Oleh:
Muhammad Plato
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka,”. (Al-Baqarah, 2:3).
Firman di atas menetapkan bahwa di mana pun masyarakat
berada selalu punya kepercayaan terhadap hal ghaib. Seharusnya kepercayaan
kepada yang ghaib hanyalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt
Kepercayaan-kepercayaan masyarakat kepada yang ghaib
selian Allah swt. seperti gulma di sawah yang dapat mengganggu pertumbuhan
padi. Dengan demikian, keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa sangat beresiko
menyimpang (syirik). Budaya menghormati makhluk-makhluk gaib selain Allah
swt bisa mengendalikan prilaku
masyarakat. Dalam ilmu tauhid tidak boleh ada yang mengendalikan prilaku
manusia kecuali Allah swt.
Seperti kita kenal, dalam budaya Jawa, makhluk-makhluk
gaib ikut mengendalikan prilaku masyarakat. Dalam bukunya berjudul Agama Jawa, Clifford Geertz (2017)
menjelaskan bagaimana masyarakat Jawa melakukan upacara-upacara ritual (slametan) untuk mengusir atau menghibur
makhluk gaib agar tidak mengganggu kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan masyarakat
Beberapa kepercayaan terhadap makhluk halus dikenal pada masyarakat
Jawa. Percaya adanya Memedi laki-laki,
dikenal genderewo dan memedi
perempuan, dikenal we’we’. Ada juga lelembut yang bisa membuat orang sakit
atau gila, dan tuyul makhluk halus anak-anak tukang mencuri uang. Sundel bolong adalah perempuan cantik
yang telanjang, tetapi kecantikannya dicemari oleh adanya lubang di tengah
punggungnya. Rambutnya hitam dan panjang sampai ke pantat, hingga menutupi
lubang punggungnya.
Ada juga danyang,
dia adalah makhluk halus roh dari para sesepuh desa yang telah meninggal.
Sekalipun sudah meninggal mereka dipercaya masih aktif mengurus dan memelihara
desa.
Makhluk-makhluk halus ini sangat umum dikenal masyarakat
Jawa, dan menyebar ke masyarakat luar Jawa dari mulut ke mulut yang memercayainya.
Kepercayaan ini telah mengendalikan prilaku masyarakat. Setiap anggota
masyarakat Jawa melakukan slametan-slametan
dengan ritual-ritual tertentu sesuai dengan keinginan demit. Mereka percaya bahwa demit-demit dapat mengabulkan
permintaan manusia dan setelah itu manusia harus memenuhi permintaan demit
Dalam kepercayaan ini, keyakinan masyarakat kepada Tuhan
Yang Maha Esa telah mengalami penyimpangan, karena rasa takut dan taat
masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa bergeser, bukan kepada Tuhan tetapi
kepada demit, atau lelembut yang mereka percayai.
Tindakan-tindakan ritual tidak lagi didasari oleh perintah Tuhan seperti dalam
kitab suci, dan sunnah Nabi Muhammad, saw tetapi berdasar pada perintah demit yang mereka percayai.
Prilaku masyarakat Jawa ini, tidak dapat diterima oleh
akal, jika kita kaitkan dengan perintah Tuhan, bahwa manusia hanya boleh takut,
memohon, berharap, dan meminta, pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka
kepercayaan-kepercayaan masyarakat kepada makhluk halus tidak dapat diterima
oleh akal sehat dalam agama monotheis.
Komitmen ketauhidan keimanan kepada satu Tuhan
diperintahkan dalam kitab suci. “Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan.” (Al-Fatihah, 1:5). Dan hanya kepada Allah saja tempat segala
sesuatu bergantung. “Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. (Al-Ikhlash, 112:2).
Tidak boleh ada yang mendominasi manusia kecuali Tuhan.
Segala tindakan manusia, perbuatan manusia, rasa takut, harapan, semuanya harus
digantungkan atas nama Tuhan saja. Yang ghaib yang boleh disembah, diminta pertolongan,
dan ditakuti hanyalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada makhluk ghaib selain Allah
swt, yang perlu ditakuti.
Siapa yang meyakini bahwa sebab kejadian terjadi dari selain kehendak
Tuhan, maka dia telah menyimpang dari kemurnian tauhidnya. Siapa yang melakukan
sebuah tindakan didorong bukan atas dasar perintah Tuhan Yang Esa, maka dia
telah menyimpang dari ketauhidan (kyakinannya kepada satu Tuhan).
Inti dari Tauhid Al Mantiq adalah menjaga pikiran untuk tetap menjadikan Allah swt sebagai sebab utama dari segala kejadian. Sedangkan segala sebab yang terjadi di alam adalah rangkaian ketentuan yang diciptakan oleh Tuhan agar manusia bisa memahami kehidupan. Wallahu ‘alam
(Penulis Menulis Buku Sukses dengan Logika Tuhan JIlid 2)
No comments:
Post a Comment