Oleh:
MUHAMMAD PLATO
Menyalahkan
orang lain atau sesuatu di luar diri kita adalah ucapan sehari-hari yang sulit
kita kontrol. Di keluarga, masyarakat, dan sebuah negara, silahkan amati,
ucapan-ucapan dengan nada menyalahkan orang lain hampir setiap saat kita
dengar.
Pelakunya dari
semua umat beragama, kiyai, pendeta, biksu, dosen, guru, santri, abangan,
preman, atheis, hampir setiap saat menjadi pelaku yang suka menyalahkan orang
lain. Apalagi para politikus, pernyataannya selalu tendensius menyalahkan lawan
politiknya.
Dalam
percakapan sehari-hari, kita juga sering mendengar prilaku menyalahkan keadaan.
Hal yang sering dipersalahkan adalah cuaca hujan. Kalau kita amati, segala
kondisi selalu menjadi objek untuk disalahkan manusia.
Meyalahkan
orang lain atau keadaan bukan termasuk karaktek mulia. Menyalahkan orang atau
keadaan menjadi sebab munculnya pola-pola pikir negatif. Menyalahkan orang lain
atau keadaan menjadi ciri manusia kualitas rendah, dan kurang diperhitungkan
dalam segala bidang. Orang dengan karakter suka menyalahkan orang lain dan
keadaan, cenderung tidak bisa bekerja sama, sulit kompak, miskin ide, dan
memiliki hambatan dalam sosialisasi. Manusia yang memiliki karakter suka
menyalahkan orang lain dan keadaan, termasuk orang-orang lemah, dan sakit
pikir.
Orang-orang
yang memiliki karakter suka menyalahkan orang lain dan keadaan, mereka tidak
cocok usaha dalam segala bidang termasuk menjadi pekerja. Para pelaku bisnis, pemilik
perusahaan, pejabat di lembaga negara, dapat menjadikan kriteria karakter
menyalahkan orang lain dan keadaan, menjadi faktor tidak diterimanya seseorang
sebagai partner bisnis, abdi negara atau karyawan. Secara psikologis,
orang-orang dengan karakter suka menyalahkan orang lain dan keadaan tidak akan
produktif mengembangkan perusahaan atau lembaga di mana dia bekerja, mereka
cenderung menjadi krikil dalam sepatu.
Seorang
pengusaha, bukan termasuk pengusaha tangguh jika masih menyalahkan orang lain
atau situasi di luar dirinya sebagai sebab kegagalan. Seorang pengusaha,
pekerja, pejabat, pemimpin, tangguh adalah mereka yang tidak mencari sebab
kegagalan diluar dirinya. Kesalahan akan jadi alat untuk meningkatkan
profesionalismenya dalam segala bidang.
LARANGAN
MENYALAHKAN orang lain dan keadaan, tersembunyi namun cukup jelas jika kita
pahami dengan sedikit logika berpikir sebab akibat. Ayat yang paling terkenal
dan sering dikutif oleh para kiyai adalah surat Al Israa, (17:7). “Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,”.
Secara tegas
dijelaskan dalam surat Ali Imran, (3:165), “Dan
mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan
Badar) kamu berkata: "Dari mana
datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Surat Ar Rahman menguatkan bahwa balasan baik tidak akan bercampur dengan
balasan buruk. “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. (55:60).
Berdasarkan
keterangan ayat-ayat di atas, tidak ada rumus bahwa keburukan, kegagalan,
datang dari luar diri manusia itu sendiri. Kesalahan, keburukan, kegagalan,
datang dari dalam diri sendiri sudah menjadi sistem alam, sunatullah, dan baku
sebagai takdir atau ketetapan Tuhan.
Sekalipun
manusia merasa tidak pernah berbuat salah, rumusnya tetap tidak akan pernah
menyimpang bahwa kesalahan sebabnya ada dalam diri manusia sendiri. Untuk
itulah manusia-manusia bijaksana tidak akan menghakimi orang lain salah, tetapi
akan membawa musyawarah, berdiskusi, saling menghargai, dengan tidak tendensi
menyalahkan tetapi memberi penjelasan berdasarkan pendapat masing-masing, untuk
mencari tahu mana yang lebih mudah dipahami, diaplikasikan, dan berdampak baik
bagi kehidupan masyarakat banyak.
Karakter yang
tidak mudah menyalakan orang lain atau keadaan, akan lebih cenderung memilih
damai dalam dalam perbadaan dari pada konflik. Sebab dalam kedamaian kekuatan,
kesejahteraan hidup manusia dapat diwujudkan. “Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah,
maka kelak Kami memberi kepadanya pahala
yang besar”. (An Nisaa, 4:114).
ITULAH sebab-sebab rasional mengapa menyalahkan
orang lain HARAM, karena bertentangan dengan ketentuan dari Tuhan. Setiap yang
bertentangan dengan ketentuan Tuhan maka termasuk perbuatan dosa. Arti dari perbuatan dosa itu sendiri adalah
karakter buruk, bencana, penyakit, dan kehancuran. Sekalipun pada ujungnya
manusia akan menuju kehancuran dan kebinasaan, manusia-manusia berkarakter baik
menginginkan mati dalam kebaikan. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment