OLEH: MUHAMMAD
PLATO
Dakwah itu sama dengan mengajar. Guru, ustad, kiyai, profesor,
ulama, tugasnya adalah mengajar sebagaimana tugas para nabi. Untuk itu para pengajar
adalah pewaris para nabi, karena memiliki tugas yang sama dengan nabi. Mengajar
harus mengacu kepada cara-cara nabi. “Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah
menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". (Yasin, 36:17)
Materi mengajar sumbernya dari sunnah dan kitab suci Al-Qur’an.
Siapapun orangnya, mau guru, ustad, kiyai, profesor, ulama, jika etika mengajarnya
bertentangan dengan sunnah dan kitab suci, dia telah melanggar ketentuan Allah.
Bagi penulis mengajar atau dakwah adalah memberikan
penjelasan tentang suatu kejadian, berdasar ketentuan dari Tuhan. Arifin dan
Arifin (2019:80), menjelaskan tiga materi esensial yang dibutuhkan manusia
dalam pengajaran yaitu, physical, intellectual, and spiritual (divine
law, belief, ethics and moral character). Konten pengajaran tidak boleh
menyalahkan pendapat orang lain, atau membenarkan pendapat sendiri. Pengajaran
harus berisi penjelasan tentang suatu perkara yang dijelaskan berdasarkan ketentuan
yang terjadi di alam dengan tinjauan yang bersifat holistik.
Mengajar juga tidak boleh memiliki tendensi menyudutkan
pendapat orang lain, atau mengkafirkan kelompok lain. Mengajar tidak boleh
menghina, atau merendahkan manusia satu dan yang lainnya. Pengajar harus selalu
menjelaskan dan mengingatkan bahwa kebenaran milik Allah dan kesalahan milik
manusia.
ISI DAKWAH ITU MENYAMPAIKAN KALIMAT-KALIMAT ALLAH BUKAN MENGHINA ATAU MERENDAHKAN MANUSIA LAIN (MUHAMMAD PLATO) |
Mengajar adalah mengajak diskusi pada orang lain. Mengajak
diskusi bukan mendoktrin orang lain supaya ikut pendapat kita. Tetapi memberi
penjelasan logis berdasarkan ketentuan dalil dan kejadian alam secara holistik.
Diskusi berarti mengajak berlogika, berpikir sebab akibat
merujuk pada dalil. Berlogika yang diharamkan adalah melepaskan dalil dan hanya
terpaku pada kebenaran berdasar pembuktian di alam. Berlogika menurut tuntunan
harus merujuk pada dalil dan menjelaskan semampunya agar bisa dipahami manusia
di kehidupan nyata. Pengakuan benar dan tidaknya pengajaran tergantung pada
yang diajari atas keyakinannya pada Tuhan. Hak yang diajari adalah berpikir
menerima atau menolak apa yang dijelaskan berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya.
Mengajar adalah menjelaskan dalil agar dipahami dalam kehidupan
sehari-hari. Setelah dijelaskan, pengajar menyerahkan semua kebenaran kepada
Tuhan, dan membiarkan orang-orang untuk berpikir memahami materi pengajaran dengan
logikanya masing-masing. Perihal mereka mau membenarkan atau menyalahkan, itu urusan
yang mereka dengan Tuhannya.
Pengajar tidak boleh memaksakan kebenaran hingga bertendensi mengajarkan
kepada umat untuk merendahkan orang lain, dan tidak boleh memposisikan diri sebagai
pemilik kebenaran. Pengajar hanya bisa menyampaikan pembenaran menurut pendapat
pribadinya, dan tidak menjamin pendapatnya paling benar. Pengajar hanya bisa
berdoa kepada Tuhan semoga pengajarannya memberi inspirasi dan membawa
orang-orang yang diajarinya cenderung pada kebenaran milik tuhan, Allah swt. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment