OLEH: MUHAMMAD PLATO
Sadar… sadar… pikirannya jangan
kosong!!! Kata-kata itu saya dengar berpuluh-puluh tahun tanpa mengerti
maksudnya. Itupun saya ucap ulang kepada anak-anak di sekolah jika ada yang kemasukkan
roh halus. Padahal saya sendiri tidak tahu maksud dari pikiran kosong itu
bagaimana.
Ada juga kalimat seperti ini, coba
pikirannya kosongkan, jangan mikir macam-macam. Kalimat ini sering dikemukakan
oleh para ahli terapi. Mengosongkan pikiran akan membantu percepatan
penyembuhan. Jika pasien tidak mengerti bagaimana mengosongkan pikiran, hal ini
akan mempersulit penyembuhan sakit si pasien.
Jika kosong diartikan sebagai tidak
ada yang dipikirkan, mana mungkin ada orang otaknya kosong tidak ada yang
dipikirkan. Semakin tidak jelas lagi bagaimana mengartikan pikiran kosong dan
mengosongkan pikiran.
Ustad Yana sebagai ahli terapi segala penyakit,
dengan kemampuan visualisasi yang dia miliki, sedikit memberi pencerahan
tentang arti pikiran kosong dan mengosongkan pikiran. Menurut Beliau, pikiran
kosong adalah kondisi pikiran yang sedang memikirkan sesuatu yang tidak perlu
dipikirkan. Objek pikirannya sia-sia, dan cenderung negatif. Misalnya
memikirkan seseorang yang sudah meninggal, seolah-olah orang tersebut masih
hidup, sehingga merasa terus kehilangan.
Mengosongkan pikiran artinya ingat Tuhan Yang Esa. |
Memikirkan orang yang sudah mati karena
merasa kehialangan adalah sia-sia, karena dia tidak akan hidup lagi. Berpikir
karena menyesali, dan tidak menerima kejadian musibah yang telah terjadi, adalah
sia-sia karena kejadian yang telah terjadi tidak akan bisa diulangi .
Jadi pikiran kosong bukan tidak
berpikir apa-apa, tetapi berpikir tentang sesuatu yang tidak perlu dipikirkan
dan sia-sia. Salah satu aktivitas berpikir sia-sia lainnya adalah memikirkan
hal-hal ghaib selain Tuhan Yang Esa, yang sering diwujudkan dan dikenal dengan
hantu-hantu gentayangan. Jika sesuatu yang tidak perlu dipikirkan tetap
dipikirkan maka apa yang dipikirkannya sia-sia. Kondisi ini akan mengundang
sakit kejiwaan dan berdampak pada fisik.
Bila seseorang memikirkan hal yang
sia-sia, orang itu dianggap pikirannya kosong. Pikirannya jadi negatif,
energinya terkuras, syaraf melemah, dan akan berpengaruh terhadap menurunnya
kekebalan tubuh. Menurut Ustad Yana, orang-orang seperti ini mudah terserang
penyakit.
Sedangkan mengosongkan pikiran
adalah memusatkan fikiran pada yang berkehendak dalam hidup ini yaitu Allah
swt. Mengosongkan pikiran bisa juga berarti fokus berpikir menyerahkan diri
secara total kepada Allah swt.
Kunci memahami dari mengosongkan
pikiran adalah memahami arti kosong. Dari penglihatan kasat mata kosong diartikan
sebagai tidak ada, sesungguhnya kosong adalah isi.
Memahami arti kosong adalah isi,
bisa kita pahami dari penjelasan Prof. Fahmi Basya bahwa kata basamalah
memiliki nomor nol dalam surat-surat selain alfatihah. Ini artinya kata basmalah
adalah nol. Jika kata basmalah adalah nol, maka kata basmalah adalah rahmat dan
rahimnya Tuhan. Rahmat dan rahimnya Tuhan tidak terhitung nilainya.
Jika kita kaitkan dengan surah
Al-baqarah, 2:261, menjelaskan bahwa satu sedekah akan bercabang tujuh, dan
setiap cabang berbuah 100. Maka ada rumus matematika Al-Qur’an yang bisa
menjelaskan bahwa kosong bukan tidak ada, tetapi isinya banyak. Rumus tersebut
adalah 1-1= 700 jadi 0=700.
Untuk memahami bagaimana
mengosongkan pikiran, kita bisa memahami arti sadar. Orang-orang yang
pikirannya kosong sering bertindak tidak sadar. Makna sadar menurut David R.
Hawkins adalah kesadaran akan adanya Tuhan. Orang-orang yang memiliki kesadaran
akan adanya Tuhan tampil dengan damai, dan hanya bisa dilakukan oleh 1 dari 10
juta orang.
Jika kesadaran dikaitkan dengan
kesadaran akan adanya Tuhan, maka mengosongkan pikiran artinya mengembalikan
kesadaran dengan menghadirkan Tuhan dalam pikiran. Sedangkan pikiran kosong artinya
hilangnya Tuhan dalam pikiran.
Saya setuju dengan Ustad Yana,
bahwa kesehatan permanen akan orang dapatkan jika dalam hidupnya selalu
mengosongkan pikiran dalam arti selalu ingat (dzikir) dan bergantung memohon
pertolongan kepada Tuhan saja. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment