OLEH: MUHAMMAD PLATO
Setelah usai jam kerja, kita tidak
pernah langsung pulang, kadang diisi dengan diskusi tentang banyak hal
berkaitan dengan pendidikan atau agama. Diskusi tidak terasa sampai dua jam
hingga pulang kemalaman. Suatu ketika, pertanyaan ini dikemukakan oleh kawan
yang ingin memahami logika Tuhan, yang penulis kembangkan dari Al-Qur’an.
Pertanyaannya adalah, “dari mana asal
ide bahwa Al-Qur’an sebagai sumber logika Tuhan?” Pertanyaan mendasar ini butuh
penjelasan tidak sederhana. Penulis harus berpikir dan memilah milah dari mana
memulai menjawab pertanyaan ini agar mudah dipahami. Jawaban harus terstruktur
mengandung penjelasan sebab akibat (logis) agar bisa dipahami dan dipelajari
sendiri.
SEBAGIAN KECIL SEBAB AKIBAT KEHENDAK TUHAN DAPAT KITA LIHAT DAN PAHAMI, SEBAGIAN BESAR KITA TIDAK MENGETAHUINYA (MUHAMMAD PLATO) |
Awal lahirnya ide logika Tuhan berangkat
dari perintah berpikir yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an sebanyak kurang lebih
63 kali (TH. Muhammad, 1983) . Perintah berpikir pasti ada kaitan dengan akal
(rasio) atau logika, karena hati identik dengan rasa. Taslaman (2010) menjelaskan bahwa tanpa logika
(bernalar) akal manusia tidak akan berfungsi. Perintah 63 kali berulang-ulang
bukan perkara biasa, pasti ada kepentingan luar biasa yang harus dilakukan
manusia.
Menurut Al-Ghazali (2004) akal
(rasio) adalah perdana menteri. Tugas perdana menteri berbeda dengan raja. Perdana
menteri memiliki wewenang mengatur segala urusan untuk kesejahteraan rakyat. Akal
dituntut memiliki kemampuan berpikir cerdas dan kreatif untuk memberikan
kedamaian dan kesejahteraan rakyat. Itulah gambaran begitu pentingnya rasio
dalam diri kita. Maka dapat dipahami jika Allah memerintahkan berpikir sampai 63
kali dalam Al-Qur’an.
Perintah berpikir ditujukan kepada
akal, sedangkan aktivitas berpikir adalah BERLOGIKA.
Definisi berlogika penulis sederhanakan
sebagai beripikir sebab akibat. Setiap akal pasti berlogika. Antara akal
dan logika diumpamakan seperti HARDWARE dengan SOFTWARE. Akal adalah hardware dan logika adalah software. Perumpamaan itu berlaku pula di
alam semesta. Alam adalah hardware
dan Al-Qur’an adalah software. Dalam tubuh
manusia, seluruh tubuh adalah hardware dan
logika adalah software.
Manusia adalah hardware tercanggih
yang tidak akan pernah ada tandingannya di muka bumi ini. Penciptanya adalah
Allah swt. Hal yang membedakan kualitas manusia adalah isi software. Manusia kualitas nomor 3 menggunakan software logika alam
empiris, manusia kualitas nomor 2 menggunakan logika kehendak akal semata, dan
manusia kualitas nomor 1 menggunakan logika kehendak Tuhan.
Logika (kehendak) Tuhan adalah software
tercanggih untuk akal manusia. Tidak semata-mata Allah menciptakan hardware
jika tidak dengan software-nya. Maka software itu adalah dalam Al-Qur’an,
berupa pola-pola berlogika menurut petunjuk dan kehendak tuhan Allah swt.
Dasar berlogika menurut petunjuk tuhan Allah swt. adalah menjadikan Allah sebagai sebab sekaligus sebagai akibat.
Informasinya bisa kita dapat dari Al-Qur’an. “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir,
Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al
Hadiid, 57:3). Sebab-akibat kejadian alam selalu mengikuti kehendak Allah
dengan berbagai bentuk variasi sebab dan akibat kejadian. Apa pun yang terjadi
di alam adalah bagian dari kehendak Allah dan sebab awalnya selalu dari Allah dan
akibat akhirnya kepada Allah.
Sebab akibat kejadian alam di atas
kehendak Allah sebagian kecil bisa didilihat dan dipikirkan, namun sebagian
besar manusia tidak mengetahuinya. Apa yang kita lihat dan pikirkan hanyalah
sebagian kecil dari sebab akibat kehendak Allah.
Contoh-contoh logika (menurut
petunjuk) Tuhan atau disingkat logika
Tuhan, dapat di search dalam blog SUKSES
DENGAN LOGIKA TUHAN. Sudah ada 300 lebih artikel tentang pejelasan logika Tuhan.
Jadi logika Tuhan adalah berpikir sebab akibat mengikuti petunjuk Allah swt, bersumber dari kitab suci Al-Qur’an.
Logika tuhan adalah software berpikir
tercanggih untuk otak manusia, dikembangkan dari kitab suci Al-Qur’an. Manusia-manusia pengguna software berpikir
ini, akan jadi manusia-manusia berkarakter tangguh, berakhlak mulia, berpribadi
agung, dan menjadi khalifah di muka bumi.
Demikian penjelasan saya kawan,
semoga mendapat pencerahan dari Allah. Kesalahan milik pribadi penulis, dan kebenaran
mutlak milik Allah. Penulis hanya melaksanakan tugas sebagai mana dijelaskan di
dalam Al-Qur’an, “wa maa ‘alainaa illal
balaagul mubiin”. "dan kewjaiban kami tidak lain adalah menyampaikan
(perintah Allah) dengan jelas”. (Yasin, 36:17). Wallahu ‘alam.
(Penulis
Head Master Trainer)
No comments:
Post a Comment