OLEH: MUHAMMAD PLATO
“supaya
dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (pikirannya)
dan supaya pastilah (ketetapan adzab) terhadap orang-orang kafir.” (Yasin,
36:70)
Berpola pikir akhirat
dengan berpola pikir duniawi memiliki perbedaan signifikan. Dari dulu hingga
sekarang, pola pikir manusia hanya berkutat pada dua kemungkinan, yaitu berpola
pikir dengan keterikatan duniawi dan berpola pikir keterikatan akhirat. Penulis
coba jelaskan beberapa karakteristik dari kedua pola pikir tersebut.
Pertama, orang berpola
pikir duniawi menganut keyakinan Atheis atau Agnostik. Ciri khas mereka adalah menghilangkan
pola pikir akhirat. Menghilangkan pola pikir akhirat, sama dengan menghilangkan
kemutlakkan dalam berpikir. Sifat dari pola pikir duniawi adalah relatif, tidak
punya ketentuan pasti dan pesimis.
Kedua, dalam pola pikir duniawi,
kejadian baik tidak selalu berakibat baik, sebaliknya kejadian buruk tidak
selalu berakibat buruk. Dari sudut pandang duniawi, orang-orang jujur bisa
masuk penjara, dan orang-orang jahat bisa masuk istana. Jadi cara baik dan
buruk bisa dilakukan untuk mencapai tujuan, tanpa ikatan moral ketuhanan.
Ketiga, pola pikir duniawi,
melihat sebab kejadian berada diluar dirinya dan bersifat material. Kejadian
buruk penyebabnya sangat tergantung pada benda-benda (manusia) yang ada
disekelilingnya. Maka, berprasangka buruk adalah karakter pola pikir duniawi.
Keempat, pola pikir
duniawi melihat dunia sebagai benda-benda terpisah. Perbedaan dianggap sebagai
ancaman terhadap kekuasaan. Berkuasa dalam pola pikir duniawi adalah mendominasi
dan mengendalikan dengan kekuatan fisik.
"Sesunguhnya orang-orang yang tidak meyakini adanya akhirat, dia telah mematikan pikirannya". (Muhammad Plato) |
Selanjutnya, pola pikir
akhirat ditandai dengan berlakunya kemutlakkan, kebaikkan akan berdampak kebaikan
yang lebih baik untuk pelakunya. Ada beberapa ciri yang bisa kita amati dalam
berpola pikir akhirat.
Pertama; Dalam pola pikir
akhirat, orang-orang yang masuk penjara (menderita) sudah pasti dengan ketidakjujurannya,
dan mereka yang masuk istana (bahagia) pasti memiliki kemuliaan. Pengetahuan ketidakjujuran
yang masuk penjara, dan kemulian yang masuk Istana bukan diukur dari penglihatan
manusia, tapi dari ketentuan Allah Yang Maha Mengetahui dan Teliti.
Kedua; Kemutlakkan dalam
pola pikir akhirat, dapat membantu manusia tetap optimis, dan memiliki tujuan
hidup yang jelas. Pilihan hidup dalam pola pikir akhirat yaitu antara baik dan
lebih baik. Kesabaran bagi orang-orang yang berpola pikir akhirat adalah
berbuat konsisten dalam kebaikan.
Ketiga; Pola pikir
akhirat selalu berprasangka baik kepada Tuhan. Setiap kejadian buruk datang dari
diri sendiri, dan setiap kejadian baik adalah dari Tuhan Yang Maha Baik. Kesalahan
datang dari kebodohan dirinya, bukan dari kesalahan orang lain. Maka, menyalahkan
orang lain adalah perbuatan salah.
Keempat; dalam pola pikir
akhirat, kebaikan tidak ada dikepala setiap manusia, tapi ada dalam pikiran
Tuhan yang dipersepsi manusia. Manusia tidak bisa memaksakan kebenaran atas
nama Tuhan, namun harus saling mengingatkan. Sedangkan menerima dan menolak
kebenaran seorang manusia adalah hak prerogatif Tuhan.
Panduan berpikir duniawi
adalah alam dan panduan berpikir akhirat adalah kitab suci. Secerdas-cerdasnya
manusia tidak mengenal akhirat dia bodoh, sebodoh-bodohnya manusia mengenal
akhirat, dia cerdas. Mengenal pola pikir kehidupan akhirat adalah kemutlakkan dalam
berpikir. Tanpa keyakinan Akhirat, manusia telah tersesat di jalan sesat.
Maka siapakah orang-orang
yang berada di jalan lurus? “orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.” (Lukman, 31:4). “Dan
sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar
menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Mukminuun, 23;74).
Sesunguhnya orang-orang
yang tidak meyakini adanya akhirat, dia telah mematikan pikirannya. Semoga kita
semua mendapat ampunan dari Allah swt. Wallahu’alam.
(Penulis Head master Trainer)
No comments:
Post a Comment