OLEH: MUHAMMAD PLATO
“Mereka
yang tidak shalat seperti binatang”, demikian kata si penceramah. Benarkah yang
tidak shalat sama dengan binatang?
Silahkan
anda bisa menjawabnya dengan membaca firman Allah dalam Al-Qur’an. Burung shalat
dengan mengembangkan sayapnya, karena itu Allah menjelaskan semua sudah
mengetahui cara shalat dan tasbihnya.
“Masing-masing telah mengetahui
(cara) shalat dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan”. (An Nuur, 24:41)
Lalu
shalat itu apa? Sudah saya jelaskan beberapa definisi salat dalam blog ini.
Silahkan di search dengan kata kunci shalat. Kali ini ada satu difinisi shalat
yang saya temukan dari hasil penafsiran Achmad Chodzim (2017). Fungsi shalat
yang sering ditemukan dalam Al-Qur’an sebenarnya adalah komitmen atau janji
untuk bertindak. Sayangmya makna shalat yang dipahami masyarakat luas cenderung
bersifat angan-angan dari pada ke arah yang nyata untuk kepentingan
kesejahteraan dan kedamaian manusia itu sendiri.
Berlandasakan pada keterangan Al-Qur’an, kata shalat, Achmad Chodzim memaknainya sebagai komitmen. Sebelum melakukan aksi, komitmen harus mendahului. Komitmen manusia dalam menjalani hidup dijelaskan ada empat hal, yang diawali dengan shalat.
Katakanlah: "Sesungguhnya
shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (Al
An’aam, 6:162)
Achmad
Chodzim menafsir kata shalat sebagai
komitmen atau janji, dilihat dari kasus yang terjadi dalam Al-Qur’an. “…maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh
dua orang yang adil di antara kamu, atau
dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di
muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah shalat (untuk bersumpah), lalu
mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu:.. (Al
Maidah, 5:106)
Kasus
dalam ayat di atas adalah ada orang yang berlainan agama dijadikan sebagai
saksi. Kemudian diajak bersumpah setelah shalat. Menurut Achmad Codzim, makna setelah
shalat di sini bukan ritual, berdoa, karena dalam kasus itu ada orang berlainan
agama. Sehingga tidak mungkin dalam ayat ini, shalat dimaknai kegiatan ritual,
tetapi tepatnya dimaknai sebagai komitmen atau janji.
Jika
kita mengacu pada keterangan ayat sebelumnya, seluruh makhluk sudah ditetapkan
cara shalat dan tasbihnya. Ini artinya secara general seluruh makhluk di muka
bumi ini kafir atau tidak, mereka melakukan shalat dalam arti komitmen atau janji.
Hanya
saja Allah memberikan penjelasan bahwa sekalipun semua makhluk shalat (berkomitmen)
dengan caranya masing-masing, shalatnya ada yang sia-sia, digambarkan sebagai
siulan dan tepukkan belaka.
Shalat mereka di sekitar Baitullah
itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. (Al Anfaal, 8:35).
Shalat
atau komitmen mereka yang seperti siulan dan tepukan adalah mereka yang
berkomitmen dengan selain Allah, atau mereka yang berkomiten tidak sampai pada tataran
aksi. Mereka yang berkomitmen tidak sampai pada tataran aksi adalah mereka yang
shalatnya hanya ritual saja, tidak sampai mengubah akhlaknya.
KOMITMEN
DIULANG-ULANG
Untuk
membangun kesadaran dan kesucian jiwa, komitmen harus diulang-ulang. Manusia
terkena sifat lupa, maka dari itu setiap berkomitmen harus ada waktu-waktu yang
ditentukan.
Sesungguhnya shalat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An Nisaa,
4:103)
Dari
berbagai keterangan dalam ayat suci Al-Qur’an dan pertimbangan hadis, bahwa
shalat (komitmen) adalah bagian hidup manusia yang paling penting. Ritual shalat
yang kita kerjakan setiap waktu adalah pembaharuan komitmen kepada Tuhan, agar
komitmen kita tidak seperti siulan dan tepukan. Agar komitmen tidak seperti
siulan dan tepukan, setiap komitmen harus diusahakan sekuat tenaga untuk
diimplementasikan. Komitken kita kepada Allah adalah mengeluarkan harta sebagai
harta yang kita miliki untuk kepentingan orang banyak. Demikian makna shalat. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment