OLEH: MUHAMMAD PLATO
Puji syukur kepada
Allah, yang telah melimpahkan ilmu kepada kita. Sungguh keberkahan bagi kaum
muslimin, hari raya idul fitri tahun 1439 H. jatuh pada hari Jumat. Hari Jumat
adalah hari raya umat Islam, hari penuh berkah. Hari raya idul fitri di hari
Jumat adalah hari raya di atas hari raya, semoga kaum muslimin mendapat
limpahan berkah dari Allah swt.
Setelah berkumpul di
lapangan, kembali berkumpul di masjid untuk
melaksanakan shalat Jumat dengan penuh rasa bahagia. Shalat Jumat yang dilakukan
dengan dua kali adzan adalah ciri khas Jumatan di kampung saya. Setelah adzan
pertama, semua jamaah berdiri melaksanakan shalat sunat dua rakaat sambil merapatkan
dan merapikan shaf.
Setelah selesai shalat
sunat dua rakaat bersama-sama, ketika khatib akan naik mimbar akan ada seorang
petugas (muroqi), yang menyampaikan pesan dan doa untuk jamaah. Pesan yang
disampikan oleh muroqi adalah hadis riwayat Abu Hurairah ra., yang disampaikan
dalam bahasa Arab, sehingga kebanyakan jamaah tidak paham isinya. Orang-orang
dewasa sedikit sekali yang paham, apalagi anak-anak.
Ketika berkesempatan
berhari raya idul fitri di kampung pada hari Jumat, saya menikmati nostalgia
masa kecil di kampung. Seperti biasa muroqi menyampaikan pesan hadis Abu
Hurairah ra., sebelum imam naik mimbar dalam bahasa Arab, yang artinya:
“Wahai
golongan kaum muslimin dan kaum mukmin, semoga Allah senantiasa memberikan
rahmat-Nya kepada kamu sekalian. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwasanya
beliau berkata, Rasulullah saw. bersabda: ketika kamu berkata “ansit” kepada
temanmu pada hari jum’at (shalat Jum’at), sedangkan khotib sedang berkhutbah,
maka kamu telah melakukan hal yang sia-sia. Barang siapa melakukan hal sia-sia,
maka tidak ada jum’at baginya, maka PERHATIKAN,
DENGARKAN, DAN TA’ATILAH, semoga Allah memberikan rahmat kepada kamu
sekalian”.
Hal yang mengagetkan
dan menyedihkan ketika itu adalah setelah muroqi memnyampaikan isi pesan dari
hadis Rasulullah riwayat Abu Hurairah ra., yang isinya seperti di atas, sambil
duduk di shaf pertama, muroqi ngobrol dengan teman sebelahnya padahal khotib
sudah mulai ceramah. Jum’atan pun riuh rendah oleh obrolan anak-anak maupun
dewasa dari belakang seperti raungan laron terbang.
Inilah potret kegagalan
umat Islam yang sulit mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Dari mana
pangkalnya? Hal pertama adalah para jamaah tidak mengerti karena yang disampaikan
muroqi dalam bahasa Arab, dan muroqi sendiri tidak paham apa yang disampaikan.
Inilah pesan hari raya
di hari raya. Kondisi ini harus segera di akhiri. Permasalahannya adalah pesan
informasi penting dari Al-Qur’an dan Hadis tidak sempurna sampai kepada jamaah.
Setiap shalat Jum’at, jama’ah selalu gagal fokus, sia-sia, dan akibatnya rahmat
Allah tidak turun kepada kita semua.
Penyebab gagal fokus
selama ini ada dua; pertama, jamaah tidak paham bahasa Arab. Jama’ah yang tidak
paham bahasa arab, bisa diantisifasi oleh para khatib agar menjelaskan
pesan-pesan Al-Qur’an dan hadis secara rinci dan detil dalam bahasa logika yang
bisa dipahami. Tema-tema khutbah Jum’at, harus kembali pada kebutuhan dan
permasalahan dunia dan akhirat umat.
Masalah kedua, jamaah
tidak paham adab dalam mencari ilmu, padahal ilmu adab dalam mencari ilmu disampikan
setiap hari Jumat oleh muroqi. Ilmu adab mencari ilmu ini oleh muroqi selalu
diulang-ulang sebanyak tiga kali, yaitu ketika khotib sudah menyampiakan
khutbahnya, PERHATIKAN, DENGARKAN, DAN TAATILAH.
Ketiga adab jamaah
dalam shalat jum’at di atas, pada hakikatnya tidak hanya berlaku pada shalat
Jum’at, tetapi berlaku pada majelis-majelis ilmu, dan musyawarah. Sesungguhnya
rahmat Allah itu adalah ilmu pengetahuan yang kita dapatkan setiap hari Jumat,
juga di majelis-majelis ilmu dan musyawarah jika kita memperhatikan, mendengar, dan menaatinya. Di masyarakat Jepang, adab ini terpelihara dengan baik di setiap majelis ilmu dan musyawarah karena diajarkan sejak taman kanak-kanak. Mereka tidak diajari hadis dan Al-Qur'an.
Inilah pekerjaan besar
umat Islam agar terus meningkatkan kualitas pemahaman keagamaannya mulai dari
memahami pesan Al-Qur’an dan hadis, kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk mengajarkan pesan-pesan isi Al-Qur’an dan hadis dibutuhkan
bahasa-bahasa logika sederhana yang mudah dipahami oleh semua kalangan.
Berhari raya di kampung
sangat menyenangkan, bisa bertemu teman sekolah dan teman bermain. Hal yang
paling membahagiakan ketika pulang kampung adalah bisa shalat berjamaah di
masjid, sambil bertemu guru ngaji, tetangga, dan keluarga sekampung.
No comments:
Post a Comment