OLEH: MUHAMMAD PLATO
Benarkah
setelah kesulitan ada kemudahan? Apakah kalimat ini hanya sebatas pribahasa
atau ketentuan? Membuktikan adalah cara manusia untuk mendapatkan kebenaran.
Robert
J. Stenberg penulis buku Seccessfull
Intelegence, menyatakan, “saya adalah seorang professor di Yale. Saya telah
memenangkan banyak penghargaan, mempublikasikan lebih dari enam ratus artikel
dan buku, dan memperoleh dana hibah sebesar 10 juta dollar untuk penelitian.
Saya termasuk anggota akademi seni dan sains Amerika, dan tercantum dalam
daftar Who’s Who in Amerika. Namun
siapa sangka bahwa keberuntungan terbesar saya dalam hidup justru awalnya
merupakan sebuah kegagalan. Hasil tes IQ saat saya kecil sungguh mengerikan.
Mengapa saya begitu beruntung? Karena saya menayadari sewaktu SD bahwa jika
saya ingin sukses, maka itu bukan ditentukan oleh IQ saya. Nilai rendah pada
tes kecerdasan tidak menghalangi tercapainya kesuksesan, maka nilai tinggi juga
tidak menjamin tercapainya keuksesan. (Stanley, 2017 hlm. 109).
“Dua
kali Jack Ma ikut seleksi masuk perguruan tinggi dan gagal, karena hasil tes
matematikannya sangat rendah. Kemudian ia mencoba mengirimkan 11 lamaran
pekerjaan ke berbagai perusahaan dan semuanya ditolak. Kemudian ia melamar ke
menjadi karyawan rumah makan fast food
terkenal dari Amerika, dari 24 orang hanya dia satu orang yang ditolak. Untuk
ketiga kalinya Jack Ma mendaftar masuk perguruan tinggi, dan kini diterima.
Hanya perguruan tinggi tersebut bukan perguruan tinggi prestisius. Kampus ini
berkualitas kelas tiga atau empat di kota yang dia tempati. Jack sering
mengatakan bahwa mengalami kegagalan dan kembali mencoba adalah
keberanian." (Clark, 2017, hlm. 51-52)
Tn.
Patrick sudah meraih gelar Ph.D dari sebuah universitas ternama. Waktu di
sekolah dasar gurunya mengelompokkan kelas menjadi tiga, kelompok pintar,
rata-rata, dan bodoh. Tn. Patrick berada di barisan kelompok bodoh. Ketika Beliau
berhasil menjadi multimiliarder, beliau mengaku masih belum bisa mengeja. Tn.
Patrick adalah orang pintar dari barisan anak bodoh. (Clark, 2017 hlm.
111-112).
Lim
(2003, hlm. 87) seorang pengusaha sukses dari Malaysia mengatakan, “semua hasil
karya teragung di dunia telah dihasilkan
oleh keberanian, dan semua kemenangan terbesar di dunia telah lahir dari
kegagalan. Takut gagal sebenarnya berasal dari bagaimana masyarakat bereaksi
terhadap orang yang gagal. Kita merasa takut gagal karena persepsi negatif
orang lain terhadap orang gagal.” Lim terlahir di keluarga besar dengan 14
orang saudara. Lahir di gubuk dengan makanan seadanya. Kehidupan yang sangat
miskin menjadikan hidupnya sangat terbatas dalam hal fasilitas belajar. Sewaktu
SMA pernah tidak naik kelas karena nilai ujiannya tidak memadai.
Abraham
Lincoln adalah presiden Amerika Serikat yang sukses dalam sejarah Amerika.
Namun sebelum dilantik menjadi presdien Amerika tahun 1860, beliau telah
mengalami 11 kali kegagalan dalam perjalanan karir bisnis dan politiknya. Su
Yat Sen berhasil menjadi Bapak Modern China setelah usahanya mengalami kegagalan
10 kali. (Lim, 2003. hlm. 65, 94).
Orang-orang
gagal adalah orang-orang sukses. Selama ini banyak orang melihat orang sukses
dari kesuksesannya. Padahal kata Soichiro Honda, “yang dilihat orang pada
kesuksesan saya hanya 1%, tetapi apa yang tidak mereka lihat adalah 99%, yaitu
kegagalan-kegagalan saya.” (Lim, 2003, hlm. 284). Oleh karena
itu kecerdasan pewirausaha, mereka tidak
takut dengan kesalahan, kemunduran, dan kegagalan.
Fakta-fakta
di atas, adalah bukti bahwa keterangan Al-Qur’an adalah benar. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan,” (Alam Nasyrah, 94:5). Kesulitan adalah cara Allah mengajarkan
manusia untuk sampai pada apa yang diinginkannya. Kesulitan adalah pendidikan agar manusia
memiliki kecerdasan wirausaha.
KEGAGALAN ADALAH PENDIDIKAN AGAR MANUSIA JADI PEWIRAUSAHA |
Paradigma pendidikan abad sekarang adalah
tidak ada lagi anak bodoh, semua anak cerdas dan harus belajar dengan guru-guru
terbaik. Dalam berbagai penelitian telah diungkap bahwa memprediksi kesuksesan
anak-anak dengan tes akademik tidak bisa dijadikan lagi sebagai satu patokan
baku. Kecerdasan wirausaha adalah kemampuan holistis yang melihat siswa dari
seluruh aspek, harus dikembangkan pada murid-murid.
Menurut Sadino, (2007, hlm.
xviii), seorang pewirausaha harus memiliki kecerdasan holistis.Untuk itu murid-murid
harus dikembangkan kecerdasannya antara lain; kemampuan melihat
peluang yang tidak dilihat atau tidak dianggap peluang oleh kebanyakan
masyarakat umum; Gemar mengambil resiko atas tindakan yang dilakukannya;
Berpikir visioner (optimis); Inovatif yakni bisa menemukan hal-hal baru;
Berjiwa pemimpin; Pemikir yang bebas; Pekerja keras. Kemampuan ini bukan diukur
dari kecerdasan akademik, tetapi harus dikembangkan dengan mengunakan berbagai
pendekatan dan metode pembelajaran. Wallahu'alam.
No comments:
Post a Comment