OLEH:
MUHAMMAD PLATO
Berkelompok
atau berorganisasi adalah kodrat manusia. Eksistensi manusia dapat terwujud
karena manusia berorganisasi. Jika tidak percaya, perhatikan saja manusia
terlahir dari sebuah kelompok kecil di masyarakat bernama keluarga.
Naluri
hidup berkelompok sudah diwarisi oleh manusia karena manusia terlahir dari
persekutuan antar ibu dan bapak. Untuk itulah manusia hidupnya selalu
berkelompok. Secara formal kemudian manusia membentuk organisasi-organisasi.
Ketetapan
itu berlaku sebagaimana Allah menetapkan bahwa manusia hidup bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa. “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Al Hujurat, 49:13)
Dari
kenyataan dan ketentuan Tuhan, kita ketahui bahwa hidup manusia tidak bisa
lepas dari kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi. Dengan berogranisasi, manusia
bisa merencakan kebaikan, dan dengan berogranisasi kebaikan lebih mudah
disebarkan.
Shalat
berjamaah lebih besar pahalanya 27 derajat dari shalat sendirian, mengandung
ajaran logika bahwa kebaikan yang dilakukan secara berjamaah melalui organisasi
akan melahirkan manfaat dan kekuatan berlipat ganda.
ETIKA BERORGANISASI DALAM SHALAT
BERJAMAAH
Dalam
shalat berjamaah, seorang makmum tidak boleh mendahului imam. JIka imam
melakukan kesalahan mamum ditugaskan mengingatkan. Jika mamum mendahului atau terlambat
mengikuti imam, maka pahala berjamaah menjadi batal. Inilah etika berorganisasi
dalam Islam yang harus diimplementasikan dalam kehidupan kaum muslimin.
Maka
implementasi dalam hal berorganisasi, ketaatan anggota kepada imam (ketua,
pemimpin), sangat ditekankan, bahkan bisa jadi dikategorikan sebagai kewajiban
bagi setiap manusia. Melalui ketaatan kepada imam (pemimpin), visi dan misi
hidup sejahtera lebih mudah dijalankan, dan akan terhindar dari perpecahan.
Kenyataan
sekarang, etika shalat berjamaah tidak berhasil diimplementasikan dalam
kehidupan organisasi masyarakat. Maka dari itu, percepatan pembangunan untuk
kesejahteraan manusia selalu terhambat. Aturan taat pada imam dalam shalat
berjamaah, sebenarnya adalah ajaran agar manusia berorganisasi dengan tertib
dan teratur.
Sayang
sekali, umat Islam tidak menyadari bahwa ajaran berogranisasi etikanya ada
dalam pelaksanaan ritual shalat berjamaah. Mengapa terjadi? Karena pola pikir
sekuler telah berpengaruh ke kalangan umat beragama. Etika ibadah ritual
dianggap tidak memiliki kaitan dengan etika kehidupan masyarakat.
ETIKA BERORGANISASI DALAM KELUARGA
Ketaatan
umat pada pemimpin selain digambarkan dalam ritual shalat berjamaah, Allah
mengajarkan pula dalam kehidupan keluarga. “Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)…”,
(An Nisaa, 4:34)
Pengangkatan
suami sebagai pemimpin dalam keluarga, ditetapkan langsung oleh Allah swt. Ketetapan
ini tidak dapat diganggu gugat, dalam kondisi apapun. Kemudian Rasulullah
menetapkan aturan ketat ketaatan mamum (anggota keluarga) kepada imam, sebagai
ketentuan absolut. Ketetapn itu tersirat dalam hadis, “Tidak dibenarkan manusia sujud
kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan
memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami
terhadap isterinya”. (HR. Ahmad)
Kesetaraan
gender, jika tidak pandai memahaminya pemikiran ini akan mengacaukan
kepemimpinan dalam keluarga. Kacaunya sistem kepemimpinan dalam keluarga,
secara tidak langsung akan mengacaukan sistem pendidikan karakter pemimpin dari
lingkungan keluarga. Kekacauan sistem ini akan menghilangkan kader-kader
pemimpin tangguh di masyarakat. Jika dipertahankan, kondisi ini akan sangat
berbahaya bagi masyarakat, karena suplai pemimpin-pemimpin tangguh lahir dari
lingkungan pendidikan keluarga.
ETIKA BERORGANISASI DALAM NEGARA
Belajar
berorganisasi dan kepemimpinan dari shalat, belajar berorganisasi dan
kepemimpinan dari keluarga, implementasinya adalah dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Ketaatan mamum kepada imam adalah ajaran untuk manusia agar
selalu hidup teratur dan damai. Ketaatan istri pada suami adalah ajaran kepada
anak-anak, agar menghargai dan menghormati pemimpin. Kepatuhan seorang istri
kepada suami adalah ajaran untuk anak-anak agar belajar menjadi rakyat yang
baik.
Kegagalan
bermasayarkat dan bernegara diawali kegagalam mamum dalam menaati imamnya dalam
shalat berjamaah. Kegagalan bermasyarakat dan bernegara diawali dari kegagalan
seorang istri untuk konsisten taat pada suami.
Selama
ini kita gagal sadar bahwa aturan-aturan dalam shalat berjamaah, dan aturan
kehidupan suami istri dalam rumah tangga, adalah cara Allah mengajarkan kepada
kita agar hidup bermasyarakat dengan tertib dan damai.
Hendaklah
kamu mendengar, patuh dan taat (kepada pemimpinmu), dalam masa kesenangan
(kemudahan dan kelapangan), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam kegiatanmu
dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu
merugikan kepentinganmu. (HR. Muslim dan An-Nasaa'i)
Hadis
di atas, adalah gambaran masyarakat ideal, yang akan terwujud jika mamum dalam shalat
berjamaah taat pada imamnya, dan istri patuh pada suami dalam rumah tangganya. Etika
berorganisasi dalam shalat berjamaah dan berkeluarga adalah sistem pendidikan
dari Allah untuk mewujudkan masyarakat adil, damai, dan sejahtera.
Untuk
itulah mari berorganisasi dalam satu ikatan keimanan kepada Tuhan, diwujudkan
dengan rukuk dan sujud sesuai dengan komando imam. Ciri masyarakat beragama
adalah memiliki kesadaran bersama untuk taat kepada pimpinan dalam kondisi
apapun.
Perintahnya
cukup jelas, “Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama
orang-orang yang rukuk”. (Ali Imran, 3:43). “Barangsiapa tidak menyukai
sesuatu dari tindakan penguasa maka hendaklah bersabar. Sesungguhnya orang yang
meninggalkan (membelot) jamaah walaupun hanya sejengkal maka wafatnya tergolong
jahiliyah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Kekuatan
umat manusia ada dalam jamaah. Sebagaimana hadis Rasulullah menjelaskan, “kekuatan
Allah beserta jama'ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke
neraka”. (HR. Tirmidzi)
Begitulah
ketentuan mutlak aturan dalam berogranisasi. Jika kita tidak bisa memeliharanya,
maka kebinasaan dan kehancuran menanti umat manusia. Bagi siapa saja, yang tidak menghargai kepemimpinan dalam organisasi adalah orang-orang jahiliyah. Wallahu ‘alam.
(Master Trainer @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment