OLEH: MUHAMMAD PLATO
Sedikit-sedikit
para pemikir Qur’ani sudah bermunculan, antara lain, Dr. Moh Sholeh membuktikan
secara empiris hadis Nabi Muhammad saw, tentang efek tahajud kepada kesehatan. Dr. Hidayat Nataadmadja, menemukan intelegensi
spiritual, software berpikir yang bersumber dari kitab suci Al-qur’an. Prof.
Dr. KH. Fahmi Basya, menemukan rumus matematika Islam, yang berhasil menemukan
konstruktsi pesawat luar angkasa dan rumus kecepatan cahaya. Prof. Dr. Taufiq
Pasiak, M.Pd. M.Kes, menemukan konstruksi otak manusia dengan rujukan hadis dan
Al-Qur’an. Toto Suharya, menemukan konstruksi berpikir logika tuhan, logika sebab
akibat dengan panduan Al-Qur’an.
Nataatmadja
(2001, hlm. xxxiv-xxxv) menjelaskan sebentar lagi Anda akan melihat “cahaya
yang terang benderang”. Ya. Itulah Al-Qur’an yang menerangi Anda dalam suatu
kehidupan yang sama sekali baru, sebagaimana matahari menerangi bumi. Di awali
dengan hijrah dari logika Aristoteles sebagai ilmu berpikir ke ilmu berpikir
Qur’ani, dari intelegeni sekuler ke intelegensi ukhrawi, dan dari intelegensi
digital, intelegensi artifisial, intelegensi rasional, ke intelegensi Fithriah,
intelegensi spiritual. Inilah yang disebut dengan revolusi cara berpikir,
membangun “the grand theory of science”
yang baru, yang bukan lagi berpijak pada “Philosopiae
Naturalis Principia Mathematica Newton” melainkan berpijak pada “Philosophiae Supra Naturalis Principia Meta Mathematica”.
Pada
intinya cahaya terang benderang Al-Qur’an itu akan dirasakan oleh umat manusia
manakala Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber dasar pengembangan paradigma
berpikir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Revolusi menuju paradigma
berpikir Qur’ani bukan semata untuk sekelompok manusia dalam hal ini umat
Islam, tetapi untuk seluruh umat manusia bahkan alam semesta.
Tokoh-tokoh
ilmuwan Barat, mulai merasakan kerancuan berpikir rasionalisme dan sekulerisme
yang sudah mendominasi pola pikir masyarakat. Fritjop Capra dalam bukunya The Turning Point, sudah menemukan
paradigma baru bahwa benda-benda bermakna jika saling berhubungan bukan
terpisah-pisah. Setiap benda sebenarnya saling berhubungan. Bagi penulis proses
saling berhubungan inilah yang menghasilkan kreativitas alam tanpa batas. Proses
saling berhubungan ini, bisa kita amati di alam dan bisa kita temukan dalam
buku panduan alam untuk memahami alam semesta kitab suci AL-Qur’an.
Renungan
Bertrand Russell, “manusia yang paling
rasional itu adalah manusia di daerah tropis, yang dengan sabar duduk di bawah
pohon pisang menunggu buah jatuh ke mulutnya”. Renungan Edward De Bono, “saya
ragu, apakah teknologi roda diketemukan melalui jalur logika”. (Nataatmadja,
2001, hlm. 4). Kedua filsuf ini sudah mendeteksi adanya kekuatan di luar
kekuatan rasional yaitu kekuatan supra rasional. Pola berpikir supra rasional berlaku
sesuai dengan ketentuan Tuhan, dengan bermilyaran variasi sesuai dengan
kemampuan seseorang dalam memahaminya.
Sederhananya
kemampuan berpikir supra rasional adalah kemampuan berpikir yang tidak
mengandalkan kemampuan logika material, tetapi mengandalkan pada logika
spiritual. Logika ini telah dipraktekkan oleh para Nabi, dan pengikutnya. Mereka
hidup dengan mengandalkan pada logika supra rasional yang diajarkan oleh Tuhan.
Logika
supra rasional bersifat baku, dapat diamati dalam dalam kehidupan semesta, dan
berlaku dalam berbagai macam variasi kehidupan. Logika supra rasional yang
baku, bisa dipahami dalam kejadian sederhana sampai pada tingkat kejadian
kompleks. Hukum-hukumnya baku, tidak mengalami perubahan, yang berubah hanya objek
atau kondisinya.
LOGIKA SUPRA RASIONAL BERSUMBER PADA PETUNJUK TUHAN |
Logika
supra rasional adalah pola berpikir para nabi yang menerahkan segala ketentuan
kepada penentu kehidupan. Berpikir mengikuti panduan Tuhan, mengembangkan dan
mengolahnya tidak keluar dari ketentuan Tuhan. Pola berpikir supra rasional
dirancang oleh Tuhan untuk membawa manusia pada kehidupan damai, sejahteran
dunia sampai tembus akhirat.
Contoh
pola pikir supra rasional bisa dilihat dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Kita
harus berterimakasih pada ulama-ulama besar dahulu yang telah melakukan
penelitian dan seleksi ketat, dan mengumpulkan sunnah Nabi Muhammad dalam
berbagai aspek kehidupan. Sekian dulu pejelasan saya, semoga bermanfaat. Wallahu
‘alam.
(Penulis Master Trainer logika Tuhan).
No comments:
Post a Comment