OLEH: MUHAMMAD PLATO
Ada
di mana kualitas Anda? Hasil penelitian David R Hawkins akan membantu anda
menentukan siapakah anda. Tidak bermaksud merendahakan tapi hanya memberikan
gambaran bahwa manusia-manusia berkalibrasi tinggi menduduki sebagai kecil
manusia.
Hanya
0,4% populasi dunia yang hidup dengan kekuatan energi kalibrasi di atas angka
500 atau lebih. Manusia di level 500 itu adalah mereka yang hidup dengan cinta.
Bukan cinta seperti yang dipahami manusia biasa. Manusia biasa mengekspresikan
cinta karena ketertarikan fisik, posesif (ingin memiliki), ingin mengendalikan,
ketergantungan, dorongan seks (erotisme), dan dan kebaruan (ingin memiliki
hal-hal baru). Misalnya istri baru, dan mobil baru.
Cinta
bersyarat seperti kondisi di atas akan mengalami kondisi yang fluktuatif. Cintanya
turun naik sesuai dengan keadaan yang dialaminya. Dalam kondisi stres dan
kecewa kualitas cintanya bisa menurun sampai pada level membenci. Manusia
seperti ini masih hidup di level prilaku binatang, hidup di medan energi di
bawah 200.
Kesimpulan
David R Hawkins sebagian besar manusia hidup berada di medan energi di bawah
200. Mereka yang hidup di bawah medan energi 200 itu memiliki ciri kultural
hidup sangat primitif. Pola pikir dan aktivitas hidupnya hanya sebatas memenuhi
kebutuhan makan, mencari bahan bakar, dan tempat tinggal. Ketergantungan total
terhadap lingkungan sekitar. Inilah peradaban hewani sama dengan pola hidup
zaman batu.
CINTA ADALAH KEINGINAN UNTUK SELALU TERHUBUNG, MENDUKUNG, DAN MEMELIHARA ALAM BESERTA ISINYA |
Manusia
level zaman batu, cintnya bersyarat benda. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia KECINTAAN kepada apa-apa yang diingini (HAWA),
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran,
3:14).
Menurut
Hawkins, cinta pada manusia level 500 adalah cinta tidak bersyarat benda atau
kondisi. Cinta ini tidak akan berubah, dan permanen. Cinta yang tidak berfluktuasi,
cinta yang bersumber pada diri seseorang tanpa terpengaruh faktor eksternal
apapun. Mencintai adalah keinginan untuk
terhubung (menjaga silaturahmi) dengan dunia diwujudkan dalam prilaku
memaafkan, mengasuh, dan mendukung. Mencintai adalah kafasitas mendukung orang
lain untuk mencapai prestasi (kesejahteraan) tertinggi karena kemurnian
niatnya.
Cinta
berfokus pada kebaikan dalam kehidupan, dalam segala ekspresi dan ungkapannya selalu
positif. Cinta mencairkan negatifitas dengan merekonstekstualisasi dibanding
menyerang. Bagi orang-orang yang sudah diraksuki cinta sejati, semua kejadian
akan diubah oleh pikirannya menjadi sudut pandang baik. Hanya sedikit orang
(0,04% populasi dunia) yang bisa hidup dengan kualitas cinta sejenis ini.
Akhirnya
mari kita beri kesimpulan tentang definisi cinta, agar kita bisa mengajari
anak-anak. Cinta sejati adalah keinginan (HAWA) untuk selalu menjalin, menjaga,
hubungan (silaturahmi) dengan alam dan manusia di dalamnya. Orang-orang yang
dipenuhi rasa cinta, mewujudkan cintanya dalam prilaku selalu memaafkan segala
kesalahan orang lain, dan memelihara (mendidik, mendukung) orang lain dan
seluruh makhluk untuk bisa mencapai derajat kualitas kehidupan tertinggi.
Inilah
ekspresi dari derajat orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dan
inilah kompetensi tertinggi yang harus dimiliki oleh para pendidik.
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun (memperbaiki) lagi
Maha Penyayang (memelihara). (Ali Imran, 3:31)
Semoga
Allah melimpahkan rasa cinta kepada kita semua. Cinta tanpa syarat, seperti
cintanya Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh alam. Demikian penjelasan saya. Wallahu
‘alam.
(Penulis Master Trainer Logika Tuhan).
No comments:
Post a Comment