OLEH: MUHAMMAD PLATO
Menarik
renungan Bertrand Russell, “manusia yang paling rasional itu adalah manusia di
daerah tropis, yang dengan sabar duduk di bawah pohon pisang menunggu buah
jatuh ke mulutnya”. (Nataatmadja, 2001,
hlm. 3). Russell sedang memperkenalkan pola berpikir cerdas yang sesungguhnya,
yaitu berpikir supra rasional yaitu pemikiran yang dipandu dari pemilik alam
semesta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Masalah
menarik untuk diteliti, pernyataan Nataatmadja (2001, hlm. 5), dalam bukunya
berjudul Intelegensi Spiritual,
menjelaskan bahwa dirinya tengah memberi penjelasan pentingnya mengubah pola
pikir rasional dengan pola pikir intuitif, kepada para ilmuwan yang semakin
banyak jumlahnya tetapi tetap memiliki IQ = 0 . Baginya menyadarkan para
ilmuwan cerdas ber IQ = 0 adalah sebuah mission
imposible.
Sama
halnya, mengajarkan logika Al-Qur’an kepada ilmuwan cerdas tetapi IQ = 0. Lebih
susah lagi mengajarkan logika Al-Qur’an kepada kaum agamawan yang telah mendapat
kehormatan di kelompoknya dan dikultuskan sebagai pembawa kebenaran dan bersih
dari kesalahan. Pengajaran sulit dilakukan kepada mereka yang menurut Hussein
Alatas memiliki sifat bebalisme intelektual.
DARI DULU TUHAN ITU ESA, MANUSIA BER IQ=0 MEMBUAT TUHAN JADI BANYAK |
Siapakah
ilmuwan ber IQ = 0? Mereka adalah yang selama kurun waktu 14 abad lamanya belum
bisa memahami makna Pena dalam surah Al-Alaq. Pena adalah segala ciptaan-Nya,
seperti Air, sungai, udara, gunung, tanah, pohon, hewan, manusia, atom,
molekul, bumi, dan seterusnya. Semua Pena itu bisa menulis, dan tulisan itu
disebut prilaku yang bisa dibaca oleh manusia. (Nataatmadja, 2001, hlm. 4).
Prof, Fahmi Basya, memberi tafsir bahwa Pena (Qalam) adalah logika, yaitu
sebagai alat manusia untuk memahami atau belajar.
Mereka
yang ber IQ = 0 adalah yang berpendidikan tinggi tetapi hanya focus membaca
logika alam, tanpa menggunakan panduan dari Qalam (logika) yang diajarkan Tuhan.
Pola berpikirnya cenderung pada kebenaran berdasarkan penglihatan dan
fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Pola pikirnya kaku dan cenderung egois,
men-tuhan-kan manusia, serta menyepelekan sumber-sumber pengetahuan dari supra
rasional yaitu kitab suci (Al-Qur’an).
Mereka
juga ber IQ = 0, menebarkan kebencian dan perpecahan atas dasar perintah Tuhan
dengan mengutip sebagian dari kitab suci Al-Qur’an. Mereka mengajak orang-orang
fokus pada pendapat-pendapat manusia, pribadi dan golongan bukan mengajak
tunduk kepada ketetapan Tuhan. Mengajarkan fenomena alam sebatas gejala alam,
dan menciptakan teknologi untuk kesenangan dunia tanpa mengajarkan moralitas
dari Tuhan untuk kesejahteran lahir dan batin.
Renungan
Russell menjadi motivasi bagi kita bahwa logika rasional manusia dengan membaca
alam tidak sepenuhnya menentukan segala kejadian, tetapi meyakini bahwa Tuhan, akan
memberi kehidupan yang baik untuk manusia adalah kecerdasan supra rasional yang
sepenuhnya menetukan. Intelegensi manusia yang selama ini mengutak ngatik
logika rasional dan sekular belum dikatakan cerdas atau IQ = 0, karena tidak
sampai memahami logika spiritual, logika supra rasional yang mengakui bahwa
Tuhan sebagai penentu segala kejadian di muka bumi dan alam semesta.
Hukum
kehidupan dari Tuhan ini sederhana,bisa dipahami oleh siapa saja dengan mudah.
Pada prinsipnya Tuhan untuk semua. Kerumitan berpikir terjadi karena bercampur
aduknya pemikiran rasional mausia dari alam, dan ketidakpahaman terhadap aturan
logika supra rasional yang segala sesuatunya telah ditetapkan oleh Tuhan sejak
Nabi Adam belum diciptakan.
Secanggih
apapun teknologi kesehatan diciptakan, ujung-ujungnya pasti mati. Dari dulu cara
hidup yang terbaik itu adalah berjihad di jalan Allah mencari penghidupan dunia
untuk persiapan kehidupan akhirat. Lalu manusia IQ = 0 membuat pemikiran sendiri,
memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat. Semua nabi utusan Allah mengajarkan
Islam, lalu manusia ber IQ = 0, memecah agama menjadi kelompok-kelompok dengan
tuhan masing-masing. Pegangan hidup itu, Al-Qur’an dan hadis, namun manusia ber
IQ = 0 menjadikan ahli-ahli kitab nya sebagai berhala sehingga mempertajam
perpecahan.
Pendidikan
mendasar itu, mengajarkan keesaan Tuhan dan keharusan berbuat baik terhadap sesama
terutama kepada ibu bapak, namun oleh manusia ber IQ = 0 pendidikan diarahkan
untuk menaklukkan alam demi kesenangan dunia. Semakin tinggi pendidikan,IQ = 0.
Wallahu ‘alam.
(Penulis Master Trainer logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment