KATA SAMBUTAN
TULISAN ADALAH PENJAGA MORAL
Berdasar data yang diperoleh dari kemendikbud, baru
sekitar 0,5% kepala sekolah (guru) yang bersedia menulis. Untuk itu, melalui
program satu guru satu buku (sagusabu), kemendikbud menggandeng penerbit mediaguru
untuk memberikan pelatihan kepada kepala sekolah dan guru untuk menghasilkan
karya tulis buku.
Menurut para Antropolog, masyarakat dapat
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu masyarakat chating, reading dan writing. Masyarakat chating adalah mereka yang memiliki kebiasaan ngobrol. Hobi mereka
nongkrong, nonton, dan waktu luangnya banyak digunakan untuk ngobrol dan pesta.
Masyarakat reading adalah mereka yang
kebiasaannya lebih baik karena memiliki minat baca tinggi. Setiap waktu luang
mereka gunakan untuk membaca. Saat menunggu kendaraan umum, di dalam kendaraan
umum, pulang kerja, di tempat main, sedang makan, sebelum tidur, mereka
sempatkan untuk membaca. Masyarakat writing,
adalah masyarakat berperadaban tinggi. Mereka bukan hanya memiliki kebiasaan
membaca tetapi sudah menulis.
Dalam sejarah, ditemukannya tulisan adalah tanda terjadinya
perpindahan masyarakat dari zaman pra sejarah ke zaman sejarah. Oleh karena
itu, para Antropolog menyimpulkan bahwa masyarakat yang belum mengenal tulisan
dikategorikan sebagai masyarakat berperadaban rendah.
Malas menulis sumbernya dari malas membaca.
Dibandingkan dengan 30 negara-negara di Asia, kita menduduki urutan kedua
terakhir yang kemampuan bacanya rendah. Dari seribu penduduk, hanya ada satu
orang yang masih memiliki minat baca tinggi (PR/4/09).
Untuk memperbaikinya kita harus menyadari bahwa
dunia pendidikan tidak akan mengalami perubahan dengan cepat jika tidak dihuni
oleh para penulis. Tanpa tulisan, profesionalitas sulit dibuktikan peningkatannya.
Tanpa para penulis, kita akan terus mengkonsumsi teori-teori pendidikan asing
yang tidak semuanya sesuai dengan alam budaya masyarakat kita.
Hal yang lebih penting, tulisan adalah penjaga moral
bagi para penulis. Jika kita salah berbicara, setidaknya masih bisa bersilat
lidah untuk membela diri. Pembicaraan sangat sulit dibuktikan kebenarannya kecuali
dengan rekaman dan ada saksi-saksi. Tetapi tulisan, sepanjang tulisan itu ada,
selamanya akan menjadi penjaga moral para penulis. Selama penulis itu hidup,
tulisannya akan menjadi penjaga perkataan dan prilakunya dari ucapan dan perbuatan
yang bertentangan dengan tulisannya.
Jika penulis buku memiliki sikap dan prilaku bertentangan
dengan apa yang telah ditulisnya, maka penulis tersebut harus melakukan ikatan
moral dengan Tuhannya. Dalam kitab suci Al-Qur’an dijelaskan, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (As Shaff:3). Inilah
tulisan pengikat moral para penulis agar tindakannya tidak bertentangan dengan
apa yang ditulisnya. Sesungguhnya Allah adalah penjaga moral sejati bagi para penulis.
Allah mengajar manusia dengan tulisan, dan tulisan-Nya adalah penjaga moral seluruh
umat manusia.
Akhir kata, saya sebagai Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat, mengapresiasi buku motivasi Sukses dengan Logika Tuhan, karya
Toto Suharya, kepala SMAN 1 Mande Cianjur, semoga dengan terbitnya buku ini
bisa melahirkan penulis-penulis lainnya dari kepala sekolah, guru, dan siswa, untuk
menuju Jawa Barat sebagai provinsi termaju.
|
Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Dr.
Ir. H. AHMAD HADADI, M.Si.
|
No comments:
Post a Comment