Saat
ini saya masih dibayangi oleh persepsi masa kecil saya tentang Tuhan. Sejak
kecil saya diperkenalkan oleh orang tua dan guru-guru ngaji bahwa Tuhan memerintahkan
malaikat menghukum orang-orang yang berbuat jahat. Tuhan mengancam, memasukkan
manusia ke dalam api neraka yang menyala-nyala jika manusia berbuat salah.
Tuhan dalam persepsi saya adalah sosok kejam dan menakutkan.
Saya
yakin, beberapa dari Anda memiliki persepsi dominan yang sama dengan saya tentang
Tuhan. Persepsi saya tidak jauh berbeda dengan umat Hindu yang mengenal tiga
sosok Tuhan dengan sifat-sifatnya yaitu Tuhan Pencipta, Pemelihara, dan
Perusak. Pada akhirnya orang-orang Hindu sangat takut pada Tuhan perusak. Orang Hindu
mendistribusikan dzat Tuhan ke dalam tiga wujud (polytheis), sedangkan persepsi
Islam sifat-sifat Tuhan ada dalam satu wujud tunggal (monotheis).
PUNCAK GEDUNG SATE / TUHAN JADIKANLAH KAMI PEMAAF |
Dalam
ilmu psikologi, persepsi manusia terhadap Tuhan, akan menjadi cerminan prilaku
manusia dalam beragama. Jika manusia dominan mempersepsi Tuhan sebagai tukang
hukum mereka yang salah, maka manusia itu cenderung membenci dan ingin
menghukum setiap pelaku kesalahan. Kasus-kasus bom bunuh diri di Indonesia salah
satu faktornya dapat ditimbulkan oleh persepsi manusia tersebut tentang Tuhan.
Persepsi
Tuhan sebagai tukang hukum, bisa jadi faktor timbulnya kekerasan dalam agama. Persepsi
ini juga berdampak pada sikap masyarakat penganut agama yang kaku, dan tampil
kurang ramah terhadap perbedaan.
Persepsi
tentang Tuhan yang ditawarkan Al-Qur’an, Tuhan menginginkan Diri-nya hadir,
tampil, dalam pikiran setiap manusia sebagai dzat yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang,
bukan sebagai algojo.
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang
kafir". (Al-Baqarah:286).
Ayat
di atas, saya coba pahami dengan dasar ilmu berpikir yang saya kuasai. Ayat di
atas sedikitnya menjelaskan, Tuhan tidak memberi beban kepada seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya, artinya setiap orang sudah diberi
kesanggupan (kemampuan). Tidak ada satu orang pun manusia yang hidup tidak
memiliki kemampuan. Setiap kejadian, masalah, yang menimpa seseorang sudah sesuai
dengan kemampuannya. Seberat apapun beban masalah yang kita pikul, sudah sesuai
dengan kemampuan. Artinya Tuhan tidak ingin dipersepsi sebagai Pemberi beban
karena setiap manusia sudah diberi kemampuan.
Selanjutnya,
jika Tuhan menetapkan manusia mendapat pahala dan siksa dari apa-apa yang diusahakan
dan dikerjakannya, maka dari itu Tuhan tidak menghukum siapapun yang lupa dan berbuat
salah. Manusia hanya menerima dari apa yang diusahakan dan dikerjakannya. Artinya
Tuhan tidak ingin dipersepsi oleh manusia sebagai Pemberi hukuman.
Jadi
persepsi yang ditawarkan kepada manusia tentang Tuhan dalam Al-Qur’an adalah bukan
Tuhan tukang hukum, yang kejam dan kaku. Bukan Tuhan yang suka memikulkan beban
dan bukan pula Tuhan tukang memberatkan hidup manusia.
Tuhan
ingin dipersepsi sebagai wujud yang ramah, yaitu Tuhan pemberi maaf, pemberi ampun,
pemberi perhitungan (keadilan), dan pemberi pertolongan. Untuk itu, Tuhan ingin
manusia tampil menjadi pribadi-pribadi ramah, pemaaf, pengampun, adil, dan pemberi pertolongan. Inilah
citra Tuhan yang harus hadir dalam setiap diri manusia, agar manusia jadi
rahmat bagi seluruh alam. Semua ini dimulai dari persepsi manusia tentang
Tuhan.
“Beri maaflah kami; ampunilah kami;
dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir". (Al-Baqarah:286).
Demikian
penjelasan singkat ini saya sampaikan. Jika apa yang saya sampaikan anda anggap
salah, itu memang dari saya. Jika apa yang saya sampaikan Anda anggap benar,
itu bukan dari saya, tapi dari Pemberi Maaf, Pemberi Pertolongan, Pemberi Keadilan.
Ya Tuhan, jadikanlah kami manusia-manusia ramah yang berhasrat pemaaf dan pemberi pertolongan.
Amin. Wallahu’alam.
I love you God!
(Muhammad Plato, @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment