
mengatakan, “Jika ada orang berbicara, menyampaikan firman Allah dalam kitab suci, maka
dengarkanlah dengan seksama jangan melihat siapa yang menyampaikannya". Jika
ada orang sedang meyampaikan kitab suci, lalu ada orang mengatakan, "jangan didengarkan
karena dia bukan golongan kita, atau pendidikannya tidak sesuai, maka orang itu sedang
disesatkan”.
Firman Tuhan tidak akan
berubah kualitasnya hanya karena siapa orang yang menyampaikannya. Banyak orang
terjebak dan tidak mendapat hidayah kebenaran dari Allah, karena melihat siapa yang
menyampaikannya.
Banyak orang terjebak dengan
pendidikan, gelar, tampilan, terlalu menyucikan makhluk, mengultuskan individu, dan terlalu egois. Jebakan-jebakan ini banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jebakan-jebakan
ini menjadi sebab manusia sulit mendapat pelajaran dari Allah.
Kitab suci adalah
perkataan atau lisan Allah. Firman Allah dalam kitab suci akan disampaikan oleh
seluruh makhluk yang ada di muka bumi. Setiap kejadian alam, di bumi dan di
langit, ada kalimat kalimat Allah di dalamnya. Pada prinsipnya
alam semesta sedang menyampaikan kalimat kalimat Allah.
Kehidupan sosial, politik,
budaya, adalah fenomena yang sedang menyampaikan kalimat-kalimat Allah. Kehidupan
sehari-hari, obrolan, tayangan televisi, terdapat kalimat-kalimat Allah.
Untuk itu, penelitian
yang dilakukan oleh ilmuwan, guru, mahasiswa, pelajar, pada hakikatnya sedang
mencari kalimat-kalimat Allah dari materi ajar yang dipelajarinya.
Seorang ilmuwan yang bisa menemukan teori, menemukan teknologi, belum tuntas penelitiannya
sebelum menemukan dan menyampaikan ada kalimat-kalimat Allah dalam ilmu yang
ditemukannya.
Seluruh guru mata
pelajaran di sekolah pada intinya harus mengabarkan kepada seluruh siswa tentang
kalimat-kalimat Allah karena itu esensi dari seluruh mata
pelajaran. Sudah sekian lama kegiatan belajar di sekolah kering makna, karena sedikit
sekali ditemukan kalimat-kalimat Allah dalam setiap pembelajaran. Kalimat-kalimat Allah hanya disampaikan dalam mata pelajaran agama, dan anak-anak kita
terjebak oleh mata pelajaran yang tidak berkenalan dengan Allah.
Masyarakat ketika
belajar agama, sering terjebak oleh siapa orang yang menyampaikannya, dari
mana pendidikannya, dari mana kelompoknya, dari mana alirannya? Pola pikir
masyarakat seperti ini menjadi sebab miskinnya hidayah dan berkah ilmu dari Allah, karena kita terjebak dan tidak sadar telah menolak
kebenaran-kebenaran dari Allah karena tertutup oleh siapa yang menyampaikan
bukan apa yang disampaikannya.
Dalam surat Al-Alaq kita
sudah diperintahkan, “sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan
sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan), (Al ‘Alaq, 96:19).
Allah memberitahu kepada seluruh manusia, jangan berpaling dari kebenaran Allah karena melihat sukunya,
bangsanya, negaranya, rasnya, alirannya, kelompoknya, pendidikannya, pakaiannya,
gelarnya, egonya, atau prasangka buruk. Temukanlah kalimat-kalimat Allah dari seluruh
jagat raya ini, karena jagat raya adalah ayat-ayat Allah yang mengabarkan
kepada manusia tentang kebenaran-kebenaran Allah yang nyata.
Jangan menjadi orang buta, tuli, dan bisu, dalam mengenal kalimat-kalimat Allah, hingga hati kita menjadi buta. Hati yang buta adalah
jiwa kita yang sudah terjebak oleh pikiran yang memandang baik
ciptaan-ciptaan Allah hingga menghalangi kebaikan-kebaikan dari Allah.
PENDIDIKAN ADALAH MENGAJARKAN KALIMAT-KALIMAT ALLAH YANG ADA DALAM SELURUH MATA PELAJARAN (MUHAMMAD PLATO) |
“maka apakah mereka tidak
berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada. (Al Hajj, 22:46).
Lalu apakah penyebab
terjebaknya diri kita dari mengenal kalimat-kalimat Allah? Itu karena kita
berprasangka menurut persepsi kita sendiri, tidak mengikuti petunjuk-petunjuk berpikir
yang benar dari Allah yang tertuang dalam kitab suci Al-Qur'an. Sesungguhnya kita sering terjebak
oleh persepsi diri kita sendiri, karena tidak berani belajar memahami kalimat-kalimat Allah dari kitab suci. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment