Belum
menjadi MANUSIA sesungguhnya, jika seluruh pemikirannya belum dibimbing Al-Qur’an.
Ini pernyataan pribadi saya, setelah enam tahun meneliti logika-logika berpikir
di dalam Al-Qur’an.
Untuk
mendekatkan diri dengan Tuhan, pola pikir dari Al-Qur’an ini, diberi nama
logika Tuhan. Kemudian diaplikasikan dalam dunia pendidikan sebagai alat untuk
pembentuk karakter-karakter tangguh.
Salah
satu perintah kepada para pendidik di dalam Al-Qur’an adalah “jangan mewariskan
generasi yang lemah”. Generasi yang
lemah ditandai dengan hilangnya karakter pemimpin tangguh.
“Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”. (An Nisaa, 4:9)
Untuk
melahirkan generasi kuat, butuh doktrin pembentuk karakter. Isi doktrin adalah “ucapan,
perkataan yang benar”. Ada empat doktrin pembentuk karakter pemimpin tangguh yang
diajarkan Tuhan kepada manusia. Doktrin ini saya kemas secara singkat agar
mudah ingat. Saya sebut dengan “Doktrin 4H”.
1.
Haram Mengeluh
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada
dalam susah payah”. (Al Balad,
90:4). Manusia sudah ditetapkan harus hidup susah, buat apa berbicara
kesusahan, karena dihindari atau tidak kesususahan akan menghampiri setiap
orang. Menghindari kesususahan adalah pekerjaan sia-sia. Kesusahan adalah sebab
kemudahan. Kesusahan bukan untuk dikeluhkan tapi harus harus dinikmati, dicari,
selanjutnya sabar menunggu datangnya kebaikan. Come on plesase! enjoy your suffering and stop complaining.
Mengeluh hanya akan
merendahkan kualitas pribadi, dan sama dengan menolak ketentuan Tuhan. Menolak
ketentuan Tuhan adalah pembangkangan yang akan menggelincirkan manusia ke
tingkat rendah.
2.
Haram menyalahkan orang lain
“Setiap anak Adam tidak
akan lepas dari kesalahan”, begitu inti sebuah hadis Nabi Muhammad saw.
Penyebab kesalahan bukan datang dari luar. Kesalahan datang dari diri sendiri
sebagai konsekuensi dari hukum Tuhan, “siapa membawa kabaikan, kebaikan itu
untuk dirinya sendiri. Siapa membawa kejahatan maka kejahatan itu untuk dirinya
sendiri”.
Dasar pikirnya sangat
jelas. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Al Israa,
17:7).
Menyalahkankan orang
lain adalah pekerjaan sia-sia dan hanya akan menurunkan kualitas pribadi
sebagai manusia.
3.
Haram putus asa
“…dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir". (Yusuf, 12:87). Putus usa sama dengan
menganggap Tuhan tidak ada. Maka dari itu orang putus asa sama dengan orang
kafir, (tidak percaya Tuhan).
Sadar atau tidak, Tuhan
akan tetap ada. Mereka yang sadar Tuhan itu ada, tidak akan pernah putus asa.
Selama sadar ada Tuhan, harapan akan tetap ada. Selama orang itu hidup, Tuhan
akan tetap hidup, sampai orang itu mati Tuhan akan tetap hidup. Maka siapa yang
menganggap Tuhan ada, harapannya tidak akan pernah mati. Siapa yang menganggap
Tuhan tidak akan mati, optimismenya tidak akan pernah ada batasnya sekalipun
kematian.
4.
Harus berkorban
Dalam sebuah hadis
dijelaskan, “setiap ujian berbanding lurus dengan pahala”. Semakin besar ujian
semakin besar pahala. Logika ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Semakin
besar pengorbanan semakin besar keuntungan. Semakin besar pengorbanan semakin
besar kesuksesan.
Manusia yang paling
berani adalah mereka yang berani berkorban demi kepentingan orang lain. Setelah
shalat dianjurkan untuk sedekah, zakat, wakap, infak, hibah, dll. Semua itu
bagian dari perintah berkorban. Perintah berkorban dijelaskan dalam ayat
pendek. “Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu dan berkorbanlah”. (Al-Kautsar, 108:2).
Mereka
yang mampu mengaplikasikan empat karakter di atas, akan tampil jadi
pemimpin-pemimpin hebat, dan hanya kematian yang dapat menghentikan usahanya
dalam melakukan kebajikan.
Selanjutnya,
inti dari seluruh pendidikan adalah membangkitkan kesadaran manusia tentang
kebesaran Tuhan. Manusia-manusia yang percaya kepada Tuhan, akan tampil jadi
penyejahtera alam.
Agar
seluruh isi pendidikan yang diberikan di dunia pendidikan memberikan kesadaran
adanya Tuhan, maka sudah seharusnya untuk bangkit, menjadikan kitab suci
Al-Qur’an sebagai sumber pengembangan ilmu pengetahuan. Sekarang ilmu-ilmu yang
dikembangkan harus lahir dari kitab suci Al-Qur’an.
Untuk
mewujudkannya kita butuh manusia dengan ciri-ciri empat doktrin karakter di
atas. Semoga Tuhan membimbing kita semua. Amin.
No comments:
Post a Comment