OLEH: MUHAMMAD PLATO
Aku
sedikit tertawa melihat dunia. Setelah kehilangan anak ku karena terlalu gila
kemenangan. Akhirnya aku sadar di dunia ini bukan soal menang atau kalah. Tapi
jujur atau dusta? Menang dengan jujur tidak terlalu gembira karena masih ada
tugas yang lebih berat. Menang karena dusta apalagi, setelah menang akan ada
ajab.
Ketika
aku bernafsu menang, jujur aku terlalu condong melihat dunia. Sehingga lupa
berpikir bahwa selama-lamanya di dunia usia manusia sekarang hanya mencapai 125
tahun. Itupun sangat-sangat jarang, karena harus tinggal di puncak gunung, makanan
makanan organik dan harus menghirup oksigen murni setiap hari.
Dan
itu pun kondisi tubuh tidak akan segagah ketika aku usia 20 sampai 40 tahun. Saat
Aku menginjak usia 40 tahun ke atas, kualitas tubuh ku mulai rentan sehingga
harus mulai mengurangi takaran nasi dan memperbanyak sayuran dan buah. Plus istirahat cukup dan jangan marah serta
khawatir dengan dunia.
"Hidup ini bukan soal menang dan kalah, tapi jujur dan dusta". (Muhammad Plato) |
Aku
sedikit tertawa dan bangga melihat orang-orang usia di atas 40 masih semangat
dan bahagia mendapat kemenangan. Namun harus ingat permainan belum usai. Peluit
panjang belum dibunyikan.
Setelah
menjaga keseimbangan dunia dan akhirat,
hatiku terasa tenang. Keseimbangan dunia dan akhirat bukan 50:50, melainkan
30:70. Arti dari 30:70 adalah bekerja sesuai jam kerja, jangan bolos, jangan
banyak izin, gunakan waktu liburan untuk libur, dan banyak-banyak berdoa.
Berusaha
jujur, tidak dusta, hati benar-benar berasa tenang. Kalau ditakdirkan mati
masih ada harapan jadi pemenang karena niat jujur dan tidak dusta. Jikalau ketemu
ujian berat, ikuti saja karena yakin apa yang diujikan Tuhan materinya pernah diajarkan.
Tidak mungkin
Tuhan menguji sedangkan materinya belum pernah diajarkan. Tuhan
pasti professional.
Jikalau
tidak sanggup hadapi ujian Tuhan, jangan takut! Resiko tertinggi hidup adalah mati.
Kematian bukan hal buruk kalau kita berusaha menjawab soal ujian dari Tuhan dengan
jujur dan tidak menjawab dengan dusta. Jika kita terpaksa dusta, minimal
niatnya masih ingin jujur. Lumayan masih ada harapan jadi pemenang di akhirat.
Hidup ini bukan soal menang dan kalah, tapi jujur dan dusta. Menurut
penglihatan, orang jujur bisa kalah sebaliknya, yang dusta menang. Tapi coba
pikir apakah kita bisa bersembunyi dari penglihatan Tuhan. Jika kalah
marah-marah sambil sebar fitnah, jika dusta pura-pura jujur supaya menang. Marah-marah,
pura-pura jujur, sama-sama tidak disenangi Tuhan.
Sikap
terbaik menyikapi segala kejadian adalah merasa bagian dari kesalahan dan
berusaha menjaga hidup damai. Anak-anak Syiria dan Palestina, tidak pernah
bosan mengingatkan kita hidup damai itu sejahtera. “Atouna…
toufouli… Atouna… Atouna… Atouna… salam…”
“Jika
realitas adalah apa yang kamu pikirkan”, Imanuel Kant ingin mengatakan bahwa
kehidupan yang nyata itu akhirat yang ada dalam imajinasi. Dunia, “laksana fatamorgana di tanah datar, yang
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya dia tidak
mendapati sesuatu apapun”. (An Nuur, 24:39). Itulah kemenangan dan
kekalahan di dunia. Wallahu ‘alam.
(Penulis
Head Master Trainer)
No comments:
Post a Comment