MUHAMMAD PLATO
“Tidak
mungkin orang-orang percaya kepada rasul-rasul, sebelum ia beriman kepada
Allah; sedangkan beriman kepada Allah melalui ucapan para rasul atau melalui
kitab-kitab suci, tidak dibenarkan”. (Syed Muhammad Abduh). Pernyataan ini saya
kutif dari Muhammad Abduh tahun 1999, saya jadikan kata-kata mutiara dalam skripsi saya.
Waktu
ujian sidang, dosen penguji bertanya tentang maksud pernyataan yang saya kutif
dari Muhammad Abduh. Waktu itu saya tidak berani mengemukakannya, karena takut
menyinggung atau disangka menjadi penganut ajaran agama yang menyimpang.
Sekarang
saya ingin mengemukakan apa maksud dari pernyataan Muhammad Abduh tersebut.
Beliau ingin menyampaikan kepada kita bahwa pada akhirnya sumber pembenaran
kita kepada rasul dan seluruh ajarannya harus berawal dari keimanan kepada
Allah.
Sebaliknya
beriman kepada Allah karena ucapan-ucapan para rasul, atau kitab suci tidak
dibenarkan. Jika kita beriman kepada Allah karena ucapan para rasul dan kitab
suci, kita telah menjadikan rasul dan kitab suci sebagai penyebab keimanan. Karena
demikian, keimanan kita menjadi bukan karena Allah tetapi karena rasul dan
kitab suci. Sedangkan para rasul dan kitab suci memerintahkan kita semua untuk
beriman kepada Allah saja.
Kesimpulannya,
pernyataan Muhammad Abduh, mengajarkan kepada kita untuk memurnikan keimanan
hanya kepada Allah saja, tidak kepada selain-Nya, Maka dari itu, jika kita saat
ini masih meihat kebenaran berdasarkan kepada siapa yang menyampaikannya, maka
kita sedang menduakan Tuhan.
Fenomena
apa yang dikemukakan Muhammad Abduh, masih terjadi di zaman sekarang. Fanatisme
beragama tidak lagi murni kepada Tuhan, tetapi lebih mengatasnamakan tokoh, dan
golongan. Kondisi masyarakat semacam ini sangat rentan diadu domba. Tuhan dikotak-kotakkan
menjadi pemilik kelompok dan tokoh-tokoh tertentu.
Sering
kita temukan, orang berkeyakinan melakukan sesuatu, bukan karena keimanan
kepada Tuhan tetapi atas anjuran sebuah kelompok atau tokoh. Melaksanakan hari
raya idul fitri pada hari tertentu karena ikut organisasi. Berani melakukan
sedekah karena atas anjuran guru agama. Mau ikut pengajian karena penceramahnya
selalu membuat hati senang. Rajin shalat berjamaah di masjid karena pengurus
masjid termasuk kawan dekat.
Melihat
kondisi masyarakat semacam ini, saya takut masyarakat tidak lagi beriman kepada
Tuhan, tetapi kepada kelompok dan tokoh-tokoh yang diagungkannya. Keimanan semacam
ini akan melahirkan perpecahan, karena setiap orang menjadi fanatisme kelompok
dan orang-orang yang diidolakannya.
Padahal
di dalam kitab suci telah dijelaskan bahwa keimanan itu hanya kepada Tuhan.
Para rasul hanya perantara Tuhan dalam menyampaikan kebenaran. Jika para rasul
sudah menyampaikan kepada kita bahwa keimanan kepada Tuhanlah yang membenarkan
semua keyakinan. Maka keimanan kepada Tuhan harus menjadi sebab dari segala
tindakan.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin,
orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di
antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal
shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Al Baqarah, 2:62).
Rasul telah beriman kepada Al
Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
(Al Baqarah, 2:285)
Kondisi
yang sangat berbahaya ketika masyarakat beriman kepada selain Tuhan, masyarakat
akan terus dibayang-bayangi oleh konflik sampai menjadi konflik terbuka.
Negara-negara di Timur Tengah, terpecah belah, saling membunuh hanya karena
keimanan kepada kebenaran yang dianut oleh kelompok-kelompok, dan tokoh-tokoh yang
diikutinya.
Saya
tutup tulisan ini dengan pernyataan saya sendiri, “JIKA ANDA BERIMAN KEPADA TUHAN,
TAPI TERPECAH BELAH. BACALAH ATAS NAMA TUHAN, SAMPAI KALIAN TEMUKAN TUHAN ITU
PEMERSATU. JIKA KALIAN MASIH MELIHAT KEBENARAN BERDASARKAN PADA SIAPA ORANG
ATAU KELOMPOK YANG MENYAMPAIKANNYA, MAKA ANDA SEDANG MENDUAKAN TUHAN”.
Sesungguhnya
kalian diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi umat yang satu, yaitu penyembah satu
Tuhan. Jika kalian menemukan firman Tuhan disampaikan maka atas nama Tuhan lah
kalian baca, bukan siapa yang menyampaikannya. Semoga kita semua diberi hidayah
oleh Allah swt. Amin. Wallahu’alam.
(Penulis
Master Trainer @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment