OLEH: MUHAMMAD
PLATO
Sebuah video
inspiratif tentang kejadian dalam dunia pendidikan di media sosial, sungguh
menggetarkan hati dan membuat mata berkaca-kaca. Seorang anak mendapat pecutan
dari gurunya karena selalu datang terlambat. Anak itu seolah tidak jera untuk datang
kesiangan, sekalipun selalu mendapat pecutan dari gurunya.
Suatu hari
guru tersebut menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan keluarga anak itu. Mereka
dua bersaudara dan hanya memiliki satu baju seragam untuk bergantian digunakan
ke sekolah. Kondisi itulah ternyata yang membuat anak itu tidak jera-jera
datang siang sekalipun tekena pecutan dari gurunya.
Setelah
menyaksikan kondisi anak didiknya, guru itu bersimpuh dan memeluk anak tersebut
ketika datang kesiangan. Guru tersebut menyadari bahwa apa yang dilakukannya
telah melampaui batas kewajaran sebagai seorang guru yang seharusnya selalu
memperbaiki dan memelihara diri dari keburukan sikap.
DALAM PRIBADI GURU ADA SIFAT TUHAN YAITU PEMAAF |
Fakta di atas
memberikan pencerahan kepada kita semua sebagai seorang guru, untuk semaksimal
mungkin menguasai ilmu pedagogik. Ilmu pedagodik adalah ilmu mendidik yang bisa
guru kembangkan dengan cara memahami dunia dan latar belakang kehidupan
anak-anak. Sungguh banyak kesalahan kita dalam memperlakukan anak-anak, karena
ketidaktahuan kita terhadap dunia dan latar belakang anak-anak.
Keterbatasan
pengetahuan para guru, telah melahirkan sikap-sikap destruktif dalam mendidik
anak-anak. Padahal kita sudah sepakat, bahwa tidak ada anak-anak yang
berprilaku buruk kecuali dia dibatasi oleh kondisi lingkungan dan keterbatasan
akses mereka terhadap ilmu pengetahuan. Tidak mungkin ada anak-anak berprilaku
buruk kecuali dia dibentuk oleh lingkungan keluarga, teman, masyarakat, guru,
dan pendidikan yang buruk.
Seharusnya
lingkungan pendidikan dan guru adalah benteng dan tempat berlindung
satu-satunya anak-anak dari ujaran-ujaran buruk yang mematikan potensi dirinya.
Haram di dunia pendidikan ada ujaran-ujaran yang dapat merusak optimisme
anak-anak didik untuk mejadi anak baik.
Guru memiliki
fungsi yang sama dengan para Nabi yaitu sebagai penyampai kebenaran dan pemberi
kabar gembira atas apa-apa yang telah dijanjikan Tuhan kepada manusia. Sebagaimana
para Nabi, jiwa guru harus dipenuhi dengan rasa cinta tanpa syarat. Rasa cinta
guru tidak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar, tapi murni harus sudah jadi
sifat ilahiah yang dimiliki para guru.
Sifat ilahiah
sebagai pecinta tanpa syarat adalah sifat para Nabi yang diajarkan kepada
seluruh umat manusia. Guru adalah para pecinta tanpa syarat sebagaimana sifat
Tuhan kepada mahkluknya. Sifat Tuhan yang maha pengampun dan penyayang adalah
akhlak dari guru-guru yang memiliki sifat pecinta tanpa syarat.
Sifat Maha Pengampun
dari Tuhan diimplementasikan oleh guru dengan menjadi manusia-manusia yang
selalu ingin memperbaiki, menutupi segala kekurangan anak-anak didik. Dengan
sifat ini, tanpa memahami latar belakang anak-anak, apapun kesalahan anak-anak,
guru akan tetap memaafkan dan memperbaiki setiap kekurangan anak-anak.
Namun, untuk
menghadirkan sikap-sikap pemaaf dan selalu ingin meperbaiki kekurangan anak,
guru harus berusaha memahami secara mendalam latar belakang lingkungan
anak-anak. Apapun yang terjadi pada anak-anak, secara lahir pasti dipengaruhi
oleh lingkungan di mana dia tinggal, dimana dia bermain, dan siapa teman-teman
sebayanya.
Mengetahui
latar belakang anak-anak, akan merubah sikap guru dari benci menjadi pemaaf dan
pemelihara. Seperti kejadian guru yang memeluk anak didiknya dengan penuh kasih
karena telah memahami latar belakang anak didiknya.
Kesimpulannya,
kesalahan kita dalam mendidik terjadi karena keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki oleh guru tentang bagaimana seharusnya sifat seorang guru, dan kurang
memahami bagaimana latar belakang anak-anak didik. Sifat-sifat guru yang pemaaf
dan pemelihara bisa hadir jika kita paham tentang siapa hakikat pendidik, dan
bisa juga datang karena kita banyak belajar dari berbagai macam latar belakang
lingkungan anak-anak didik kita.
Maka dari
itulah, antara guru dan anak-anak didik sebenarnya akan saling belajar.
Guru-guru dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi sumber ilmu
bagi anak-anak. Sebaliknya anak-anak akan mentransfer pengetahuan nilai kepada
guru-guru dalam memperlakukan mereka.
Kondisi saling
belajar ini akan melahirkan guru-guru teladan dalam berprilaku dan jadi contoh
bagi anak-anak. Guru-guru teladan sejati adalah mereka yang memiliki
sifat-sifat Tuhan yang diimplementasikan dalam pendidikan menjadi sosok guru pemaaf
dan pemelihara. Wallahu ‘alam.
Bapak tahun Ini ada siswa yang tidak naik kelas karena dua orang guru tidak memberikan pengampunan akan kenakalan anak tersebut selama satu tahun Kebelakang dan tidak memberikan nilai di atas KKM semua cara sdh dikerahkan dan sebagai wali kelas saya sudah merasa gagal namun bagaimana lagi sudah ketuk Palu di pleno
ReplyDelete