OLEH
MUHAMMAD PLATO
Sudah takdir
Tuhan bahwa kaum wanita selalu menjadi objek penderita, namun demikian wanita
adalah penyejahtera hidup manusia. Ketika zaman menuntut wanita bekerja di luar
rumah, sebenarnya wanita sedang menuju takdir-Nya. Wanita harus menderita (bekerja)
dua kali lipat dari laki-laki. Tanda-tanda bahwa wanita akan mengalami dua kali
kesusahan diisyaratkan dalam kitab suci AL-Qur’an.
Wawassoinal innsaana biwaalidaihi ihsaana hamalathu ummuhu kurhaw wawado’athu kurhan.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula).
(Al Ahqaaf,
46:15)
Susah payah
yang dialami dua kali oleh seorang wanita, seperti takdir hidup wanita. Secara
tidak sengaja dari hasil penelitian kaum wanita mengalami kesulitan dua kali
lipat dari kaum laki-laki.
Pada tahun 2004, penelitian pemerintah AS
yang pertama
menemukan bahwa rata-rata wanita kontemporer yang bekerja, menghabiskan waktu
dua kali lebih banyak dibandingkan dengan pria yang bekerja, karena wanita juga
melakukan tugas-tugas rumah tangga dan mengasuh anak (katherine elison, 2011)
Saat ini,
hampir semua perusahaan di dunia, meyakini bahwa pekerja wanita adalah para
pekerja yang sangat menguntungkan bagi perusahaan. Maka dari itu, lowongan
pekerjaan untuk kaum wanita lebih banyak dari pada untuk kaum laki-laki.
Hasilnya kaum laki-laki kekurangan lapangan kerja.
Setelah masuk
dunia kerja, kaum wanita kembali terjebak oleh dua kesulitan. Mereka harus taat
kepada pimpinan di tempat kerja, dan taat kepada pimpinan di keluarga. Taat
kepada pimpinan di dunia kerja dilandasi pada kontrak kerja yang harus ditaati oleh
setiap pekerja.
Kesulitan kaum
wanita pekerja akan terjadi jika kehidupan rumah tangga menuntut kehadiran
sorang ibu untuk anaknya, di dunia kerja dia dituntut untuk disiplin dan profesional.
Dunia kerja dan kehidupan keluarga keduanya menuntut tanggung jawab yang sama.
Kesulitan kaum
wanita terjadi ketika kedua pemimpin menuntut untuk bekerja dengan penuh
tanggung jawab. Kaum wanita pekerja berada di persimpangan, dia harus taat
kepada kedua pimpinannya. Dalam kondisi ini pekerja kaum wanita, harus
berkorban. Pilihannya adalah kaum pekerja wanita harus keluar dari salah satu
tanggung jawabnya; mengharap keadilan dari salah seorang pemimpinnya; atau
berkorban dengan jiwa dan hartanya sendiri untuk menyelematkan keduanya.
Dalam kondisi terjebak di dua kesulitan karena memiliki dua pemimpin, kaum wanita tidak bisa memutuskan karena keputusannya ada di masing-masing
pemimpin di mana dia berada. Untuk memecahnya dibutuhkan keadilan,
kebijaksanaan, dan pengorbanan seorang pemimpin.
Dalam
mengambil keputusan yang adil dan bijaksana dibutuhkan pengetahuan yang matang,
agar keputusan tidak menimbulkan gejolak dan fitnah. Dasar keputusan bagi
seorang pemimpin adalah mempertimbangkan kepentingan umat yang banyak. Jika
pertimbangan ini tidak ditemukan kata sepakat maka dibutuhkan pengorbanan, dan
kedermawanan seorang pemimpin.
Sesungguhnya karakter-karakter
dasar seorang pemimpin yang mutlak harus dimiliki adalah berani mengambil
resiko terburuk dalam situasi yang dihadapinya. Pemimpin-pemimpin yang berani
mengambil segala resiko akibat dari tanggung jawab kepemimpinan adalah tanda
bagi pemimpin-pemimpin berkelas tinggi.
Sementara para
pekerja kaum wanita berkonflik dengan batinnya, nasibnya ditentukan oleh kearifan para
pemimpin berkelas tinggi. Para pemimpin berkelas tinggi adalah mereka yang
selalu memikirkan kesejahteraan masyarakat, dan menjunjung tinggi kedudukan
kaum wanita. Jika tidak ada, maka kaum wanita harus bersabar karena sudah
ditakdirkan akan terjebak pada dua kesulitan yang menyakitkan jiwa.
TAKDIR KAUM WANITA AKAN SELALU MENGALAMI DUA KESULITAN |
Sebaik-baik
posisi kaum wanita tidak mengambil posisi kaum laki-laki jika tidak siap
menghadapi konsekuensinya. Untuk, itu sebaiknya kaum wanita berdoa kepada Tuhan
di pasangkan dengan pemimpin-pemimpin yang arif, dan bijakasana, serta dermawan,
agar hidupnya bisa sejahtera tanpa melawan kodrat dari Tuhan. Wallahu’alam.
(Penulis
Master Trainer @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment