OLEH: MUHAMMAD PLATO
Guru
Besar bilang, “Al-Qur’an itu kitab suci”. Jawab saya, “setuju 1000 persen”. Lalu
saya bilang, “isi Al-Qur’an itu 1000 persen pengetahuan”. Guru Besar jawab, “saya
setuju”. Jika setuju isinya 1000 persen pengetahuan, lalu fungsi Al-Qur’an bagi
manusia apa? Petunjuk hidup bagi orang-orang yang yakin bahwa kitab suci Al-Qur’an
diturunkan dari Tuhan. Petunjuk dari Tuhan itu berupa pengetahuan tentang alam material
dan non material.
Ilmu
pengetahuan dikembangkan melalui metode penelitian, objeknya adalah pemikiran, prilaku,
teknologi dan gejala alam. Jadi selama ini, ilmu dikembangkan berdasarkan pada
pengetahuan yang bersumber pada budaya dan gejala alam. Jika demikian, Al-Qur’an
sebagai pengetahuan belum dikaji, diteliti, sebagai sumber ilmu pengetahuan,
padahal Guru Besar setuju isi Al-Qur’an adalah 1000 persen adalah pengetahuan.
Manusia
bertindak berdasarkan isi pikirannya. Isi pikiran manusia tergantung isi pengetahuannya.
Isi pikiran manusia sangat tergantung pada pengetahuan yang diingatnya (mnemohistory). Pengetahuan yang diingatnnya
akan jadi pola pikir (culture memory)
dan berwujud kebiasaan.
Berdasarkan jumlah
jam belajar pada tingkat sekolah dasar, dari 30-35 jam belajar per minggu, anak-anak
input pengetahuan agama hanya 4 jam, kurang lebih 11,11% sd 14,70%jam anak-anak
ingat Tuhan. Jumlah jam belajar pada sekolah menengah pertama, dari 38 jam input
pengetahuan hanya 3 jam belajar agama, artinya siswa hanya 9,89% jam ingat Allah. Pada level pendidikan menengah, jumlah jam belajar
per minggu dari 48 jam hanya 3 jam belajar agama, artinya hanya 6,25% ingat Allah.
Semakin tinggi pendidikan semakin sedikit ingat Allah.
Dengan
konsep pendidikan seperti ini, anak-anak di sekolah-sekolah umum mengalami “alienasi”. Jam belajar anak-anak lama, tetapi sesungguhnya mereka terasing dari Allah. Sebanyak 74,3 s.d. 94,75% jam input pengetahuan anak-anak dari tingkat
sekolah dasar sampai sekolah menengah tidak berkaitan dengan Tuhan. Mata
pelajaran itu berdiri sendiri, dan pelajaran agama seperti makhluk asing yang
kadang tidak mendapat perhatian khusus karena kalah menarik dengan pelajaran
praktis yang menjanjikan kehidupan duniawi.
Tadarus
berasal dari kata darosa-yadrusu
artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, mengambil pelajaran. Banyak
cara tadarus Al-Qur’an. Setiap orang bisa mengkaji berdasar latar belakang
keilmuan masing-masing. Para ustad membimbing membaca Al-Qur’an sampai khatam adalah
salah satu cara mempelajari Al-Qur’an dari latar belakang ilmu tajwid.
ILMUWAN TADARUS AL-QUR'AN DARI SUDUT PANDANG MASING-MASING KEILMUAN |
Seorang
ilmuwan bisa TADARUS Al-Qur’an dari sudut pandang ilmu sejarah, sosial, budaya,
politik, ekonomi, teknologi, dan perbandingan agama sesuai latar belakang keilmuan. Jika ada kekhawatiran Al-Qur’an
akan turun kesuciannya gara-gara dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan,
pendapat ini prasangka buruk, tidak berdalil, dan kurang relevan. Kini saatnya
membumikan Al-Qur’an dengan menjadikannya sebagai sumber pengetahuan dalam pengembangan
konsep, teori, ilmu dan teknologi. Ilmuwan-ilmuwan yang terinspirasi dari
Al-Qur’an justru menjadi percaya Tuhan karena isi kandungan Al-Qur’an teruji secara
rasional dan empiris sebagai wahyu dari Tuhan.
Lalu
bagaimana dengan non muslim? Kita tidak sedang mengancam mereka, kita sedang
mencoba mendamaikan dan mensejahterakan bumi berdasarkan potensi-potensi yang
sudah diberikan Tuhan kepada manusia. Umat Islam diberi amanah Al-Qur’an untuk disosialisasikan
ke seluruh umat manusia sebagai petunjuk dan teladan bagi manusia dalam
menjalani hidup di muka bumi. Al-Qur’an bukan hanya mengurusi moral, tetapi menjelaskan
seluruh kejadian alam yang terjadi di muka bumi. Al-Qur’an adalah ayat dalam bentuk
perkataan direkam dalam tulisan (qauliyah), dan alam adalah Al-Qur’an dalam kejadian-kejadian
tampak yang bisa kita saksikan (kauniyah).
Al-Qur’an
perkataan (qauliyah) dan Al-Qur’an kejadian alam (kauniyah) adalah sama-sama
sumber pengetahuan. Sebagaimana kondisi jam pelajaran anak-anak di sekolah
umum, kita terlalu banyak tadarus alam hingga sering lupa Tuhan, sementara
tadarus Al-Qur’an qauliyah baru sukses pada tahap menghafal. Tadarus pada tahap penerapan, analisis,
sintesis, mencipta, dan evaluasi belum menjadi budaya.
Padahal
Allah mengabarkan akan ada manusia-manusia supercerdas dengan teknologi super
canggih jika kita menggali ilmu dari Al-Qur’an. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". (An Naml, 27:40).
Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment