OLEH
MUHAMMAD PLATO
Begitu
saya perkenalkan logika Tuhan kepada khalayak umum, banyak yang merasa asing
dengan konsep ini. Reaksinya pun macam macam, ada yang langsung negatif, ada
yang datar, ada yang mengapresiasi, dan ada juga yang terinspirasi. Saya merasa
terpanggil untuk memberikan penjelasan tentang kedudukan logika dalam kehidupan
manusia, semoga Allah swt. merahmati.
Secara
psikologis, reaksi setiap orang terhadap hal-hal baru tergantung pada
pengetahuan yang dimilikinya. Setuju? Reaksi negatif terjadi sudah pasti karena
mereka mengaitkan hal baru dengan informasi negatif yang dimilikinya. Waktu
pertama kali diperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Arab, mereka menolak keras
karena ajaran Islam dikaitkan dengan informasi negatif yang mereka miliki yaitu
merendahkan tuhan-tuhan bangsa Arab, megancam kedudukan, dan mengancam sumber
penghasilan yang telah mereka miliki. Ketika mendengar kata Syiah, orang langsung
takut dan benci, karena yang didengarnya dikaitkan dengan pengetahuan-pengetahuan menyimpang dari madzab Syiah.
Sebaliknya
reaksi positif sangat tergantung pada informasi positif yang dimiliki seseorang
tentang hal baru itu. Ketika pertama kali datang orang-orang Jepang ke
Indonesia, bangsa Indonesia menerima kedatangan Jepang karena dikaitkan dengan
informasi bahwa Jepang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan.
Mereka
yang cenderung negatif terhadap konsep logika Tuhan, saya prediksi
dilatarbelakangi oleh beberapa pengetahuan negatif yang dimiliki orang
tersebut. Hampir rata-rata pengetahuan negatif yang dimiliki orang-orang yang
tidak bisa menerima konsep logika Tuhan karena LOGIKA diidentikkan dengan musuh Tuhan, dan musuh
agama. Logika pun diidentikkan dengan peradaban
dan etnis tertentu, seperti Yunani dan Yahudi. Peradaban dan etnis ini juga dikategorikan
sebagai musuh. Logika juga dikaitkan dengan ajaran liberal, kelompok sesat,
yang juga musuh.
Kesimpulannya,
mereka yang menolak konsep logika Tuhan, karena memiliki pengetahuan bahwa
logika adalah musuh Tuhan, dimiliki oleh peradaban Yunani, etnisYahudi, kaum
liberal, yang notabene mereka semua adalah musuh. Maka tercetuslah dalam diri
seseorang bahwa logika itu adalah musuh Tuhan yang berarti musuh kita bersama.
Maka wajar saja jika ada orang langsung memvonis aliran sesat kepada mereka
yang mengaitkan logika dengan agama, apa lagi dengan Tuhan, karena di dalam
pengetahuannya, logika adalah musuh Tuhan. Sebelum ada pencerahan, tambahan
pengetahuan, pemahaman mendalam dan bijaksana, sampai kapan pun orang seperti
ini tidak akan menerima konsep logika jika dikaitkan dengan agama apa lagi
Tuhan.
Alasan
yang kedua, mengapa orang menolak konsep logika Tuhan, karena ada kesalahan
persepsi. Mereka memberi persepsi bahwa logika Tuhan sebagai upaya untuk
memposisikan diri seseorang sebagai Tuhan. Sehingga mereka ketakutan, orang ini
akan menjadi Tuhan yang akan memaksakan segala kehendaknya kepada orang lain,
dan merasa dirinyalah yang paling benar. Ini persepsi salah besar.
Logika
Tuhan adalah konsep yang sengaja saya perkenalkan kepada umum dengan definisi,
latar belakang, tujuan, dan manfaat, untuk kebajikan. Ketika mengatakan sesat sebenarnya
telah membuat konsep sendiri, menafsir sendiri, tanpa merujuk kepada sumber pembuat
konsep. Mereka telah mengadili niat baik orang lain, dengan pengetahuan buruk
yang dimilikinya. Mereka mengacak-ngacak, hasil karya, paten, milik orang lain.
Mereka seperti pendusta, yang mencoba memutarbalikkan fakta, yang baik menjadi
buruk, dan yang buruk menjadi baik.
Di
sinilah pentingnya sebuah pemikiran, konsep, teori, ilmu, memiliki hak paten.
Hak paten dalam arti bukan sebagai pemilik, tetapi sebagai penanggung jawab
yang berhak menjelaskan makna sesungguhnya jika terjadi kesalahan persepsi.
Kesalahan persepsi sering terjadi, ketika hak paten diartikan sebagai pemilik
padahal sebenarnya penanggungjawab, karena pemilik adalah Tuhan.
Posisi
adanya pengakuan hak paten penting, agar jika ada penyimpangan oleh orang lain yang
menggunakan karya paten seseorang bisa diproses sebagai pelanggaran hukum atas
nama pelakunya bukan atas nama pemilik paten. Kecuali, jika penyimpangan itu
dilakukan oleh pemilik paten karya tersebut, maka yang di proses hukum adalah
pelaku dan hasil karyanya.
Atas
dasar itu berkali-kali saya jelaskan definisi logika Tuhan adalah ilmu berpikir
yang besrumber pada petunjuk dari Tuhan. Kata Tuhan dalam hal ini berbeda
dengan Allah. Definisi Tuhan adalah yang ditaati, mengacu kepada pendapat Prof.
Fahmi Basya dalam Flying Book yang beliau sebar di FB, berjudul Syahadat Bilal
1. Maka bisa juga logika Tuhan didefinisikan sebagai ilmu berpikir yang
bersumber dari yang ditaati (Tuhan) yaitu Allah swt.
Berpikir
dengan logika Tuhan, tidak akan membuat orang menjadi berpikir bebas tanpa
batas. Berpikir dengan logika Tuhan justru akan menjadikan pikiran manusia
menjadi selalu terbatas, karena dibatasi oleh ketentuan Tuhan. Namun
sebaliknya, berpikir dengan logika Tuhan akan membentuk orang-orang cerdas
melebihi kecerdasan orang-orang yang berpikir bebas mengikuti keinginan nalar hawa
nafsunya. Mereka yang berpikir mentaati hawa nafsunya sebagai Tuhan (yang
ditaati) adalah mereka yang merendahkan kedudukan Tuhan dan tidak mengakui
kebenaran-kebenaran pengetahuan yang bersumber dari Tuhan.
Ilmu
berpikir logika Tuhan, tidak memiliki tujuan menjadikan seseorang atau siapa
pun menjadi Tuhan. Ilmu logika Tuhan, tujuannya mengajarkan kepada semua orang
untuk berpikir dengan standar, yaitu berpikir sesuai petunjuk yang harus
ditaati yaitu Allah swt, agar seluruh manusia bisa hidup di muka bumi ini
menjadi rahman (pengatur yang adil) bagi seluruh alam.
Saya
tegaskan bahwa logika bukan musuh Tuhan. Dia bukan milik peradaban Yunani,
bukan milik etnis Yahudi, bukan pula milik kaum liberalis. Logika adalah rahman
(aturan) Tuhan yang dimiliki setiap manusia, karena dengan menggunakan logika
manusia bisa punya kemampuan untuk tunduk dan patuh pada Tuhan Semesta Alam.
Menurut
ilmu otak (Neurologi), otak manusia di bagi dua yaitu otak kiri dan otak kanan.
Otak kiri berfungsi berpikir secara terstruktur menggunakan logika sebab
akibat, dan otak kanan berpikir secara acak, intuitif, (kreatif). Maka, jika ada orang siapapun namanya,
jabatannya, kedudukannya, Nabi sekalipun, melarang manusia untuk memahami
sesuatu dengan logikanya, maka sama dengan menyuruh mematikan organ tubuh
manusia paling vital yaitu otak sebelah kiri. Sangat tidak mungkin Tuhan
menyuruh manusia berbuat kerusakan, termasuk merusak fungsi otaknya sendiri.
Bersumber kepada Al-Qur'an, mengajarkan manusia untuk memahami, pandai berbicara, dan mencipta, harus dengan penjelasna secara berurutan, teratur, dan sistematis. Pola-pola ini dilakukan oleh otak kiri yang tugasnya berpikir logis.
FUNGSI OTAK KIRI DAN KANAN DARI AL-QURAN
Logika
adalah anugerah besar Tuhan untuk seluruh alam. Tanpa logika, alam, manusia,
tidak akan bisa berpikir, dan manusia tidak bisa memahami siapa dirinya dan
siapa Tuhannya. Logika adalah ketentuan Tuhan yang berperan dalam
mensejahterakan alam. Logika bersemayam di otak dan hati manusia.
Kegagalan
kita menjadi manusia dalam berpikir adalah kita tidak pernah benar-benar
membela Tuhan. Kita selalu terbawa emosi karena merasa kebenaran hanya milik
pemikiran pribadi, kelompok, dan aliran. Kita sering membela ego, sosok, dan
kelompok, dan tidak sadar bahwa yang ditaati bukan Tuhan tapi nafsu, harga
diri, individu, kelompok, aliran, atau madzab, maka yang terjadi adalah
perpecahan.
Jika
saja kita benar membela Tuhan dalam berpikir, maka ketika terjadi perbedaan
suasananya akan tetap damai karena masing-masing berpendapat bahwa kebenaran
milik Tuhan, kita hanya berpikir berdasar kemampuan-Nya dan hanya Tuhan yang
tahu. Manusia hanya bisa berusaha menjadi umat Tuhan terbaik dengan berpikir dan berprilaku untuk
kesejahteran seluruh alam sebagaimana diperintahkan Tuhan.
Demikian
penjelasan singkat yang bisa saya sampaikan, semoga Tuhan merahmati kita semua.
Tidak ada daya upaya kecuali atas kehendak Tuhan, hingga kita bisa berpikir dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Semoga Allah swt mengampuni kita semua. Wallahu
‘alam.
No comments:
Post a Comment