OLEH: MUHAMMAD PLATO
Masalah adalah takdir Allah yang
tidak bisa kita hindari. Tapi masalah adalah bagian kecil dari takdir Allah.
Ada takdir Allah lain yaitu manusia cenderung ingin damai dan sejahtera. Dari
dua takdir ini, silahkan memilih, mau bermasalah atau damai sejahtera?
Jika ingin memilih damai, kita harus
belajar dari Al-Qur’an, apa sebenarnya masalah? Sebab terjadinya masalah berasal
dari persepsi manusia tentang kejadian. Persepsi manusia tentang kejadian selalu
terjebak dimensi ruang dan waktu. Pengaruh ruang dan waktu yang terbatas,
menimbulkan persepsi manusia kadang buruk dan kadang baik.
Seharusnya setiap persepsi selalu
baik. Setiap kejadian bisa kita persepsi baik, jika kita ketahui sebabnya baik,
atau akibatnya baik. Sebaliknya, kejadian buruk terjadi jika kita ketahui sebabnya
buruk, atau akibatnya buruk. Keterjebakan manusia melihat kejadian karena
melakukan persepsi langsung berdasar apa yang dilihat tanpa pikir panjang. (short time thingking).
Contoh, Nabi Musa menganggap
perbuatan Nabi Khidr keji, ketika membunuh anak kecil yang suci. Persepsi Nabi
Musa terbatas ruang dan waktu, hanya melihat kejadian pada saat itu. Nabi Khidr
sebagai orang berilmu, persepsinya sudah mampu membuka ruang dan waktunya
sampai 18 tahun ke depan (anak dewasa), sehingga berkesimpulan anak itu harus
diselamatkan (long time thingking). Kejadian
antara Nabi Musa dan Nabi Khidr dalam Al-Qur’an, bukan sebagai kejadian faktual belaka, tetapi sebagai kejadian yang
penuh dengan hikmah dan ilmu.
PERKECIL MASALAH DENGAN MENGAKUI BAHWA SEMUA MASALAH BERSUMBER DARI DIRI SENDIRI (MUHAMMAD PLATO) |
Belajar dari kisah Nabi Musa dan
Nabi Khidr, manusia akan selalu bermasalah karena kesalahan persepsi. Kesalahan
persepsi terjadi karena terlalu cepat mengambil kesimpulan, dan tidak sempat
membuka ruang dan waktu yang lebih luas dan panjang. Membuka ruang artinya
mencari dan menambah wawasan ilmu, dan membuka waktu artinya berpikir melakukan
penelitian terhadap kejadian masa lalu dan akibatnya sampai masa yang akan
datang.
Hakikatnya, masalah bukan apa
yang dilakukan orang, tetapi apa yang kita katakan terhadap kelakuan orang.
Bila kita mengatakan kelakuan orang itu buruk, persepsi kelakuan buruk sebenarnya
ada dalam pikiran kita. Maka menyalahkan orang lain adalah perbuatan salah,
kenapa? Karena mengaku diri benar, sementara kebenaran mutlak milik Allah. Untuk
itu, masalah ada dalam hati, pikiran, dan perkataan diri kita masing-masing,
bukan ada di luar sana.
Dapat dipahami mengapa Allah tetapkan,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa (prilaku
buruk). (QS, Al-Hujurat, 49:12). Ini dali perintah untuk selalu berpositif thingking, agar kita menjadi orang-orang
yang konsisten berprilaku baik.
Setiap manusia tidak akan lepas
dari masalah. Lalu bagaimana prilaku kita? Perkecil masalah, dengan mengakui
bahwa segala masalah di dunia ini datang dari diri sendiri dan haram
menyalahkan orang lain”. Masalah menjadi besar karena kita memperbanyak
keterlibatan orang dengan menyalahkan orang lain.
Ini sumber pola pikirnya, “Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan
kamu itu adalah karena kamu sendiri". (Yasin, 36:19). Ini ketetapan Allah bahwa apapun kejadiannya, bagaimanapun kejadiannya, tahu sebab atau tidak
tahu sebabnya, masalah pasti sumbernya dari diri sendiri.
Demikianlah, “Dan kewajiban kami
tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". (Yasin,
36:17). Pola pikir ini harus diajarkan kepada anak-anak didik kita, agar mereka
bisa menjadi pemimpin-pemimpin besar yang membawa kedamaian dan kesejahteraan rakyat.
Semoga hidayah untuk kita semua! Wallahu
‘alam.
No comments:
Post a Comment