Oleh:
MUHAMMAD PLATO
Kisah
para Nabi selalu memperlihatkan sosok jiwa yang tenang dan damai dalam
menghadapi segala ejekan, cemoohan, kaumnya yang belum mengerti. Sebenarnya
jika mengerti, mempertahankan hidup damai tidak ada sedikit pun yang kita
korbankan, karena rasa damai adalah kemenangan sejati.
Dalam
sejarah Rasulullah ada cerita peperangan yang sering dijadikan alasan oleh
orang-orang yang tidak mengerti bahwa islam agama perang. Padahal jika kita
pahami bagaimana terjadinya proses perang, para Nabi Muhammad saw mengajarkan
agar hidup manusia cenderung pada kedamaian.
Tampilan
wajah perang dari kaum muslimin adalah bentuk pertahanan, karena orang-orang
yang berorientasi damai sering mendapat perlakuan tidak adil. Kaum muslimin
selalu menjadi sasaran ketidakadilan. Fitnah-fitnah sering menimpa kaum
muslimin.
Pada
awal kenabiannya Nabi Muhammad saw selalu mendapat cemoohan, hinaan, dan
pelecehan yang melampaui batas. Tidak sedikitpun Nabi merespon hinaan dengan
balik hujatan. Nabi Muhammad saw lebih memilih diam karena ada damai dalam
jiwanya. Diam nya Nabi Muhammad saw dalam damai dianggap sebagai
ketidakberdayaan oleh para pencemoohnya. Sehingga hinaan dan cemoohannya
semakin menjadi jadi. Mereka para pencemooh tidak mengerti bahwa dirinya
lahyang sedang direndahkan oleh Allah.
MEMBANGUN JIWA-JIWA YANG DAMAI DENGAN SHOLAT DHUHA 12 RAKAAT TIAP HARI |
Nabi
Muhammad saw bisa bertahan dalam damai sekalipun mendapat hinaan yang melampaui
batas. Nabi Muhammad saw diajarkan logika dari Tuhan Yang Esa, bahwa jiwa-jiwa
damailah yang akan dijanjikan kemenangan besar oleh Allah swt.
“Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan
perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu),
maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka
di mana saja kamu menemui mereka, dan merekalah orang-orang yang Kami
berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka. (An
Nisaa, 4:91)
Inilah
alasan nyata bagi kaum muslimin melakukan perlawanan, bukan untuk keangkara
murkaan atau nafsu membinasakan, tetapi sebagai bentuk perlawanan untuk memaksa
manusia hidup dalam damai, saling menghargai dan menghormati.
Dan
inilah karakteristik pribadi-pribadi muslim sesungguhnya, mereka adalah pembawa
misi perdamaian di seluruh dunia. Pribadi kaum muslimin adalah pribadi-peribadi
yang cenderung damai. Peperangan pun dilakukan dalam rangka misi memaksa
manusia agar hidup damai.
Dan
jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Al Anfaal, 8:61)
Tidak ada diskusi, tidak ada pembicaraan yang baik dalam sebuah perjanjian kecuali perjanjian untuk damai, saling tolong menolong dan saling berbuat kebaikan. Inilah isi kesepakatan-kesepakatan yang harus dilakukan dalam setiap perundingan.
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di
antara manusia. Dan barang siapa yang
berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi
kepadanya pahala yang besar. (An Nisaa, 4:114)
Dalam
ayat Al-Qur’an di atas, Allah mengajarkan logika berpikir kepada seluruh umat
manusia. Bahwa dibalik perdamaian ada kemenangan yang besar. Dalam urutan sebab
akibat kita akan menemukan ketentuan yang berlaku pasti sebagai berikut;
SEBAB
|
PASTI
|
AKIBAT
|
Bagi siapa pun yang cenderung, mengupayakan,
mengadakan Perdamaian
|
Akan Mendapat
|
Pahala Besar (Kemenangan Besar)
|
Cenderung
pada damai dalam menghadapi segala permasalahan adalah mind set, logika berpikir sesuai dengan petunjuk Tuhan. Maka dari
itu, pribadi-pribadi damai, berjiwa tenang adalah akhlak mulia bagi setiap
muslim.
Penegasan
Allah bahwa kaum muslimin harus memiliki jiwa damai dijelaskan , “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada
Allah supaya kamu mendapat rahmat. (Al Hujuraat, 49:10)
Maka
ayat ayat mana lagi yang akan kamu dustakan, kamu sembunyikan dalam hati mu? Sesungguhnya
mereka para pencemooh, pencaci, penyebar fitnah, penyebar konflik, pengadu
domba, tukang buruk sangka, bukan lah pribadi seorang muslim.
Dalam
sejarah perjalanan Nabi Muhammad saw, penaklukkan Mekah terjadi bukan setelah
perang. Penaklukkan Mekkah terjadi setelah diadakan perjanjian damai antara
Nabi Muhammad dengan kaum penguasa Mekah dalam perjanjian Hudaibiyah.
Masa
damai itu benar-benar telah menjadi tonggak kemenangan besar bagi kaum
muslimin. Mekkah pun menyerah kepada kekuasaan kaum muslimin dengan penuh suasana
damai. Jika kita tarik kesimpulan dari perjalanan sejarah kenabian Nabi
Muhammad saw, jelaslah misi Nabi Muhammad saw
bukan memaksa atau mengintimidasi manusia-manusia untuk takluk di bawah
kekuasaanya, melainkan mengajak kepada manusia untuk berbuat baik, saling
tolong, mengajarkan kebenaran dan hidup dalam jiwa yang damai. Jadi ciri-ciri
orang beragama itu cenderung damai. Wallahu ‘alam.
(Master Trainer @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment