OLEH: MUHAMMAD PLATO
Dalam kehidupan
sehari-hari yang harus dijaga setiap saat adalah pikiran optimis. Tanpa
optimisme, manusia tidak akan bergerak. Segala sesuatu digerakkan oleh
optimisme. Maka salah satu tugas yang harus dijaga dalam dunia pendidikan
adalah menjaga hati dan pikiran anak-anak agar tetap optimis. Maka dari itu,
dalam dunia pendidikan tidak boleh ada ujaran-ujaran kebencian yang dapat
mematikan optimisme anak-anak.
Optimisme bisa terlahir
karena ada harapan hidup yang lebih baik, menyenangkan, dan menggembirakan.
Bagi mereka yang tidak memiliki harapan hidup lebih baik, meyenangkan, dan
menggembirikan, mereka cenderung pesimis, dan cenderung ingin mengakhiri hidup.
Penelitian terhadap
kadar optimisme dan pesimis dari 122 orang pria yang mengalami serangan jantung
telah dilakukan. Setelah delapan tahun, dari 25 orang yang paling pesimis, 21
dintaranya telah meninggal dunia. Sementara itu, dari 25 orang yang paling
optimis, hanya enam orang yang meninggal. Sebuah teori berpendapat bahwa sikap
optimisme dapat menghindarkan diri dari depresi, cemas, dan stres, serta rentan
untuk terkena kanker. (Sholeh, 158:2012). Hasil penelitian ini dapat
sisimpulkan bahwa sikap optimis dapat menyehatkan dan memanjangkan umur.
Jika seseorang diajak
untuk berbuat sesuatu lalu dijanjikan harapan baik (kabar gembira), maka
kemungkinan besar setiap orang akan melakukan perbuatan tersebut karena ingin
mendapatkan harapan baik yang dijanjikan. Pada intinya optimisme selalu terlahir
karena ada harapan baik (kabar gembira) yang dijanjikan.
Mereka
menjawab: "Kami menyampaikan kabar
gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang
yang berputus asa". (Al Hijr,
15:55)
Optimisme yang
digantungkan pada hal-hal material, akan mengalami pasang surut. Hal yang
bersifat material, kadang bisa didapatkan kadang tidak. Hal yang bersifat
material pun bersifat fana dan hilang, untuk itu dia tidak bisa menjanjikan
sesuatu secara permanen. Maka dari itu, optimisme yang dibangun karena hal-hal
material cenderung tidak mampu bertahan lama, sehingga menyebabkan seseorang
kecewa dan jatuh sakit.
JIKA HARAPAN KITA DIGANTUNGKAN KEPADA TUHAN MAKA HARAPAN KITA TIDAK AKAN PERNAH MATI KARENA TUHAN TIDAK AKAN PERNAH MATI |
Optimisme yang permanen
diajarkan dalam Al-Qur’an dengan perintah Tuhan kepada manusia agar selalu menggantungkan
hidupnya kepada Tuhan Yang Esa, dan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya
tempat berharap.
Tuhan adalah dzat yang
maka kaya dan tidak akan pernah mati. Tuhan adalah wujud yang tidak akan pernah
hancur dan mati. Maka barang siapa yang berharap kepada wujud yang tidak akan
pernah hancur dan mati, maka harapannya tidak akan pernah mati. Selama harapan
itu digantungkan kepada Tuhan, harapan itu akan terus hidup seperti Tuhan yang
tidak akan pernah mati. Maka perintah-Nya;
“dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Alam Nasyrah, 94:8).
Harapan manusia kepada
Tuhan dibangun dalam bentuk ritual doa. Sebaik-baiknya ritual doa dilakukan
dalam tindakan shalat. Maka mengajarkan shalat kepada anak-anak didik, adalah
mengajarkan agar anak-anak didik membangun harapannya setiap pagi kepada Tuhan,
bukan kepada hal-hal yang bersifat profan (duniawi).
Shalat dalam kurikulum pendidikan
adalah upaya sadar untuk menghadirkan sikap optimisme ke alam bawah sadar anak-anak
didik. Menurut penelitian Hawkins, anak-anak yang memiliki sikap optimisme,
sudah termasuk pada manusia kelas atas yang punya kekuatan energi 310 untuk
melakukan perubahan terhadap diri dan lingkungannya. Optimisme yang dibangun
dengan shalat dapat menumbuhkan anak-anak yang sehat dan kuat.
Penelitian terhadap
efek shalat tahajud terhadap kesehatan 19 orang santri yang dilakukan Moh.
Sholeh (2012), membuktikan bahwa shalat tahajud yang dilakukan dengan tepat,
konstinyu, pada jam 02.00-03.30 wib yang dijalankan selama delapan minggu
terbukti bahwa shalat tahajud dapat menurunkan sekresi hormon kortisol.
Menurunnya sekresi hormon kortisol menunjukkan bahwa shalat tahajud
menyehatkan.
Shalat tahajud dapat
menumbuhkan respons emosional positif dan memperbaiki coping (upaya kognitif
mengubah pandangan dan kondisi menjadi positif). Artinya shalat dapat membantu
anak-anak untuk mengubah segala kondisi yang dialaminya menjadi positif. Segala
kondisi yang dipersepsi positif akan melahirkan optimisme.
Optimisme yang dibangun
atas dasar keimanan dan keyakinan kepada Tuhan tidak akan pernah surut.
Optimisme tersebut akan bersifat permanen. Optimisme yang dibangun atas dasar
ketergantungan kepada Tuhan, akan selalu melahirkan emosi senang, bahagia dan
optimis tanpa batas. Wallahu’alam.
(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)
asalamualaikum pak ijin pencerahan nya,,Rahmat punya niat untuk melanjutkan sekolah ke universitas, akan tetapi terkendala masalah waktu dan biaya karna harus berbagi dengan kelurga Jati dirumah hehe ditambah lagi ada rencana untuk mengambil perumahan kebtulan dapat subsidi dari pemerintah karena memang di prioritaskan untuk yang kerja di kantor saya ini,,BINGUNG jadinya pak hmmmmm menurut Bapak yang mana yg hrus didahulukan ??
ReplyDeleteasalamualaikum pak ijin pencerahan nya,,Rahmat punya niat untuk melanjutkan sekolah ke universitas, akan tetapi terkendala masalah waktu dan biaya karna harus berbagi dengan kelurga Jati dirumah hehe ditambah lagi ada rencana untuk mengambil perumahan kebtulan dapat subsidi dari pemerintah karena memang di prioritaskan untuk yang kerja di kantor saya ini,,BINGUNG jadinya pak hmmmmm menurut Bapak yang mana yg hrus didahulukan ??
ReplyDeleteSEKOLAH MENCARI ILMU WJIB
ReplyDelete