“Kembalikan aku dari perasan ini. Cinta
itu seperti pedang”, demikian curhatan seorang gadis di media sosial, maklum
anak-anak zaman sekarang. Entah apa yang ada di benak gadis itu, kita hanya
bisa baca statusnya.
Memahami arti kata cinta, belum pernah
ada kata sepakat. Semua hanya bisa merasa tapi tidak pernah bisa jujur
mengungkapkan artinya. Untuk itulah banyak para pencari cinta yang dusta.
Tuhan mengajarkan cara mencintai dengan
tulus kepada kita, sebagaimana Tuhan mencintai makhluk-makhluknya. Inilah
ajaran cinta sejati dari Tuhan. Cinta yang diharapkan dimiliki manusia seperti
mengacu pada hadis. “Paling kuat tali
hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah”. (HR.
Ath-Thabrani).
Dan cinta yang tidak diharapkan pada
manusia seperti dijelaskan pula dalam hadis. “Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli”. (HR. Abu
Dawud dan Ahmad)
Lalu bagaimana prakteknya jika kita mau
mencintai karena Allah? Cinta karena Allah definisinya adalah mencintai
berdasarkan apa-apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Apa-apa yang diperintahkan
oleh Tuhan sumbernya kitab suci. Dari kitab suci, ada beberapa kriteria yang
dapat dijadikan ciri mencintai karena Allah sebagai berikut;
1. Mencintai tidak Bermaksud Memiliki
Cinta bisa
menimbulkan konflik terbuka. Konflik terbuka, terjadi karena cinta didasari niat
ingin memiliki. Pada prinsipnya semua yang ada di dunia ini adalah titipan.
“Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi”.
(Al Baqarah, 2:255).
Mencintai dengan
niat memiliki sesungguhnya telah melanggar ketentuan bahwa semua yang ada di
langit dan bumi adalah milik Allah. Maka siapa yang mencintai dengan niat
memiliki, akan tersiksa dengan rasa cintanya sendiri.
Doa yang tepat
ketika minta jodoh adalah “ya Tuhan titipkanlah kepada kami pasangan hidup yang
menyenangkan hati”. Doa ini membangun kesadaran bahwa apa yang ada di dekat
kita adalah titipan yang suatu saat akan diambil kembali.
2. Mencintai itu Memberi
“Dan Allah
memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”. (Al
Baqarah, 2:212). Cinta atas nama Tuhan adalah memberi tanpa batas. Pada
prinsipnya Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa “Tangan yang di atas (pemberi)
lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima)”. (HR. Bukhari)
Sudah sering
kita liat bahwa para pemuda mendatangi pemudi dengan membawa pemberian. Itulah
sifat dari cinta, mendorong orang untuk memberi.
Namun demikian
pemberian dari para pemuda ke para pemudi yang belum menikah, bisa dijamin bahwa
sebagian besar pemberian itu tidak ikhlas. Mengapa demikian? Karena pemberian
itu berharap balasan dari sesama manusia. Maka dari itu setiap pemberian harus
jelas akadnya, jangan sampai menjadi hutang yang tidak dapat dibalas, dan
menjadi bibit perpecahan.
3. Mencintai itu Berani Berkorban
Berkorban bukan
hanya ajaran ritual tahunan dalam ajaran agama. Berkorban adalah prinsip hidup
yang ditetapkan oleh Tuhan sebagai bukti tidak ada kecintaan kepada selain
Tuhan. “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”. (Q.S, Al
Kautsar, 108:2).
Mencintai karena
Tuhan, adalah keberanian berkorban sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan, yaitu
berkorban demi kebajikan. Berkorban demi menafkahi istri dan anak, berkorban
demi kesejahteraan orang tua, berkorban demi orang-orang miskin, berkorban
dengan kemaslahatan masyarakat. Mencintai tanpa berani berkorban dalam
kebajikan, adalah cinta palsu.
4. Mencintai itu Menerima Takdir Tuhan
Cinta itu
menerima segala kejadian sebagai takdir Tuhan. Menerima segala kejadian sebagai
bagian dari yang terbaik dari Tuhan. Cinta itu tidak pernah mengeluh, dan
menyalahkan orang lain. Itulah kriteria orang-orang yang memiliki cinta karena
Tuhan.
Jika kita
mencintai istri/suami karena Tuhan, maka cirinya adalah tidak ada keluhan, dan
tidak ada yang salah pada istri/suami kita. Istri/suami kita adalah yang
terbaik dari Tuhan. Itulah ukuran jika kita ingin dikatakan mencintai karena
Tuhan.
5. Mencintai itu berserah diri kepada Tuhan
Inilah kunci
dari semua kecintaan atas nama Tuhan. Cinta adalah berserah diri kepada
ketentuan Tuhan. “dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan
kebaikan…(QS. Anniisa, 4:25).
Totalitas
mencintai karena Tuhan adalah berserah diri pada ketentuan Tuhan, atas segala
kejadian yang terjadi pada diri. Pikirannya tidak terbebani rasa takut, dan
khawatir. Mereka yang mencintai sesuatu karena Tuhan, hidupnya tanpa beban.
Jiwa, emosinya stabil, tidak lagi terpengaruh oleh keadaan, situasi, kondisi,
iklim, cauca, gelap, terang, bencana, kemiskinan, dan manusia.
Segala keputusan
tentang hidupnya diserahkan kepada Tuhan. Kerja kerasnya, ilmunya,
keterampilannya, keahliannya, profesinya, kelimpahan harta, kedudukan tinggi,
bukan sebab keberhasilan dari usaha dan kerja kerasnya, semuanya diserahkan
terjadi karena ada kehendak Tuhan.
Itulah lima kriteria, jika Anda mau
mencintai karena Allah. Bohong, jika ada yang mengatakan, “saya mencintai
perempuan itu karena Tuhan, tapi punya niat memilikinya dan takut dimiliki
orang lain, maka ucapannya adalah bohong”.
Bohong, jika ada orang bilang saya
mencintai anak-anak yatim, dan ibu bapak karena Allah, tetapi tidak mau memberi nafkah kepada
mereka. Bohong, jika ada orang bilang saya mencintai Nabi Muhammad saw, tetapi
tidak mau berkorban dalam menengakkan kebajikan.
Bohong, jika ada orang bilang saya tidak
mencintai jabatan saya, tetapi jika jabatannya dicopot berprasangka buruk
kepada orang dan Tuhan. Bohong jika orang bilang saya tidak mencintai harta
kekayaan, tetapi ketika hartanya habis terbakar dia stres, dan putus asa.
Demikianlah beberapa kriteri mencintai
karena Allah, yang bisa saya sampaikan semoga jadi pengetahuan bermanfaat, dan
bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Salam sukses dengan logika
Tuhan. Wallahu ‘alam.
(Master Trainer @logika_Tuhan).
Luar Biasa Pak#Sukses DLT.
ReplyDelete