OLEH:
MUHAMMAD
PLATO
Pusing-pusing tujuh
keliling sampai botak memikirkan apa penyebab kemiskinan. Para ahli saling
berdebat mempertahankan hasil penelitiannya. Di sepakatilah untuk
mensejahterakan masyarakat, pemerintah harus menyelesaikan tiga masalah
fundamental di masyarakat yaitu masalah; pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Informasi
dari situs kementerian keuangan RI, sejumlah 2.080,5 triliun rupiah anggaran APBN
2017 telah digelontorkan oleh pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan tiga
masalah diatas.
Ribuan triliun dana
APBN sangat berarti signifikan. Jalan-jalan ke pelosok mulai dirapihkan tambal
sulam. Pembangunan sudah mulai bergerak di tingkat desa. Gang-gang jalan
dilakukan pembetonan. Perbaikan jalan-jalan kebaupaten dilakukan
sepotong-sepotong, berbulan-bulan, seperti proyek yang tak akan kunjung
selesai. Inilah dampak dana APBN ribuan triliun.
Dunia pendidikan
kebanjiran uang, namun hampir boleh dikatakan mengalami penurunan kualitas
layanan karena sistem administrasi keuangan dibangun atas dasar kecurigaan. Pelaporan
keuangan terlalu fokus pada tertib adminsitrasi. Aturan ini bertentangan dengan
kebutuhan dunia pendidikan yang dinamis. Manajer-manajer pendidikan telah dilatih
menyelesaikan masalah dengan cara-cara luar biasa, sementara pelaporan keuangan
seolah-olah mengajarkan, kerja biasa-biasa saja, jika ingin selamat dari
jeratan dan ancaman penegak hukum. Inilah dampak dari dana APBN ribuan triliun.
Layanan kesehatan mengalami
peningkatan signifikan. Masyarakat miskin hampir semuanya dijamin mendapat
layanan kesehatan di rumah sakit umum di tingkat kecamatan dan daerah. Namun pemandangan
mengerikan di rumah-rumah sakit kelas ekonomi seperti melihat manusia di pengungsian.
Orang-orang sakit dirawat di lorong-lorong rumah sakit yang pengap dan panas. Orang
muda, tua renta, berobat jalan, gawat darurat, hampir mati, semuanya sama harus
antri. Inilah layanan standar rumah sakit yang kebanjiran pelanggan. Semuanya
terjadi gara-gara APBN ribuan triliun.
Sebenarnya kekayaan
negara, keuangan negara, bukan faktor dominan penyebab kesejahteraan rakyat.
Berapa pun anggaran APBN dikeluarkan untuk membiaya berbagai program
kesejahteraan, hasilnya tidak akan maksimal karena pelakunya adalah orang.
Maka apakah penyebab
dana ribuan triliun selalu tidak cukup membiaya pendidikan, pembangunan jalan,
dan layani kesehatan? Karena di dalam sistem sosial kita masih ada
manusia-manusia berkarakter lemah. Oleh para sosiolog mereka yang berkarakter lemah
ini dikategorikan sebagai orang sakit karena terlalu tergantung pada tujuan
materi. Mereka harus mendapat layanan klinis berupa rekondisi emosional.
Dalam pandangan agama orang-orang
yang lemah karakternya ini adalah mereka yang tidak sadar telah menghambakan
hidupnya pada materi. Dalam bahasa agama Islam, mereka adalah pelaku-pelaku
syirik, karena telah hidupnya bukan lagi dikendalikan Tuhan, tapi dikendalikan
oleh kebutuhan material.
Orang-orang inilah
penyebab kemiskinan absolut. Berapa triliun pun APBN dikeluarkan oleh negara, visi
dan misi pemerintah akan selalu tampak kontra produktif dengan kenyataan. Bagi pecinta
harta, harta seisi dunia tidak akan memuaskan hawa nafsu materialnya. Dialah orang-orang
serakah lagi kikir. Dia sangat berbahaya bagi kelangsungan bangsa dan negara.
Dana APBN ribuan
triliun akan berubah jadi bencana jika dikelola oleh para pacinta harta. “Sesungguhnya uang dinar dan dirham ini
telah membinasakan orang-orang sebelum kamu dan di masa yang akan datang pun
akan membinasakan. (HR. Ath-Thabrani)
Maka penyebab kemiskinan
absolut di muka bumi ini adalah manusia-manusia yang mencintai harta melebihi
cintanya kepada Allah. “Cinta yang sangat
terhadap harta dan kedudukan dapat mengikis agama seseorang. (HR. Aththusi).
Maka investasi terbesar
yang harus dikorbankan oleh negara adalah mengalokasikan anggarannya adalah mendidik
warga negaranya menjadi warga masyarakat yang punya karakter rela berkorban, dermawan atau ahli sedekah.
Program-program
pembangunan, pendidikan, harus diolah dan diarahkan agar warga masyarakat
menjadi pribadi-pribadi rela berkorban. Pemimpin-pemimpin yang dermawan harus
ditampilkan sebagai sosok pemimpin teladan yang harus diteladani.
Kisah-kisah para Nabi,
cerita-cerita rakyat, dongeng sebelum tidur, obrolan santai, harus berisi
tentang kedermawanan. Film-film, sinetron, iklan, talk show, berita harian, harus di dominasi oleh pesan-pesan
kedermawanan.
Merajalelanya
kemiskinan di muka bumi ini, bukan karena rezeki Allah berkurang untuk manusia.
Tidak ada manusia yang tidak diberi rezeki oleh Allah. “Sesungguhnya rezeki mencari seorang hamba sebagaimana ajal
mencarinya. (HR. Ath-Thabrani).
Memerangi kemiskinan
sebenarnya bukan dengan mengeksploitasi alam untuk memperbanyak kekayaan,
tetapi memerangi sifat-sifat serakah dan kikir yang mulai hinggap di hati warga
negara. Inilah jihad paling akbar, melebihi jihad perang Badar, karena serakah
dan kikir adalah bagian dari karakter manusia yang akan tumbuh subur pada manusia-manusia
berkarakter lemah. Wallahu ‘alam.
(Penulis
Master Trainer Sukses dengan Logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment