OLEH: MUHAMMAD PLATO
Kawan-kawan saya coba jelaskan
pemikiran Plato, yang dijelaskan oleh Bertrand Russell. Sebenarnya apa yang
dikatakan mereka tentang eksistensi Tuhan, dalam bentuk particular. Filsafat
Barat kalau kita pahami bersumber pada Tuhan yang absolut, hanya saja mereka
jarang menyebutkan kata Tuhan, karena lebih senang bermain dalam tataran
partikular (duniawi). Itu opini saya. Coba kita lihat saja penjelasannya di
bawah. Insya Allah tidak akan musyrik, justru kita akan belajar untuk lebih
mengenal Tuhan.
Plato berpendapat, “Mereka yang bisa melihat yang
absolut, abadi, dan tak berubah bisa dikatakan mengetahui”. Orang yang memiliki
pengetahuan berarti memiliki pengetahuan tentang sesuatu yang eksis, sebab
sesuatu yang tidak eksis berarti tidak ada. Jadi pengetahuan tak mungkin salah,
sebab secara logis tidak mungkin keliru. Sedangkan opini bisa keliru. Opini
tidak mungkin tentang yang tak eksis, sebab itu mustahil; tidak mungkin pula
tentang apa yang eksis, sebab ini adalah pengetahuan. (Russell, 2016, hlm.164).
Mungkin sedikit pusing juga memahami makna filosofis
penejelasan di atas. Baik saya akan sedikit memberi pemahaman tentang apa beda
pengetahuan dengan opini. Eksistensi alam semesta hakikatnya adalah pengetahuan.
Muasal dari semua pengetahuan adalah Tuhan. Pengetahuan bersama pemeliharanya
yaitu Tuhan. Manusia bukan pemilik pengetahuan, tetapi dia pencari pengetahuan.
Manusia-manusia pencinta pengetahuan pada akhirnya akan bermuara kepada Tuhan.
Setiap opini
manusia adalah pasti didasari pengetahuan, tetapi manusia tidak mungkin
memahami pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan tidak mungkin keliru, maka yang
keliru adalah opini manusia. Pengetahuan dalam opini manusia menjadi objek partikular,
karena manusia hidup dalam ruang dan waktu. Sesuatu yang partikular senantiasa
mengandung sifat berlawanan.
Analogi lain yang menjelaskan pengetahuan adalah
eksitensi, dijelaskan dalam kisah gua dan liang. Mereka yang tidak memiliki
pengetahuan diibartakan seorang narapidana (manusia terbatas) berada dalma
liang gua. Mereka melihat ke dalam gua, samping kiri kanan dinding gua.
Sementara di belakang mereka ada api yang menyala. Mereka hanya bisa melihat
bayang bayang dirinya sendiri, serta bayangan benda-benda di belakang mereka,
yang dipantulkan pada dinding gua oleh cahaya api. Mereka menganggap bayang-bayang itu adalah
kenyataan, dan dan tak punya pengertian benda-benda yang menjadi sumber
bayang-bayang. Pada akhirnya dia akan lolos keluar dari gua menuju dunia terang,
dan untuk pertama kalinya dia melihat yang nyata dan sadar bahwa sebelumnya dia
tertipu oleh bayang-bayang. Ketika kembali kepada teman-temannya yang masih
terjebak dalam gua, kemudian menjelaskan tentang kebenaran, di mata
teman-temannya ia akan tampak menjadi lebih bodoh dari sebelum ia bebas. (Russell,
2016, hlm, 170).
Manusia yang hidup di muka bumi, seperti narapidana
yang ada dalam gua. Mereka hidup diliang sempit yang gelap gulita. Atas
cahaya-Nya mereka bisa melihat benda-benda. Mereka tidak sadar bahwa
benda-benda yang dilihat adalah bayang-bayang Nya. Mereka tidak bisa mengenali cahaya
dan siapa pemilik bayang-bayang. Mereka akan keluar dari gua ketika mengenali
cahaya dan pemilik-Nya. Orang-orang yang sudah mendapat pencerahan (Pemimpin)
akan berusaha memperkenalkan siapa pemilik cahaya sebenarnya kepada mereka yang masih tinggal di dalam gua,
tapi yang di dalam gua, mereka kesulitan untuk memahaminya karena pandangan
mereka yang kaku. Mereka hanya bisa melihat ke depan akibat rantai yang membelenggunya.
Rantai yang membelenggu itu adalah pandangan keduniawian akibat terlalu lama
dirantai dalam gua.
Inti dari pemikiran Plato adalah manusia harus cinta
pengetahuan. Artinya, Tuhan yang absolut bisa eksis dalam jiwa manusia yang
berpengetahuan. Plato ingin menyampaikan kepada manusia bahwa mengetahui yang
absolut adalah visi tertinggi bagi perjalanan hidup manusia. Tuhan sebagai
pemilik pengetahuan absolut bisa ditemukan oleh manusia yang bisa keluar dari
liang gua, dan menyadarinya bahwa manusia tidak bisa menemukan kebenaran tanpa
bantuan dari Sang Pemilik Pengetahuan. Untuk itulah, Tuhan menurunkan manusia
yang telah memiliki pencerahan, berjiwa pemimpin, untuk membimbing manusia ke
pada cahaya Tuhan.
Sayang manusia-manusia sudah banyak terjebak di
lubang gua dan lehernya sudah terbelenggu oleh rantai sehingga pandangannya tidak
fleksibel dan hanya melihat satu arah ke arah bayang-bayang mereka sendiri dan
benda-benda yang ada di belakangnya. Para pemimpin (yaitu Nabi), yang membawa
pengetahuan (pencerahan) dari Tuhan, dianggap orang-orang bodoh dan lebih bodoh
dari mereka. Maka dari itu pesan dari Tuhan, Para Nabi, dan Plato, manusia
harus bisa melihat yang absolut dan abadi dengan terus menggali pengetahuan. Wallahu’alam.
(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment