OLEH: MUHAMMAD PLATO
Era
disrupsi menuntut dunia pendidikan terus adaftif memenuhi dinamisnya perubahan
masyarakat. Perubahan kurikulum yang seyogyanya diperbaharui minimal 10 tahun
sekali, seakan tidak pernah sesuai dengan perubahan zaman. Cepatnya arus
informasi telah menjadi faktor penyebab utama dinamisnya perubahan masyarakat
saat ini.
Perubahan
zaman seperti mengikuti perubahan tipe smart
phone yang berubah setiap tiga bulan. Perubahan tipe smart phone, telah memudahkan masyarakat mengakses berbagai macam
pengetahuan dari berbagai negara dan budaya. Konten-konten budaya dengan bau erotisme
milik suatu suku, atau bangsa, kini tampil dalam dunia maya menjadi konsumsi
seluruh bangsa. Erotisme menjadi langkah promosi produk yang masih tetap
dimanfaatkan untuk menarik keuntungan besar dalam bidang ekonomi.
Smart phone dengan memori dan penyimpanan data besar, memiliki
kecepatan akses dan menyimpan jutaan data. Teknologi ini semakin melancarkan
masyarakat untuk mengakses berbagai pengetahuan dari internet tanpa kendali
dari siapapun kecuali dirinya dengan Tuhan.
SEHEBAT APAPUN KURIKULUM HASIL PEMIKIRAN, AKAN KEMBALI KEPADA KURIKULUM TUHAN |
Usia
anak-anak dari sekolah dasar sampai menengah atas adalah usia yang sangat haus
dengan pengetahuan. Moralitas pada usia anak sekolah sangat labil. Rasionalitas
tidak menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, mereka cenderung
mengikuti apa yang diinginkannya.
Teori
perubahan menyatakan bahwa tahap akhir perubahan manusia berada di masyarakat
positvistik (rasional empiris). Pada tahap ini, agama yang dianggap hanya fiksi,
akan benar-benar ditinggalkan masyarakat. Namun, faktanya, dari hasil penelitian
Norris dan Inglehart (2004), saat ini masyarakat dunia tidak sedang berada di
dunia positivistik, tapi sangat religius. Ini artinya teori tidak sesuai dengan
kenyataan.
Masyarakat
sekulern yang tidak menganggap penting adanya agama, mereka masih tetap
mengakui adanya Tuhan. Saat ini dunia seperti sedang kembali ke dunia teologis,
yang dulu diprediksi oleh para ahli sosiologi akan ditinggalkan oleh
masyarakat.
Kondisi
ini menjadi salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa memprediksi
perubahan yang terjadi pada masyarakat. Dalam kondisi ketidakpastian (chaos) saat ini, masyarakat butuh
kepastian yang bisa menjamin hidupnya bahagia. Untuk itulah masyarakat sedang berbondong-bondong
kembali kepada agama (teologi).
Maka
dari itu, trend pendidikan abad 21 diwarnai sentuhan-sentuhan pendidikan yang
bersumber dari agama. Sekolah berbasis agama menawarkan kurikulum dengan
pendekatan holistik untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Sayang, pendidikan
agama dengan pendekatan holistik, fasilitas lengkap, ditawarkan dengan biaya tak
ternjangkau masyarakat biasa. Biaya masuk puluhan sampai ratusan juta menjadi
terkesan pendidikan mahal berbanding lurus dengan kualitas. Logika ekonomi
kapitalis telah menyesatkan dunia pendidikan berbasis agama.
Untuk
itu sekolah-sekolah negeri yang dikelola oleh negara masih menjadi harapan
masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan berkualitas tapi murah dan
terjangkau. Inovasi kurikulum pun perlu dilakukan di sekolah-sekolah negeri
untuk menghadapi perubahan zaman yang sedang mengarah kembali kepada zaman
religius.
Inovasi
kurikulum dilakukan dengan memasukkan ajaran-ajaran moral yang besumber dari
agama. Mengajarkan moralitas kepada anak-anak dari sumber ajaran agama, lebih
mudah dilakukan karena kepercayaan kepada Tuhan adalah naluri manusia. Naluri
percaya kepada Tuhan bisa diolah menjadi alat untuk mengendalikan anak-anak
dari dalam dirinya bukan karena rasa takut pada hal-hal yang material.
Harapan-harapan
hidup bahagia yang dijanjikan Tuhan akan membantu anak-anak untuk hidup lebih
sabar dan tetap optimis dalam bekerja keras. Janji-janji Tuhan yang pasti, akan
membantu membangun moralitas anak-anak menjadi manusia-manusia tangguh di abad
ini. Itulah kurikulum dari Tuhan yang harus kita masukkan ke dalam kurikulum
pendidikan saat ini melalui program peningkatan pendidikan karakter.
Mengajarkan
hidup sukses dengan moral agama tidak ada istilah trial and error, karena agama mengajarkan kepastian. Sesungguhnya
segala ketentuan Tuhan tidak pernah mengalami perubahan dari dulu sampai
sekarang. Ketentuan-Nya, orang-orang yang berakhlak mulia, dia pasti hidup
sukses di dunia dan akhirat. Maka dari itu, sehebat apapun manusia berpikir
pada ujungnya manusia akan kembali tunduk pada ketentuan Tuhannya.
Wallahu’alam.
(Master Trainer Logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment