Seorang pejabat kawan dekat, memberi nasihat kepada saya, “kebenaran itu berbeda
dengan kebaikan, tidak selamanya yang benar itu baik”. Rupanya filosofi ini dianut juga oleh beberapa
murid saya.
Saya
terka pola pikir mereka terlahir dari pengalaman hidup dilapangan yang sering
terjadi perbedaan antara aturan yang ditetapkan dengan tindakan. Sebagai
contoh, dalam pengurusan KTP, pembagian raskin, dalam aturan bahwa pembuatan
dan pembagian raskin adalah nol biaya. Pada faktanya dua kegiatan itu selalu
berbiaya sekalipun tanpa tarip jelas (seikhlasnya).
Nah
dalam kasus ini, orang yang membuat KTP atau mengambil jatah beras raskin tanpa
mengeluarkan biaya karena taat aturan dikatakan sebagai orang benar, tetapi
tidak baik. Orang-orang yang hidup lurus
dalam aturan cenderung tidak disukai karena menurut mereka bukan orang-orang
baik. Kalau begini pendapatnya, ini kekeliruan dalam berpikir.
Menurut
pendapat mereka tidak akan ada orang yang benar dan baik, kecuali orang-orang
terasing dari kehidupan masyarakat. Orang benar dengan yang baik, akan selalu terpisah
dan berdiri masing-masing. Pandangan ini lebih dekat pada pola-pola pikir
sekuler, yang memandang antara aturan agama dan negara berjalan sendiri-sendiri.
Menurut Sorokin mentalitas orang-orang seperti ini termasuk bermentalitas
budaya pseudo idealitstik.
Saya
kaji definisi BENAR dan BAIK dari sudut pandang paradigma baru yaitu pandangan
itegralis, memandang bahwa dunia bukanlah entitas terpisah, tapi merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam paradigma baru, sumber-sumber
pengetahuan dari agama bisa diakomodir untuk melihat suatu fenomena, demikian
juga dalam membangun definisi.
Konsep
benar dan baik dapat kita jumpai dalam agama. Bagaimana agama menempatkan
konsep benar dengan baik? Apakah agama
melihat konsep benar dan baik sebagai suatu yang terpisah? Mari kita lihat dalam
keterangan kitab suci Al-Qur’an di bawah;
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa
berat timbangan kebaikannya, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al ‘Araaf, 7:8).
Mereka datang membawa baju gamisnya
(yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya`qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk)
itu; maka kesabaran yang baik itulah
(kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang
kamu ceritakan." (Yusuf, 12:18)
Sebenarnya
orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka
dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barang siapa yang disesatkan
Allah, maka baginya tak ada seorang pun yang akan memberi petunjuk. (Ar ra’d, 13:33).
“…Fir'aun
berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan
kepadamu selain jalan yang benar".
(Al Mukmin, 40:29).
Agama
tidak memisahkan antara konsep benar dan baik. Berdasarkan penelusuran ada 49
ayat yang secara bersamaan membicarakan konsep BENAR dengan BAIK. Berikut saya
kemukakan karakteristiknya;
KONSEP
|
KARAKTERISTIK
|
BENAR
|
JALAN
JANJI
PETUNJUK
|
BAIK
|
PANDANGAN
PERBUATAN
|
Kebenaran
berkaitan dengan normatif, aturan, atau etika, sedangkan kebaikan berkaitan
dengan perbuatan, termasuk cara pandang kita terhadap suatu perbuatan. Kesimpulannya
setiap yang benar pasti baik, dan yang baik belum tentu benar.
Wujud
kebenaran jika dalam aplikasi kehidupan di masyarakat adalah
peraturan-peraturan yang berlaku berdasarkan ketetapan negara. Sebaik-baiknya
aturan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam agama.
Maka
segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh negara ada kebenaran. Hidup
berdasarkan aturan yang berlaku menurut negara adalah kebaikan. Aturan yang
telah ditetapkan oleh negara memiliki derajat kebenaran karena telah ditetapkan
melalui ketetapan Tuhan yaitu musyawarah. Jikalau kebenaran tersebut
bertentangan dengan kebenaran dari Tuhan, maka selayaknya aturan tersebut bisa diubah
melalui proses keputusan yang telah disepakati bersama.
SETIAP KEBENARAN
|
AKAN SELALU JADI
SEBAB
|
KEBAIKAN
|
SETIAP
KEBAIKAN
|
BELUM TENTU
JADI SEBAB
|
KEBENARAN
|
Setiap
kebenaran (aturan yang berlaku di masyarakat yang tidak bertentangan dengan
kehendak Tuhan), jika ditaati akan jadi sebab prilaku baik, sebaliknya tidak
semua kebaikan menjadi kebenaran.
Etikanya,
dalam bergaul di masyarakat kita harus memahami aturan-aturan yang berlaku, agar
kita menjadi orang-orang baik.
Menyimak
nasihat kawan saya, “kebenaran itu berbeda dengan kebaikan, tidak selamanya
yang benar itu baik”. Mungkin saja kawan
saya ini menemukan aturan-aturan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan,
sehingga berpendapat demikian. Maka dari itu tugas bagi kita semua adalah merevisi
dan menyusun kembali aturan-aturan yang berlaku di masyarakat yang bertentangan
dengan kehendak Tuhan. Pada intinya, setiap kebenaran akan melahirkan prilaku
baik. Wallahu ‘alam.
Kebaikan dan kebenaran itu adalah satu paket yg tidak bisa dipisahkan. Karena dalam kehidupan seseorang, kedua hal tsb merupakan keinginan dan kebutuhan hidup sehari-hari.
ReplyDeleteHemmm,,, sulit yaa Ibu rumah tangga biasa,, nggak bisa ngerti yang pean jabarkan
ReplyDeleteYang gampang gini ,, 5x2= ? Berapa ,,jawabnya yang benar 10,,,selain itu salah itulah kebenaran, tapi kalau anda beli kue,,10 biji dan yg jual dengan senyum ramah menambah satu ,,jadi sebelas biji ,,anda bilang baiknya ibu penjualnya,,,nah simpulkan yaa,, salam hormat
ReplyDeleteberpikir itu ada pijakannya dan semua pemikiran harus dari pengetahuan yang benar. kita berserah diri bahwa pengetahuan yang benar dari Tuhan YME. Al-Qur'an adalah pengetahuan dari Allah.
ReplyDelete