OLEH :MUHAMMAD PLATO
Sebentar
lagi Ramadan, ada dua pola pikir yang kemungkinan hinggap di kepala orang.
Pertama, sambut ramadan dengan banyak banyak sedekah. Kedua, sambut ramadan
dengan berburu sedekah.
Jika
biasanya orang-orang banyak kritik orang kaya, sekarang saya akan mengkritik
orang-orang fakir (miskin). Supaya adil, karena orang kaya dan orang miskin
sama-sama punya kelemahan.
Pernah
anda saksikan bagaimana orang-orang miskin berebut sedekah? Tua, muda,
anak-anak, ikut terjun berebut sedekah, sampai berujung maut. Pemandangan ini
terjadi di saat-saat menjelang akhir bulan ramadan.
Dari
luar sana orang akan melihat kejadian itu sebagai gambaran negatif orang-orang
miskin beragama Islam. Jika disebar luaskan akan menjadi kampanye negatif
untuk umat Islam.
Padahal
mereka yang berebut sedekah atau zakat, dia bukan orang Islam. Mereka baru
tercatat di dalam kartu penduduknya sebagai orang yang beragama Islam, tetapi
belum berkepribadian sebagai orang Islam.
SETIAP MUSLIM PASTI KAYA, KARENA TUHAN MENGAJARKAN INFAK BUKAN MINTA |
Seseorang
yang dikatakan muslim harus mengikuti standar baku prilaku. Standar baku prilaku ini tertulis, dalam Al-Qur’an. Siapa yang keluar dari standar baku prilaku sebagai seorang
muslim, dia tidak dapat dikategorikan sebagai muslim.
Standar
baku prilaku sebagai seorang muslim tersebut adalah percaya kepada yang ghaib (Allah), medirikan
shalat, mengeluarkan infak (sedekah), berpedoman kepada Al-Qur’an, yakin pada
kehidupan akhirat. (sumber: Q.S, Al-Baqarah, 2:1-5). Standar baku prilaku seorang
muslim ini berlaku untuk semua orang yang dikategorikan kaya maupun miskin.
Jika
mengacu kepada lima standar prilaku muslim yang ditetapkan dalam Al-Qur’an,
sebenarnya tidak ada muslim miskin, semua orang yang telah menjadi muslim,
mereka telah menjadi orang kaya. Semua muslim prilakunya pemberi bukan penerima.
Setiap muslim akan sangat menjaga dirinya dari meminta-minta.
Allah
mengabarkan bagaimana kisah seorang muslim fakir yang tetap menjaga kualitasnya
sebagai muslim. Inilah gambaran indah prilaku muslim fakir yang Allah abadikan
di dalam Al-Qur’an;
“(Berinfaklah) kepada orang-orang
fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha)
di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena
memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya,
mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik
yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”
(Al Baqarah, 2:273)
Kualitas
muslim fakir dijelaskan dalam Al-Qur’an, mereka masih terlihat seperti orang
kaya, karena mereka menjaga diri dari meminta-minta. Sebuah keterpaksaan bagi mereka meminta,
itupun dilakukan dengan santun, tanpa memaksa, apalagi harus berebut berdesak-desakkan. Itulah
kualitas manusia fakir dalam Islam.
Maka
pemandangan rebutan sedekah atau zakat saat menjelang akhir ramadan, itu bukan
prilaku orang-orang Islam. Mereka adalah orang-orang lupa diri, bahwa Allah telah mengajarkan kepada seluruh lapisan masyarakat muslim untuk mengeluarkan infak,
sedekah, dan zakat.
Mereka orang-orang lupa, sekalipun tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya,
mereka harus memelihara diri dari minta-minta, dan jikalau terpaksa mereka bisa
meminta dengan tidak memaksa, apalagi berebut dengan berdesak-desakan, membabi
buta.
Pemandangan
itu menandakan bahaya kefakiran bagi umat manusia khususnya umat Islam. Kefakiran
bisa menutup keimanan manusia dari ajaran-ajaran prilaku standar yang telah
ditetapkan Tuhan Allah swt.
SETIAP MUSLIM PASTI KAYA, KARENA ALLAH MENGAJARKAN KEPADA SETIAP MUSLIM UNTUK BERINFAK BUKAN MEMINTA. Wallahu ‘alam.
(Penulis Master Logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment