OLEH: MUHAMMAD PLATO
Mengapa dunia
ini cenderung menipu? Untuk memahaminya kita harus mengkaji tiga jenis ilmu
logika yang akan saya jelaskan di bawah ini. Berdasarkan sumber pengetahuannya,
ilmu logika terbagi menjadi tiga.
PERTAMA ADALAH LOGIKA BERSUMBER PADA PENGETAHUAN
ALAM. Logika ini dikembangkan oleh para
ilmuwan yang konsen melakukan penelitian di alam. Penelitian dilakukan dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan. Indera yang digunakan adalah penglihatan.
Setiap kejadian mereka catat dan dihubungkan dengan pola sebab akibat. Kemudian
diuji berulang-ulang melalui pengamatan sampai menemukan sebuah pola baku sebab
akibat kejadian hingga mereka jadikan sebuah ketentuan yang disebut teori.
Dalam
pemahaman logika dari pengetahuan alam, setiap kejadian sebab akibat yang tidak
bisa dibuktikan atau dilihat di alam, tidak dianggap sebagai kebenaran. Cara
pandang seperti ini disebut dengan logika materialis (empiris)
Logika
berpikir materialis memiliki kelemahan, karena tidak semua yang diamati dapat
memenuhi kriteria kebenaran. Sebagai contoh, genangan air yang kita lihat di
jalan aspal di siang hari, bukanlah air sesungguhnya yang kita lihat. Bintang
yang kita lihat kecil di langit, sesungguhnya sebuah benda yang besar. Bumi
yang kita lihat seperti diam, sesungguhnya dia bergerak.
KEDUA ADALAH LOGIKA BERSUMBER PADA PENGETAHUAN HASIL PENALARAN.
Logika ini dikembangkan dengan menggunakan kemampuan manusia dalam bernalar,
menghubung-hubungkan sebuah kejadian dengan perenungan. Pengetahuan yang ada
dalam pikiran diolah dihubungkan dengan pola sebab akibat, sampai menemukan
pola hubungan sebab akibat langsung (rasional). Pola hubungan sebab akibat ini
kemudian diuji lewat percobaan untuk membuktikan hasil pemikirannya. Pandangan
semacam ini mewakili golongan rasionalis.
Bernalar
adalah menghubungkan pengetahuan dengan pengetahuan yang ada dalam memori,
dengan pola hubungan sebab akibat. Sesuatu bisa dikatakan masuk akal jika
mengikuti pola hubungan sebab akibat langsung.
Golongan ini
memiliki kelemahan karena apa yang dipikirkan sering tidak sesuai dengan
kenyataan. Ketika kita merencanakan sesuatu, sering terjadi tidak sesuai dengan
kenyataan. Semisal, dalam hitungan angka seharusnya bisnis kita untung, tetapi
dalam kenyataannya gagal. Orang-orang rasionalis juga sama, jika suatu kejadian
tidak bisa dipahami dengan nalar, maka kejadian itu dianggap sebagai khayalan
dan bukan kebenaran.
Ketika nalar
kita mengangap bahwa penyebab kemiskinan adalah karena kebodohan, ternyata
orang-orang bodoh banyak yang memiliki kekayaan melebihi orang-orang pintar.
Ketika orang-orang rasionalis berpikir bahwa dengan memberi kebebasan kepada
manusia, dunia akan sejahtera, ternyata kemiskinan malah merajalela.
Sumber
pengetahuan berdasar pada alam dan pikiran, ternyata tidak bisa menjawab
sepenuhnya tentang apa hakikat kehidupan sesungguhnya. Mereka selalu terjebak
dalam lingkaran berpikir yang tiada ujung dan tiada pangkal. Dalam istilah
mereka hal ini disebut dengan lingkaran setan (vicious circle)
JIka kedua
model berpikir ini kita gunakan untuk mencari kesejahteraan hidup, manusia
cenderung terjerumus pada kehancuran, dan jalan pikirannya tersesat. Dalam
Al-Qur’an dijelaskan bahwa kedua golongan ini terjebak pada alam nyata dan
pikirannya, dengan menganggap perbuatan buruk menjadi baik dan perbuatan baik
menjadi buruk.
fajayyana
lahumussyaitoonu ‘amalahum
…
syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk),
(An
Nahl, 16:63)
Pornografi,
prostitusi , judi, mabuk, perkawinan sejenis, riba, menjadi perbuatan baik
dilegalisasi negara, dan dilindungi undang-undang. Bagi mereka dunia sangat
menyenangkan, dan setelah kematian tidak ada kehidupan.
KETIGA ADALAH LOGIKA BESRUMBER PADA PENGETAHUAN DARI
KITAB SUCI DAN HADIS. Dalam kitab suci dijelaskan, ‘Katakanlah
(Muhammad): "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang
berakal sehat, agar kamu mendapat keberuntungan."’ (Al Maa’idah, 5:100).
Berdasarkan
keterangan di atas, dapat dipahami bahwa manusia tidak bisa menemukan kebenaran
dengan mengandalkan pengetahuan alam dan nalarnya. Manusia harus mendapat petunjuk dari Yang Maha Mengetahui. Dia lah yang maha tahu
segala rahasia langit dan bumi.
Logika yang
bersumber pada pengetahuan dari kitab suci, saya beri nama logika Tuhan, karena
kita suci sumbernya adalah Tuhan, Allah swt. Logika yang bersumber dari kitab
suci, tidak menapikan kebenaran empiris dan rasional. Untuk menemukan kebenaran
Allah juga memerintahkan kepada manusia untuk mengamati, dan berpikir
menggunakan akal sehat berdasar prtunjuk pengetahuan dari Tuhan.
Dalam kitab
suci kita dapat menemukan logika sebab akibat berdasarkan pengetahuan dari
Tuhan. Berlogika dengan sumber pengetahuan dari kitab suci, tidak mendorong
manusia jadi berpikir irrasional atau mistis, justru sebaliknya. Dengan bersumber
pengetahuan dari kitab suci, selain kita bisa memahami logika dari kitab suci,
kita dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan empiris secara
berbarengan.
Saya
berkesimpulan, dengna mengembangkan ilmu berpikir dari kitab suci dan hadis,
kita bisa menemukan tujuan-tujuan hidup di dunia tanpa meninggalkan akhirat dan
sebaliknya. Dalam panduan kitab suci, dalam berpikir kita akan dipandu menjadi
umat pertengahan, yang menjaga kesimbangan antara kebutuhan hidup di dunia dan
akhirat.
wamintahti arjulihim minhumm
ummatum muqqtasidah
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan
(hukum) Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari
Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah
kaki mereka. Di antara mereka ada
golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh
kebanyakan mereka. (Al Maidah, 5:66)
Golongan
pertengahan ADALAH MEREKA YANG BERPIKIR DENGAN PETUNJUK TUHAN, DAN MENCARI
KEBENARAN DI ALAM DENGAN KEMAMPUAN AKAL NYA, UNTUK MENINGKATKAN KEYAKINANNYA
KEPADA TUHAN. DIALAH ORANG ORANG YANG BERAKAL SEHAT (ULIL ALBAB).
Kita umat Nabi
Muhammad saw adalah umat pertengahan itu. Umat yang menjalankan hukum Al-Qur’an
yang diturunkan dari Tuhannya. Dia adalah yang berpikir dengan logika dari
petunjuk Tuhan. Wallahu ‘alam.
(Master
Trainer @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment