OLEH:
MUHAMMAD PLATO
Setiap
orang melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dipahaminya. Apa yang dipahami
seseorang berawal dari pengertian suatu konsep
yang dimilikinya. Semangat atau malas seseorang melaksanakan shalat berangkat
dari pemahaman. Mereka yang malas rata-rata memiliki pemahaman terbatas tentang
shalat.
Survey
kecil-kecilan di sekolah menengah atas, dari satu kelas yang rata-rata jumlah
siswanya 30 orang, siswa yang melaksanakan shalat lima waktu hanya enam orang.
Ketika survey secara acak di kelas lain dengan tingkat dan waktu berbeda, ternyata
siswa yang melaksanakan shalat lima waktu full
time masih tetap dikisaran enam orang.
Jika
beberapa kelas yang telah di survey dijadikan sample, maka dari 18 kelas dengan
jumlah seluruh siswa 546 orang, yang melakukan shalat lima waktu di sekolah
tersebut hanya di kisaran dua persen (2%) atau kurang lebih 109 orang. Kesimpulan
sementara sebagian besar siswa siswi di sekoah tersebut berpenyakit malas
shalat. Pantas saja Tuhan bertanya kepada manusia sampai 31 kali, nikmat dari
Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?
Kepada
beberapa siswa yang rajin shalat, dilakukan wawancara mengenai alasan mereka melaksanakan
shalat, rata-rata alasan mereka melaksanakan shalat adalah karena shalat dipahami
sebagai kewajiban tanpa argumen. Ketika dipaksa diminta pemahaman lain tentang
shalat hampir semua terdiam (bingung/ngahuleng).
Artinya otak mereka sedang mencari-cari file tentang pengertian shalat. Hal ini
menandakan bahwa siswa-siswi kita yang beragama Islam miskin sekali
pengetahuannya tentang shalat.
Untuk
memotivasi siswa-siswa supaya rajin shalat saya selalu berangkat dari pengajaran
pengertian-pengertian shalat bersumber pada Al-Qur’an yang operasional dan
mudah dipahami. Definisi shalat dibangun dengan menghubungkan konsep-konsep kata
kerja operasional yang terdapat dalam Al-qur’an, yang beriringan dengan konsep shalat
dalam satu ayat.
Berangkat dari pemahaman pengertian-pengertian shalat tersebut, diharapkan siswa-siswi akan punya tujuan dalam shalat, sehingga shalat menjadi punya fungsi dan makna bagi pribadi mereka. Untuk itulah sangat penting bagi kita untuk memahami pengertian-pengertian shalat yang dibangun dari konsep-konsep yang ada dalam Al-Qur’an.
SHALAT UNTUK MENGINGAT ALLAH
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaahaa,
20:14).
Dalam
ayat di atas, Allah swt sangat jelas memberikan pengertian bahwa shalat adalah
kegiatan ritual yang bertujuan untuk mengingat Allah.
SHALAT UNTUK MINTA TOLONG
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk, (Al Baqarah; 2:45).
Hai orang-orang yang beriman,
mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar. (Al Baqarah; 2:153).
Keterangan
dari ayat ini cukup jelas bahwa minta tolong dengan shalat adalah perintah
langsung dari Allah swt. Dengan demikian, kita punya pengertian lain dari
shalat adalah kegiatan ritual dalam agama Islam yang tujuannya meminta tolong
kepada Allah swt.
Rasulullah
mencontohkan shalat dengan tujuan minta tolong kepada Allah swt pada saat akan
berangsungnya perang Badar. Pada malam menjelang perang, Nabi Muhammad swt
melakukan shalat malam, memohon, mengiba, meminta tolong agar kaum muslimin
diberi kemanangan dalam perang.
SHALAT MEMOHON REZEKI
Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu.
Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Thaahaa, 20:132).
Keterangan
di atas memberi pengertian berikutnya tentang shalat. Bagi mereka yang merasa
ingin dicukupkan rezeki, shalat adalah ritual keagamaan yang memiliki tujuan
untuk meminta rezeki kepada Allah swt. Pada prakteknya, ada shalat dhuha,
shalat hajat, shalat tahajud yang di sunnahkan sebagai shalat minta rezeki.
Pada dasarnya hampir semua shalat bisa bertujuan meminta rezeki kepada Allah
swt.
SHALAT UNTUK BERSYUKUR
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku
telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami
(yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan
beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur. (Ibrahim, 14:37).
Pengertian
shalat berdasarkan keterangan di atas, adalah ritual untuk menunjukkan kepada
Tuhan sebagai tindakan rasa syukur atas segala limpahan rezeki yang telah
diterima. Shalat dengan pengertian semacam ini dilakukan oleh Nabi Muhammad
saw.
SHALAT UNTUK BERTOBAT
Apakah kamu takut akan (menjadi
miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka
jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah
telah memberi tobat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al Mujaadilah, 58:13)
Secara
khusus, Nabi Muhammad saw. telah mengajarkan kepada kita untuk melaksanakan
shalat tobat, sebagai bentuk permohonan ampun kepada Tuhan atas dosa-dosa yang
telah dilakukan.
SHALAT UNTUK MENYEMBAH TUHAN
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh
menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu
di setiap shalat dan sembahlah Allah
dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan
kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)". (Al A’Raaf, 7:29).
Shalat
menurut pengertian keterangan di atas adalah sebagai ketaatan dengan ikhlas dan
semata-mata hanya untuk menyembah Tuhan. Shalat dalam pengertian ini tidak ada
tujuan lain kecuali hanya menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang ditaati
dan tempatnya kembali.
Dari
beberapa pemahaman di atas, niat atau tujuan shalat sebenarnya sangat
tergantung pada kondisi. Jika sedang merasa bahagia, shalat bisa berarti
sebagai wujud rasa syukur. Jika terjerumus ke dalam kenistaan, maka shalat
menjadi pertobatan dan mohon ampun kepada Tuhan. Setelah menemukan nikmatnya
hidup di jalan Tuhan, maka shalat bisa jadi sebagai bentuk ketaatan dan
ketundukkan kepada Tuhan saja.
Dari
beberapa ayat di atas perintah langsung dan jelas dari Tuhan tentang shalat
adalah untuk mengingat dan meminta tolong kepada Allah swt. Konsep ini sering
saya gunakan untuk menjelaskan arti shalat kepada siswa-siswi agar mereka punya
tujuan spesifik dalam shalat.
Manusia
mana yang tidak punya kesulitan hidup di muka bumi ini? Karena setiap manusia
akan selalu bertemu dengan kesulitan, maka manusia mana yang tidak butuh
pertolongan? Maka dari itu, bagi saya yang sudah berumur hampir setengah baya, selalu
membutuhkan pertolongan, dan Tuhanlah satu-satu penolong setia. Dengan demikian
shalat menjadi kebutuhan yang tidak lepas dari kehidupan setiap muslim.
Demikianlah Rasulullah memberikan contoh teladan kepada kita semua.
Kesabaran,
dan ketekunan ketika minta tolong kepada Allah adalah kunci agar kita benar-benar
merasakan dengan sadar ditolong oleh Allah swt. Maka dari itu, apa pun
keinginan, harapan, cita-cita, tujuan hidup, wujudkanlah dengan mendirikan shalat.
Melalui
pemahaman luas, shalat kita akan lebih bermakna dan bersemangat, karena setiap
shalat ada harapan dan cita-cita yang akan terwujud karena kita selalu bergantung
kepada Allah swt setiap shalat. Sementara Allah telah menjamin, barang siapa
berdoa kepada Ku, maka Aku akan mengabulkan doanya. Semua mimpi, cita-cita,
harapan, akan terwujud karena Allah lah satu-satunya penolong segala kesulitan
manusia.
Kawan-kawan,
siswa-siswi, bukan karena wajib kita shalat, tetapi karena kita butuh pertolongan Allah setiap saat. Oleh karena butuh, maka jadilah! shalat hukumnya wajib.
(Toto Suharya). Wallahu alam.
(Follow @logika_Tuhan).
No comments:
Post a Comment