OLEH:
MUHAMMAD PLATO
Ketika kemarau panjang terjadi, tanah dan rumput-rumput mulai
kering, mata air menghilang, dan hutan-hutan terbakar, hujan adalah rahmat
Allah yang ditunggu-tunggu. Manusia membaca gejala alam, dan memprediksi siklus
hujan terjadinya hujan. Namun sangat terbatas kemampuan manusia untuk
menurunkan hujan.
Orang-orang beriman memohon pertolongan Allah dengan shalat
minta hujan. Para ilmuwan meneliti dan berkesimpulan, diminta atau tidak hujan
akan segera turun jika waktunya sudah tiba. Maka para ilmuwan merasa akan aman
dari bencana kekeringan karena hujan akan segera turun dengan sendirinya sesuai
siklus.
Lalu apa bedanya berdoa minta hujan dan tidak? Hujan pada
akhirnya akan segera turun jika sudah tiba waktunya. Bagi para ilmuwan, shalat
minta hujan seperti pekerjaan yang tidak perlu dilakukan, jika toh pada akhirnya
hujan turun tanpa diminta kepada Tuhan. Sikap para ilmuwan, akan menjauhkan dan
menyepelekan peran Tuhan dalam menurunkan hujan.
Untuk itulah para ilmuwan kadang terjebak dengan gejala alam
yang berhasil dibacanya. Para ilmuwan merasa bahwa alam bisa menghidupinya
tanpa ada intervensi Tuhan. Gejala ini akan melahirkan pola pikir materialis, agnostik, dan tidak percaya Tuhan karena merasa cukup dengan apa yang tersedia di siklus
alam.
SHALAT MINTA HUJAN ADALAH MEMBANGUN KESADARAN BERSAMA UNTUK KEMBALI KE JALAN TUHAN (MUHAMMAD PLATO) |
Shalat minta hujan pada hakikatnya bukan minta hujan, tetapi
membangun kesadaran manusia sebagai individua atau kelompok sebagai makhluk Tuhan.
Kesadaran individu adalah kemampuan memahami diri sebagai makhluk yang
membutuhkan air untuk kesehatan dan kesejahteraan hidup. Kesadaran kolektif
adalah kemampuan manusia untuk bekerja sama menjaga kelestarian sumber air agar terjamin kesejahteraan hidup bersama. Kesadaran spiritual adalah kemampuan
mengingat dan memohon ampun kepada Tuhan bahwa segala keburukan yang menimpa
manusia adalah hasil dari perbuatan manusia sendiri.
Kesadaran tertinggi manusia adalah ketika ingat dan mengakui
kelemahan diri sebagai hamba Tuhan. Arti kesadaran ini dikisahkan ketika Nabi Musa pingsan setelah berprilaku lantang ingin melihat Tuhan. “Maka setelah Musa sadar kembali, dia
berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman". (Al A’raaf, 7:143).
Shalat minta hujan adalah upaya memobilisasi kesadaran masyarakat agar
kembali bangun dari pingsan, dan mengakui bahwa Tuhanlah yang maha menggerakkan
awan untuk menurunkan hujan, berhenti berbuat segala keburukan terhadap
alam, dan bersama-sama kembali beriman dengan sepenuh hati kepada kekuasaan Tuhan sekalipun
kita bisa berbuat sesuatu di alam.
Antara orang minta dan tidak minta hujan kepada Tuhan,
terdapat perbedaan. Mereka yang tidak minta hujan
kepada Tuhan, akan tetap pingsan (tidak sadar) dan merasa aman dari kekeringan dengan hanya membaca siklus alam. Bisa jadi, mereka seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an.“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al
Baqarah, 2:12).
mengingat Allah dan patuh pada segala ketentuannya akan membangun kesadaran
manusia untuk selalu berharap kepada Tuhan. Shalat minta huja adalah gerakan untuk menjaga ingatan
manusia untuk selalu kembali kepada Tuhan dalam menghadapi segala permasalahan.
Shalat minta hujan bisa jadi cara untuk mengajarkan anak-anak
di sekolah, agar mereka selalu menjadi hamba Tuhan, dan paham apapun permasalahan hidup di muka bumi ini, shalat adalah solusi untuk ingat kepada
Allah dan membangunkan kesadaran bersama untuk berhenti berbuat keburukan sebagaiman perintah Tuhan. Bukan hujannya
yang penting tetapi kesadaran kepada Tuhannya. Ketika kita sadar dan membangun harapan kepada Tuhan, maka kita termasuk hamba-hamba yang taat beribadah dan dijanjikan keberuntungan besar oleh Tuhan. Wallahu’alam.
(Head Master Trainer)
No comments:
Post a Comment