OLEH: MUHAMMAD PLATO
Ustad Yahya Waloni mengatakan,
“saya masuk Islam tidak masuk dan berlindung dibalik organisasi. Saya milik
Allah dan biarkan Allah yang melindungi saya”. Begitulah inti pekataan Beliau.
Lengkapnya bisa lihat ceramahnya di youtube. Penyataan Ustad Yahya Waloni menarik untuk
kita bahas, karena pernyataan Beliau mengandung nilai ketauhidan.
Sebagaimana kita ketahui,
fenomena perpecahan umat beragama diawali lahirnya organisasi-organisasi yang
mengatasnamakan agama. Organisasi kemudian digunakan untuk tempat perlindungan.
Akibatnya terjadi perbedaan pendapat dalam beragama dan merasa pemilik kebenaran hingga menyebabkan umat beragama
terpecah belah.
Hemat penulis organisasi tidak
digunakan untuk melegitimasi memaksakan kebenaran agama. Organisasi seharusnya digunakan
untuk kepentingan muamalah dalam kehidupan dunia yang diridhai Allah. Contoh, organisasi dalam bidang ekonomi. Dalam sejarah Indonesia, para ulama mendirikan
organisasi bernama syarikat dagang untuk menjaga kepentingan ekonomi untuk kesejahteraan umat.
Membaca pikiran Ustad Yahya
Waloni, jika organisasi dijadikan sebagai alat legitimasi agama,
akan menggeser Allah sebagai pemilik kebenaran. Nabi Muhammad saw menjelaskan
agama Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya satu yang berada di
jalan lurus yaitu yang taat menjalankan sunnah dan Al-Qur’an. Satu golongan akan tetap berada di
jalan lurus adalah yang tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunah,
organisasi ini yaitu Islam.
Perdebatan tentang kebenaran
agama yang mengatasnamakan organisasi menggiring umat menjadi terpecah belah
dan saling mengkafirkan. Jika kebenaran milik Allah, maka organisasi manapun
yang berpendapat tentang kebenaran tidak dapat memutlakkan pemilik kebenaran. Satu hal yang dapat kita identifikasi bahwa
sebuah organisasi berada di atas kebenaran jika mereka berargumen atas dasar
sumber kitab suci yang diyakini. Sikap yang harus kita miliki adalah saling menghormati dan menghargai.
BUKAN ORGANISASINYA YANG KITA JADIKAN DASAR KEBENARAN, TETAPI PENDAPATNYA YANG BERSUMBER DARI KEBENARAN (MUHAMMAD PLATO) |
Maka siapapun yang
berargumentasi berdasarkan kitab suci (Al-Qur’an atau hadis) dia dianggap
berada di atas kebenaran Allah. Jika terjadi perbedaan pendapat sekalipun
dibeking oleh organisasi tidak menjamin kebenaran tersebut satu-satunya kebenaran
milik Allah. Kebenaran yang kita tafsir dari Al-Qur’an sudah diintervensi oleh
pemahaman manusia. Maka Allah mengajarkan tidak ada paksaan dalam beragama,
kecuali mereka memahami karena terinspirasi mendapat hidayah dari Allah yang diilhamkan
ke dalam pikiran dan hati manusia itu sendiri.
Memaksakan kebenaran atas
dasar dukungan organisasi, mengkafirkan pendapat lain atas dasar organisasi
tidak dapat dibenarkan karena pemaksaan dan pengkafiran terhadap kelompok lain,
bukan kehendak Allah tetapi atas dasar ego pribadi yang terangkum dalam
oganisasi. Ego pribadi atau organisasi akan menciderai ketauhidan kita kepada
Allah, karena sudah merasa diri menjadi pemilik kebenaran dan diliputi sifat-sifat
sombong sebagai mana sifat setan.
Untuk itu, Ustad Yahwa Waloni
tidak mau berorganisasi semata-mata untuk menjaga kemurnian akidah dan menjaga
perintah Allah agar umat tidak terpecah belah gara-gara mendukung organisasi, tetapi
harus tetap bersatu dalam satu organisasi besar atas nama agama Islam.
Organisasi bisa menggeser
akidah manusia menjadi tidak murni dalam ketauhidan kepada Allah. Sementara, tidak boleh ada yang mendominasi niat hati dan pikiran manusia selain Allah.
Menjadikan oganisasi sebagai penjamin kebenaran, sama dengan mempersekutukan
Allah dengan selain Allah, dan sama dengan dosa besar.
Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al Bayyin, 98:5).
Hanya Allah yang patut
ditaati, yang memerintahkan shalat dan berbuat kebaikan kepada sesama manusia.
Allah melarang bermusuhan, berpecah belah, saling hujat dan mengkafirkan. Semua
harus menahan diri dengan menolak kejahatan dengan cara-cara yang baik, tidak
menyakiti, dan menjaga perdamaian. Allah mengajarkan kepada semua manusia dan
orang-orang beriman untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sekiranya inilah penafsiran
penulis terhadap argumen Ustad Yahya Waloni yang berislam tanpa beorganisasi. Beliau ingin menjadikan Islam sebagai satu-satu "organisasi", dan Allah sebagai pelindung hidupnya sampai
maut menjemput. Beliau khawatir dengan berorganisasi akan mencederai
keimanannya yang murni kepada Allah swt. Toh manusia ketika mati tidak akan
dipertanggungjawabkan oleh organisasi, tetapi diadili atas dasar perbuatan hati, pikiran, dan perbuatannya
sendiri selama hidup di dunia. Demikian penjelasan
penulis semoga bermanfaat untuk kita semua. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment