OLEH: MUHAMMAD PLATO
“Hidup
adalah mengetahui” (Capra, 390:2002). Demikian kata-kata filsuf sekuler dalam
pencariannya tentang unsur paling kecil di dunia ini. Tidak bertentangan dengan
kosnsep dalam Al-Qur’an bahwa membaca (berpengetahuan) harus jadi pondasi bagi
manusia-manusia yang mau hidup sejahtera.
Kepandaian
pertama yang harus dimiliki manusia adalah kemampuan mengetahui (membaca).
Sedih-bahagia, duka-suka, gelisah-tenang, sakit-sehat, disebabkan oleh apa yang
diketahui. Inilah makna bahwa Al-Qur’an itu adalah bacaan (pengethauan) yang isinya
absolut menggembirakan, menyehatkan, dan meyakinkan. Inilah bacaan anti hoak!
Membaca
informasi dari Al-Qur’an tidak bisa terpisah-pisah. Informasi dalam Al-Qur’an
sifatnya saling berhubungan. Salah satu dari definisi kata Al-Qur’an itu
sendiri adalah keterhubungan. Maka untuk memahami makna informasi dari
Al-Qur’an tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.
Sebagai
pembuktian kebenaran konsep keterhubungan dalam Al-Qur’an, para filsuf sekuler pun
sudah memahami, “informasi itu adalah sebuah kuantitas, sebuah nama, atau
pernyataan singkat yang kita abstraksikan dari suatu keseluruhan jaringan
hubungan-hubungan, suatu kontek di mana ia tertanam dan mendapatkan makna”.
(Capra, 397:2002).
Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"
(Al-Baqarah, 2:31)
Ayat
di atas memberikan informasi bahwa Allah mengajarkan nama (konsep) sebuah benda kepada Adam dengan mengajarkan
nama-nama (banyak konsep). Nama-nama ini kemudian di olah oleh Adam melalui
kemampuan berpikir yang dimilikinya. Adam memikirkannya sampai menghasilkan
nama (konsep) baru.
Lalu
Allah menguji Adam dihadapan makhluk lainnya, dengan memerintahkan Adam untuk menyebutkan
sebuah nama benda (hasil pemikirannya). Inilah gambaran dalam Al-Qur’an sebagai
bukti bahwa Adam memiliki kecerdasan dalam mengolah informasi. Untuk itu Adam
diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya.
ADAM
MEMAHAMI MAKNA JIHAD
Informasi
perintah perang (jihad) dalam Al-Qur’an, tidak berdiri satu ayat untuk
memahaminya. Dia berhubugan dengan seluruh konsep yang ada dalam ayat-ayat
Al-Qur’an lainnya. Kata jihad sendiri tidak identik dengan perang, dalam
Al-Qur’an kata jihad berhubungan dengan banyak kata antara lain dengan, kata
hijrah, sabar, infak, iman, takwa, mendekatkan diri, harta, jiwa, usaha,
berniaga, cinta, dll.
Untuk itu, jihad jika dilihat dari hubugan-hubungan konsep yang ada dalam Al-Qur’an,
jihad bukan perang. Jihad adalah sebuah ajaran Islam yang harus melekat dalam
segala usaha kebaikan. Ukuran kebaikan di dalam konsep Al-Qur’an adalah segala
tidakan yang tujuannya untuk menjaga keseimbangan, kesejahteraan, kedamaian
hidup manusia dan seluruh alam. Konsep-konsep yang disandingkan dengan kata
jihad ikut menjaga makna, agar jihad tidak disalahgunakan untuk kepentingan
pribadi dan golongan.
Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan. (At Taubah, 9:20)
Tidak
ada jihad untuk membinasakan manusia tanpa sebab, tidak ada jihad untuk balas
dendam, tidak ada jihad untuk menyebar ketakutan (teror). Jihad adalah
kesungguh-sungguhan setiap muslim untuk hidup di jalan Allah yang maha pengasih
dan penyayang.
Bacalah
Al-Qur’an dan hadis shahih dengan artinya agar setiap muslim bisa mengantisifasi
hoak dari masing-masing dirinya. Jargon anti hoak, bagi seorang muslim memiliki
arti bahwa kita harus kembali kepada bacaan yang benar, bacaan yang tidak
diragukan lagi, bacaan yang akan membawa kesejahteraan hidup seluruh manusia di
dunia dan akhirat.
Setiap
muslim sudah saatnya berjihad membaca dan memahami segala informasi yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Belum membaca Al-Qur’an dengan sempurna jika belum
timbul karakter cinta, damai dan penyejahtera dalam jiwa seorang muslim.
Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment