OLEH: MUHAMMAD PLATO
Kami tersenyum, melihat manusia melalui
live streaming menembaki kaum muslimin
di New Zealand dengan darah dingin, tanpa alasan benar. Bagi manusia yang terperdaya
pola pikir material, dan pengetahuannya sebatas materi, mati adalah mengakhiri kehidupan dan sebuah kerugian
besar. Bagi mereka yang pengetahuannya dibatasi materi, kematian adalah hal
paling menakutkan karena kehidupan dunia, satu-satunya kehidupan yang harus
dipertahankan.
Kita memahami pembunuhan masal
yang dilakukan manusia di New Zealand adalah teror bagi kaum muslimin dunia.
Pembunuh sengaja menyebarkan ketakutan bahwa umat Islam sedang terancam
hidupnya di dunia. Namun kami tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan
manusia yang meneror umat islam. Kamu bukan meneror umat Islam, tapi meneror
Tuhan Yang Maha Esa. Kamu sendiri yang akan menderita kekalahan.
Kami tidak akan menjelaskan Islam
kepada mereka yang sudah ditakdirkan bodoh oleh Tuhan. Namun kami harus
menjelaskan pola pikir kami dalam menyikapi kematian. Umat Islam tidak bisa
ditakuti-takuti dengan kematian. Pola pikir umat Islam berbeda dengan pola
pikir manusia materialis, agnostik, atau atheis.
Seorang muslim tidak akan merasa rugi,
bersedih hati, takut, fobia, kehilangan nyawa. Bagi seorang muslim kehidupan
sebenarnya ada setelah mati. Bagi muslim kematian adalah pintu yang harus
dimasuki untuk menuju kehidupan abadi. Bagi kami mati dalam kondisi apapun, dengan
cara apapun adalah takdir Tuhan yang tidak bisa dihindari. Dan bagi kami, jika
dalam kondisi sangat dibutuhkan, mati di jalan Allah adalah sebuah cita-cita
yang kami impikan. Itulah pola pikir kami sebagai muslim.
Pola pikir kami umat Islam
dipandu oleh Al-Qur’an. Salah satu pola pikir umat Islam yang tidak takut mati,
didasari oleh pola pikir ayat berikut, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan
senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al Ankabuut, 29:64).
Pola pikir kami tidak berhenti di
dunia, tetapi tembus sampai masa depan yang kekal yaitu akhirat. Dunia dan
akhirat adalah satu kesatuan sistem hidup. Kehidupan dunia dan akhirat dibatasi
oleh mati. Bagi kami akhirat bukan nun jauh di sana, tetapi esok lusa jika kami
mati.
Bagi kaum muslimin, sekalipun
kami hidup di dunia, tetapi kehidupan sesungguhnya ada di akhirat. Dunia bagi
kami fatamorgana dan akhirat adalah realita. Semua muslim merindukan kembali kepada
kehidupan yang sebenarnya di akhirat. Mati adalah pintu masuk kepada kehidupan
abadi bersama Tuhan Yang Maha Esa.
Di dunia, Kami tidak mencari mati
dan tidak juga menghindari kematian. Kematian bukan kami yang menentukan tetapi
takdir Tuhan. Apapun yang kaum muslimin lakukan adalah usaha untuk menuju kehidupan
akhirat. Kampung akhirat di isi oleh orang-orang yang berbuat kebajikan yang
mensejahterakan semseta alam. Berbuat kebajikan adalah berusaha dan berkerja atas
nama Tuhan untuk kebaikan manusia dan segala isinya.
Apapun yang terjadi pada kaum
muslimin di muka bumi, tidak ada kerugian sedikit pun bagi kami. Kerugian
terbesar bagi kami adalah ketika mati dalam kekafiran (tertutup) dari petunjuk Tuhan
Yang Maha Esa, Yang Tidak Beranak dan Tidak Beribu Bapak. Kewaspadaan kami bukan
kepada para pengintai yang akan membunuh kami, tetapi kepada jiwa-jiwa kami yang
kadang tidak terkendali keluar dari apa yang diperintahkan Tuhan dan merugikan
orang lain. Kami khawatir jika kami mati sementara jiwa kami sedang cenderung
pada keburukan. Kami semua ingin mati, di saat jiwa-jiwa kami sedang diberi
ketenangan dan dijanjikan Tuhan menempati jannnah. Kematian kami di masjid
sebagai orang teraniaya adalah kemenangan bagi kami, semoga Allah mentakdirkan kami
mati dalam kebajikan dan tercatat sebagai syuhada.
Demikian kami sampaikan pesan ini
kepada dunia, dari saudara kami di New Zealand. Kami semua menantikan kematian
dengan akhir baik. Perlu kalian ketahui, saudara-saudara kami yang sudah tenang
di akhirat, ingin kembali hidup hanya karena ingin kembali mati sebagai
syuhada. Itulah kami, tidak ada yang kami takuti kecuali Allah swt. Tuhan Yang
Maha Esa. Wallahu ‘alam.
(Penulis Master Trainer @logika
Tuhan).
No comments:
Post a Comment