OLEH: MUHAMMAD
PLATO
Ukuran manusia
dewasa lazim diakui semua orang, dilihat dari umur. Kesepakatan ini dibakukan
dalam undang-undang. Manusia dewasa menurut undang-undang RI adalah berusia 18
tahun. Oleh karena itu hati-hati, yang menikahi perempuan di bawah 18 tahun
bisa dianggap melanggar undang-undang dengan sangkaan menikahi perempuan di
bawah umur.
Namun faktanya
kategori orang dewasa tidak bisa diukur dari umur belaka. Ukuran dewasa harus
dilihat dari unsur lain yang lebih substantif. Melihat kedewasaan dari aspek
umur hanya bersifat kuantitatif.
Kedewasaan
bisa juga dilihat dari aspek fisik, ditandai dengan perubahan bentuk tubuh dan
perubahan orientasi seks dan hormon. Ukuran kedewasaan ini juga masih dalam kategori
kuantitatif.
Sebaliknya ada
ukuran kedewasaan yang bersifat kualitatif. Ukuran ini mengarah kepada
substansi berupa sikap atau akhlak manusia. Secara kualitatif ukuran kedewasaan
sangat tergantung pada perbendaharaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah
prasyarat kedewasaan seseorang, semakin banyak ilmu yang dimiliki maka semakin
besar kemungkinan orang bersikap dewasa. Dalilnya di dalam Al-Qur’an adalah;
Dan tatkala dia
cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah
dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. (Yusuf, 12:22)
Ilmu pengetahuan
adalah faktor penentu seseorang dalam berprilaku. Orang-orang yang melakukan
kekerasan dia melakukannya dengan kadar pengetahuan yang dimilikinya. Di dalam
otak orang-orang yang melakukan kekerasan, dia tidak menemukan cara-cara damai
dalam menyelesaikan masalah hidupnya. Sekalipun ada yang memberi tahu, dia
tidak memiliki pengalaman dan keyakinan bahwa dengan cara-cara damai masalahnya
dapat diselesaikan.
Ilmu
pengetahuan yang dapat mendewasakan seseorang harus bersumber pada yang benar.
Sumber ilmu pengetahuan yang dijamin benar, membawa kedamaian adalah kitab suci
Al-Qur’an.
Fakta secara
substansi, kedewasaan seseorang terlihat saat menyikapi segala kejadian.
Sikap-sikap orang dewasa dalam menyikapi segala kejadian diatur dalam kitab
suci Al-Qur’an. Aturan itu bersifat baku oleh karena itu menjadi alat ukur
kedewasaan seseorang. Berikut adalah alat ukur paling dasar dari kedewasaan seseorang
bersumber dari Al-Qur’an.
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur
untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu MEREKA TELAH CERDAS (pandai memelihara harta), maka SERAHKANLAH KEPADA MEREKA HARTA-HARTANYA.
Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan
(janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) SEBELUM MEREKA DEWASA. (An Nisaa, 4:6)
Bedasarkan konsep-konsep
yang ada dalam Al-Qur’an di atas, secara kasat mata kedewasaan seseorang dapat
dilihat dari kecerdasannya. Bila kita hubungkan dengan Surat Yusuf ayat 22,
dapat disimpulkan bahwa orang-orang cerdas adalah mereka yang diberi hikmah (kemampuan
mencipta) dan ilmu.
Surat An Nisaa
ayat 6, menjelaskan lebih lanjut bahwa orang-orang dewasa yang telah diberi
hikmah dan ilmu adalah mereka yang pandai mengelola harta. Mereka yang pandai
mengelola harta adalah yang mampu membelanjakan hartanya di jalan Tuhan, yaitu
yang menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan umum, anak-anak yatim,
fakir miskin, orang tua jompo dan sebagainya.
Menurut Al-Qur’an
kecerdasan paling mendasar yang bisa dilihat dan menjadi ukuran bahwa orang itu
sudah dewasa adalah mereka yang bisa mendonasikan sebagian hartanya untuk
kepentingan orang lain (sedekah). Konsep sedekah itu kemudian diimplementasikan
dalam berbagai aktivitas kehidupan, yaitu dalam dagang, politik, sosial, dan
budaya.
Dengan demikian
kita bisa melihat siapa orang-orang dewasa dan siapa anak-anak. Bukan dilihat
dari umurnya tetapi dilihat dari cara-cara mengelola harta yang dimilikinya,
dan caranya menyikapi segala kejadian.
Ciri sikap
yang paling menonjol dari orang dewasa, dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, (Fushshilat, 41:34). Lihatlah
dengan mata kepala sendiri, mereka orang-orang dewasa menolak kejahatan dengan
kebaikan.
Berdasarkan
hasil riset David R. Hawkins level orang-orang dewasa ada di level power.
Orang-orang di level ini memancarkan energi dari rentang 200 menuju damai
sejahtera 1000. Lebih lanjut akan saya jelaskan di artikel berikutnya. Demikian
saya sampaikan untuk semata mendapat keridhaan Allah swt.
No comments:
Post a Comment