OLEH
MUHAMMAD PLATO
Masyarakat
awam menyimak konflik sebagai hal yang negatif. Dalam pikiran awam, damai
adalah kondisi tanpa konflik. Padahal konflik adalah kenyataan yang tak dapat
dihindari dan dihilangkan dalam kehidupan. Konflik adalah takdir Tuhan.
Kemanapun manusia pergi, konflik akan mengikuti.
Dalam
pandangan kaum materialis, konflik adalah naluri manusia. Penyebab konflik
adalah berbagai kebutuhan hidup manusia yang bersinggungan dengan kebutuhan
manusia lain. Maslow mengkategorikan sedikitnya ada lima kebutuhan manusia
yaitu, kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan
aktualisasi diri. Selama manusia hidup, dia akan memenuhi kebutuhan hidupnya
dan akan selalu bersinggungan dengan kebutuhan hidup orang lain, maka dari itu
konflik akan tetap ada selama manusia hidup.
Maka
dalam pandangan kaum empiris, konflik dapat didefinisikan sebagai persaingan antar
individu untuk dapat memenuhi kebutuhan material hidupnya. Untuk menghindari
konflik terbuka, dibuatlah aturan-aturan melalui permufakatan.
Pada
kenyataannya konflik terbuka selalu terjadi antar sesama manusia, sampai saling
menumpahkan darah. Peperangan besar dari abad ke abad terus berlangsung dengan
mengatasnamakan berbagai macam kepentingan. Perang dunia ke I dan II adalah
bukti bahwa konflik manusia dari abad ke abad akan terus berlangsung.
Lalu
Tuhan mengutus para Nabi dan Rasul, untuk memberi petunjuk kepada manusia agar
hidup lebih cenderung pada damai. Setiap Nabi dan Rasul mengajarkan kepada
manusia untuk hidup damai, dengan mengikuti ajaran-ajaran Tuhan yang mereka
sampaikan.
Para
Nabi dan Rasul mengajarkan bahwa sebab konflik atau damai bukan diciptakan dari
luar manusia, melainkan dari dalam diri manusia sendiri. Dari hadis Nabi
Muhammad SAW, tersirat bahwa konflik terbesar bukan persaingan terbuka antar
manusia, tetapi persaingan antara manusia dengan hawa nafsunya. Maka
manusia-manusia terbaik adalah bukan penakluk dalam peperangan masal, tetapi
mereka yang bisa menaklukkan hawa nafsunya yang jahat.
“…jihad terbesar itu adalah jihad
melawan hawa nafsu” (HR. Muslim).
Selama
hayat dikandung badan, hawa nafsu tidak akan pernah lepas dari manusia. Nafsu
cenderung kepada keburukan, kecuali yang diberi petunjuk, dan dikendalikan oleh
ilmu.
Jika
penyebab konflik adalah nafsu untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka para Nabi
dan Rasul mengajarkan hukum-hukum abadi dari Tuhan Yang Esa, agar manusia tetap hidup di
bumi. Hukum-hukum tersebut diajarkan kepada para Nabi dan dituliskan dalam
kitab-kitab suci.
Agar
memperoleh kemenangan, keberuntungan besar, kedamaian, dan pahala tanpa batas, kuncinya
manusia harus lepas dari cinta kepada kesenangan dunia yang bersifat materi.
Untuk itu Tuhan mengajarkan, shalat, sedekah, haji, puasa. Keempat ajaran ini
merupakan ajaran Tuhan agar manusia terlepas dari ikatan-ikatan kehidupan material,
keterikatan pada material adalah sebab penderitaan dan kebinasaan manusia.
Maka hawa nafsu Kabil menjadikannya
menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi. (Al maa’idah, 5:30)
KONFLIK AKAN MELAHIRKAN PEMENANG, YAITU MEREKA YANG PALING SABAR |
Kejahatan
manusia di mana pun bersumber pada nafsu-nafsu nya yang cenderung jahat. Jika seluruh manusia
sebagai individu mampu mengendalikan nafsunya dengan ilmu dan petunjuk Tuhan, maka dunia ada dalam
kesejahteraan. Maka tanggung jawab mendamaikan dan mensejahterakan manusia ada
pada masing-masing individu bukan di kelompok atau golongan. Kelak
pertangungjawaban di hadapan Tuhan, berada di pundak individu-individu.
Maka
dari itu setiap manusia pasti berkonflik dengan hawa nafsunya. Setiap manusia harus
berjihad sepanjang hayat melawan hawa nafsunya. Para pememang adalah mereka yang paling sabar taat di jalan Tuhan sampai datang pengadilan Tuhan.
Musuh terbesar kita tidak datang dari luar, tetapi ada dalam diri kita masing-masing. Maka menyelamatkan diri masing-masing dari serangan hawa nafsu yang buruk, sama dengan menyelamat dunia, karena dunia sebenarnya ada di pundak individu-individu. wallahu 'alam.
Musuh terbesar kita tidak datang dari luar, tetapi ada dalam diri kita masing-masing. Maka menyelamatkan diri masing-masing dari serangan hawa nafsu yang buruk, sama dengan menyelamat dunia, karena dunia sebenarnya ada di pundak individu-individu. wallahu 'alam.
(Master Trainer of Logika Tuhan).
No comments:
Post a Comment