OLEH
MUHAMMAD
PLATO
Dalam tulisan ini saya akan
meresume hasil penelitian seorang ahli neurologi, kesehatan, dan pendidikan, yaitu
Prof. Dr. Taufik Pasiak, Dr., M.Pd., M.Kes. Hasil penelitian dikemas dengan menarik dalam
bukunya berjudul Tuhan dalam Otak Manusia.
Buku ini menjelaskan pendekatan-pendakatan, dan fakta-fakta, cara mewujudkan
ksesehatan spiritual berdasarkan neurosains.
Ada tiga kelemahan praktek kedokteran,
pertama; terlalu mementingkan jasmani dari pada manusia.
Manusia dianggap hanya fisik belaka, sehingga faktor-faktor lain yang
berkontribusi besar terhadap penyembuhan diabaikan. Kedua; lebih mementingkan
penyakit dari pada manusia. Sasaran dari pengobatan adalah menyembuhkan penyakit,
bukan pada menumbuhkan kesehatan. Ketiga; manusia menjadi agen yang pasif dalam
proses penyembuhan. Obat dan intervensi fisik dianggap sebagai hal yang paling
penting. Segala aspek manusia, terutama aspek spiritual, tidak mendapat
tempat sepantasnya dalam proses pengobatan.
Berdasarkan hasil penelitian tahun 2003, di lembaga-lembaga pelayanan kesehatan Amerika, ditemukan kenyataan bahwa
bentuk perawatan di luar bentuk perawatan konvensional meningkat dari hari ke
hari. Pendekatan-pendekatan yang dikenal pendekatan kedokteran timur telah
masuk ke ruang-ruang praktik kedokteran. Yoga, reiki, terapi herbal,
kiropraksi, dan pelbagai pendekatan alternatif, telah banyak digunakan dalam
praktik kedokteran, meskipun secara medis belum diakomodir dalam sistem
pendidikan kedokteran.
Temuan mutakhir dalam neurosains,
doa yang intens dan meditasi (ritual shalat) secara permanen dapat mengubah
jumlah struktur fungsi dalam otak manusia, gilirannya akan mengubah nilai-nilai
hidup dan cara pandang terhadap realitas. Tidak hanya berdoa, praktik-praktik spiritual dapat menyusutkan atau menghilangkan stres, dan kecemasan. Sekitar 12 menit meditasi per hari dapat melambatkan proses penuaan.
Kontemplasi akan kehadiran Tuhan dapat menyusutkan stres, kecemasan, depresi,
dan meningkatkan rasa aman, semangat, dan cinta.
Banyak riset menemukan adanya
hubungan positif antara ketaatan pada ajaran agama dengan kesehatan mental. Mereka
yang kurang aktif dalam kegiatan religius memiliki frekuensi menderita kanker
yang lebih tinggi, kecemasan kronik, depresi, menjadi perokok berat, dan pengguna
alkohol.
AGAR ANAK-ANAK POLA PIKIRNYA SEHAT, PENDIDIKANNYA HARUS DIBANGUN SEJAK DALAM KANDUNGAN. PENDIDIKAN ZAMAN 4.0 |
Hubungan di atas diperkuat dengan
penelitian-penelitian tentang otak spiritual (neuroteologi), yang menemukan
hubungan bahwa praktik-praktik spiritual yang menjadi kepercayaan religius,
meningkatkan fungsi neuron otak dengan cara memperbaiki kesehatan fisik dan
mental. Praktik-praktik spiritual juga dapat meningkatkan kognisi, komunikasi,
dan kreativitas, serta sejalan dengan waktu, dapat mengubah persepsi neurologi
tentang realitas.
DISKUSI
Prediksi para ilmuwan, perkembangan ilmu kesehatan abad
21 akan lebih fokus pada bagaimana memelihara agar tubuh tetap sehat dari
sumbernya. Sumber kesehatan bisa dibangun dari pola kerja otak. Rumusnya, pola kerja otak negatif akan memperburuk konidisi fisik dan pola kerja otak positif akan
meningkatkan kesehatan fisik.
Ajaran-ajaran agama membimbing pola
pikir penganutnya agar tetap berpikir positif dalam segala kondisi. Ajaran agama
mengajarkan pola-pola berpikir optimistik, agar hidup tetap semangat dan energik.
Kondisi kesehatan seseorang sangat
dipengaruhi oleh pola pikir, yang diciptakannya sendiri berdasar pada kejadian yang dialami. Persepsi buruk dalam menyikapi kejadian, akan berdampak pada timbulnya keluhan, kekecewaan, dan sakit secara fisik.
Ustad Yana seorang ahli terapi kesehatan, melalui kecerdasan visualisasi yang dimilikinya, dari berbagai
penyakit pasien yang pernah diobatinya, memberikan kesimpulan bahwa penyakit dari
leher ke atas rata-rata disebabkan oleh prilaku kehidupan
sehari-hari yang beretentangan dengan ajaran agama. Dalam bahasa
agama, penyakit manusia dari leher ke atas disebabkan oleh dosa-dosa kecil (prilaku
buruk) yang rutin dilakukan, disadari atau tidak disadari. Dosa-dosa kecil ini menjadi sebab timbulnya penyakit pada organ-organ yang ada di wilayah kepala. Penyakit ini meliputi; otak, mata,
telinga, hidung, tenggorakan, dan mulut.
“…kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah
pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) adzab yang keras”. (Saba,
34:46).
Nabi Muhammad saw, mendapat
sanggkaan gila dari orang-orang kafir (materialis), karena pola-pola pikir
Nabi Muhammad yang bersumber dari kitab suci memiliki perbedaan dengan pola pikir material. Hal ini mengindikasikan
bahwa orang-orang materialis selalu berprasangka
buruk terhadap pola pikir di luar pandangan materialisnya. Maka sebenarnya kaum materialis memiliki
sakit di sekitar wilayah organ leher ke atas, yang intinya di otak.
Ustad Yana menejelaskan penyakit
leher ke atas, dominan disebabkan oleh nafsu amarah yang tidak terkendali.
Prilaku ini menyebabkan lahirnya penyakit vertigo, migrain, radang otak, pecah
pembuluh darah, stroke. Penyakit-penyakit ini ada di leher ke atas.
Penyakit kedua yaitu penyakit dari
sekitar leher sampai ke pinggang. Penyakit ini disebabkan oleh prilaku-prilaku
yang sangat bertentangan dengan ajaran agama, yaitu prilaku kafir, munafik, dusta, tidak mengakui adanya Tuhan,dan mengingkari ke-Esa-an
Tuhan. Penyakit ini berdampak pada sakit di jantung, hati, ginjal, usus, lambung, dan
kelamin.
Dan adapun orang-orang yang di
dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping
kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. (At Taubah,
9:125)
Dari hasil visualisasi yang dilakukan Ustad Yana, pasien yang keluhan sakitnya dari sekitar leher ke pinggang, rata-rata mereka memiliki
praktek-praktek yang bertentangan dengan ajaran agama, yaitu perbuatan
menyembah kepada selain Tuhan Yang Esa. Prilaku tersebut antara lain syirik,
murtad, fasik, munafik, ria, takabur, dzolim, aniaya dan sebagainya.
Ditarik kesimpulan bahwa hal
terpenting dari pengobatan adalah bukan mengobati sakit fisik semata, tetapi
bagaimana semua orang bisa sehat dengan memelihara pola prilaku, bersumber dari pola pikir yang baik. Ajaran berprilaku baik, berpikir baik, pedomannya ada dalam kitab suci (Al-Qur'an).
Maka dari itu, sangat masuk akal
jika seharusnya para penganut agama hidupnya lebih sehat dan panjang umur. Pola
pikir dan prilakunya yang baik, menjagi faktor penyebab organ-organ tubuhnya
terpelihara dengan baik.
Sangat masuk logika juga jika kemudian
para ilmuwan Barat mulai meneliti hubungan peran otak dengan kesehatan. Dan
tidak menutup kemungkinan ke depan untuk mendeteksi kesehatan seseorang, datanya bukan hanya dari photo sinar x, tetapi bisa di
diagnosis dari prilaku dan pola pikirnya, dan secara khusus prilaku otak
spiritualnya. Salah satu ciri otak sehat adalah membenarkan bahwa perbuatan
baik akan berbalas kebaikan dengan yang lebih baik. Wallahu “alam.
(Penulis
Master of Logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment