OLEH: MUHAMMAD PLATO
Hasil dari pendidikan
yang diharapkan oleh semua orang adalah kebahagian. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2014 sebesar 68,28 pada
skala 0–100. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki
oleh setiap individu di Indonesia pada tahun 2014. Semakin tinggi nilai indeks
menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, sebaliknya semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia.
Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. (www.wikipedia.org).
Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. (www.wikipedia.org).
Coba perhatikan, semua
unsur kebahagiaan ukurannya bergantung pada sesuatu yang material. Kebahagiaan
yang bergantung pada material bersifat relatif. Maka sesungguhnya orang-orang
yang mengandalkan kebahagiaannya bergantung pada material tidak akan pernah
menemukan kebahagian permanen.
Apakah yang membuat
kita bahagia permanen? Allah menjamin kebahagiaan manusia secara permanen. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (Al Baqarah, 2:25).
Sesungguhnya kebahagian
abadi akan didapatkan oleh seseorang jika punya keimanan dan kayakinan kepada
Tuhan Yang Esa. Keimanan dan keyakinan kepada Tuhan Yang Esa melahirkan harapan
baik. Siapapun yang punya harapan baik akan hidup dengan penuh sukacita.
Maka orang-orang yang
punya keimanan dan keyakinan kepada Tuhan tidak akan pernah bertemu dengan
pesimisme, karena Tuhan dipersepsi oleh orang-orang beriman dan berkeyakinan,
sebagai dzat yang mampu mewujudkan segala kebutuhan hidup.
Sedih, khawatir, tidak akan pernah hinggap dalam hati dan pikirannya.
Tugas para penceramah, pemuka agama dan guru adalah mengajarkan kepada semua orang agar bisa hidup bahagia. Mereka harus diberi pemahaman bahwa kebahagian tidak tergantung pada fasilitas hidup di dunia, tetapi kekuatan keimanan dan keyakinan kepada Tuhan.
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,”
(Al-Baqarah, 2:155).
Penyebab ketakutan
adalah segala sesuatu yang bersifat material, dan penyebab kebahagiaan adalah
kesabaran menanti janji kesejahteraan dari Tuhan. Sesungguhnya Tuhan Yang Esa
tidak pernah ingkar janji.
KEBAHAGIAAN ABADI ITU JIKA KITA BISA MENGELUARKAN |
Upaya terberat manusia
dalam mewujudkan kebahagian adalah usaha menanamkan kepercayaan dan keyakinan
ke dalam hati dan pikiran bahwa Tuhan akan menjamin kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirat. Usaha menanamkan kepercayaan dan keyakinan tersebut ditempuh
dengan jalan mendaki yaitu dengan mendirikan shalat sebagai sarana minta tolong
kepada Tuhan agar lepas dari barang-barang material. Melepaskan diri dari
barang-barang material dengan cara melatih melepaskan barang-barang yang kita
cintai untuk kesejahteraan orang lain sampai menjadi karakter.
Kehidupan dunia tidak
akan memberikan kebahagiaan sempurna, kecuali mereka yang bersabar dan
bersyukur atas segala pemberian Tuhan. Maka upaya pemerintah dalam
mensejahterakan rakyatnya harus berfokus pada meningkatkan kesadaran ketaatan
masyarakat kepada Tuhannya. Prioritas program pemerintah dalam hal ini adalah
pendidikan berbasis ajaran moral agama.
Ajaran agama tidak
dipersepsi sebagai ajaran sempit dan kerdil. Pada hakikatnya agama mengajarkan
kepada manusia untuk hidup selaras dengan alam dengan menyebarkan rasa cinta
dan damai.
Dan tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al Anbiyaa,
21:107).
Dalam prinsip Islam,
kebahagiaan tidak terletak pada kepemilikan melainkan mengeluarkan. Kepemilikan
justru akan mengakibatkan ketakutan dan penderitaan. Untuk itulah dalam Islam
kehidupan dunia bukan tujuan tapi sarana untuk mencapai kebahagian di akhirat.
Wallahu’alam.
(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment