OLEH:
MUHAMMAD
PLATO
Kata seorang teman yang telah lama
bergerak dalam pendidikan, “pendidikan kita itu bikin miskin masyarakat, karena
di sekolah-sekolah anak-anak tidak pernah dianjarkan bagaimana cara menciptakan
uang (kesejahteraan)”. Pernyataan teman saya tidak salah, karena memang
negara kita masih kekurangan para pencetak uang (pengusaha). Statistik jumlah
pengusaha di negara kita jauh tertinggal oleh negara-negara tetangga. Untuk
itulah di sekolah dan di keluarga kita harus konsen pada pendidikan wirausaha.
Rutinitas kami sekeluarga setiap hari
minggu adalah berjualan di pasar kaget, tempat orang-orang berkumpul selepas olah raga pagi. Nafsu makan dan belanja masyarakat setelah olah raga,
di manfaatkan oleh kami sekeluarga dan pedagang lainnya untuk membuka lapak, berjualan
makanan, pakaian, aksesoris, sampai make
up untuk kaum hawa.
Rutinitas ini kami lakukan, tujuannya bukan untuk mencari penghasilan semata. Tujuan utama dari aktivitas
dagang hari minggu ini adalah melatih anak agar mau berkarir menjadi
pewirausaha. Selain cita-citanya ingin punya usaha sewa menyewa bis pariwisata.
MANUSIA MANUSIA YANG BERMANFAAT BAGI MANUSIA LAIN, DIA AKAN TETAP DI BUMI |
Untuk menunjang cita-citanya, kami
sekeluarga sepakat untuk terjun menjadi pedagang di pasar kaget.
Membuka lapak di pasar kaget adalah tempat yang tepat untuk membangun karakter
wirausaha anak-anak. Mengapa demikian? Karena berjualan di lokasi ini akan
menguji keberanian anak untuk tampil di muka umum tanpa rasa malu. Berjualan di pasar kaget, adalah pekerjaan rendahan, yang akan menguji keberanian mengusir
rasa malu untuk wirausaha.
Menghilangkan rasa malu ketika berjualan
di pasar kaget bukan pekerjaan mudah. Tidak semua anak berani dan mau
ikut terjun berjualan di pasar kaget. Jiwa anak yang manja, malu sama
teman, merasa rendah dihadapan orang lain, adalah faktor penghambat anak-anak
untuk berani berwirausaha. Jiwa
anak yang masih suka bermain, terpengaruh oleh gaya hidup teman, bisa menjadi
faktor penghambat anak anak untuk menjadi pewirausaha.
Hal yang paling utama dirasakan oleh
setiap orang ketika ingin berwirausaha adalah menghilangkan rasa malu. Apa lagi
harus memulai usaha di lapak pasar kaget yang becek dan dikelilingi oleh
pedagang-pedagang kelas menengah ke bawah.
Keberanian anak-anak untuk berwirausaha,
menghilangkan rasa malu memulai usaha kecil, harus dibangun dari lingkungan
keluarga. Faktor terbesar yang mendorong anak untuk tidak malu memulai usaha
kecil adalah dengan memberi contoh, terjun langsung membuka lapak di pasar
kaget bersama anak-anak dan istri.
Pekerjaan mulai dari mengepak barang,
mengangkut barang, memasang tenda, menjajakan barang, dan membongkar
tenda, seluruh keluarga harus ikut aktif. Kertelibatan seluruh keluarga, dari
mulai ayah, ibu, dan anak, secara bersama-sama ternyata menjadi alat ampuh
untuk menghilangkan rasa malu ketika memulai wirausaha dengan membuka usaha kecil.
Dengan kondisi ekonomi negara kita saat
ini, sudah saatnya pendidikan di keluarga sejak dini mulai diarahkan untuk mendidik anak menjadi
seorang pewirausaha. Sesungguhnya dengan mendidik anak-anak menjadi pewirausaha,
kita telah mengajarkan anak-anak menjadi generasi yang bermanfaat bagi umat
yang lain.
wa ammaa maa
yanfaunnaasa fayamkusu fil ardi
… adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
(Ar ra’d, 13:17)
Keterangan di atas, dijelaskan kembali
oleh Nabi Muhammad saw, bahwa manusia-manusia terbaik adalah manusia-manusia
yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Manusia-manusia yang bermanfaat bagi
manusia lain adalah mereka yang hidup dengan tangan dan kaki sendiri,
sambil memberi manfaat kepada manusia lain. Dia adalah para pewirausaha,
kerena dengan perusahaannya dia bisa ikut langsung menghidupi manusia lain.
Manusia-manusia seperti inilah yang akan tetap tinggal di bumi dan memakmurkan
bumi Allah.
Menjadi pewirausaha adalah pekerjaan
yang dikehendaki Allah, dan pekerjaan ini harus menjadi ciri pribadi orang-orang
yang berserah diri kepada Allah. Sudah saatnya, pendidikan kita di keluarga,
pesantren, dan sekolah formal, untuk mengajarkan mereka menjadi para pewirausaha. Sebagaimana
kita ketahui, bahwa negara-negara sejahtera di muka bumi ini, dihuni oleh
penduduknya yang gemar berwirausaha.
Nabi Muhammad saw, para sahabat, dan
penyebar agama Islam adalah para pewirausaha. Kita telah masuk pada zaman, di
mana kita harus menyebarkan kebaikan ke seluruh dunia, dengan jiwa dan harta-harta yang
kita miliki. Semoga kelak anak anak kita, generasi kita yang akan datang, ditetapkan
oleh Allah sebagai orang-orang yang akan tetap tinggal di bumi. Semoga Allah
swt meridhainya. Amin. Wallahu ‘alam.
(Master Trainer @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment