Kisah
Abu Bakar ini, saya kutif dari buku Misbah Em Majidy (2013:264). Di dalam buku
ini dikisahkan bahwa Abu Bakar merupakan sosok pemikir. Oleh Nabi Muhammad saw,
sosok Abu Bakar disandingkan dengan Nabi Ibrahim. Dalam cerita Al-Qur’an, Nabi
Ibrahim dikenal sebagai sosok yang pandai berdebat. Logika-logikanya dibangun
berdasarkan logika ke-Tuhan-an. Berikut
adalah saya paparkan isi dialog Abu Bakar dengan para sahabatnya.
“Para
sahabat mendapati Abu Bakar sedang memikirkan sesuatu, salah seorang diantara
mereka bertanya, “ wahai Abu Bakar, apa yang terjadi kepadamu sedari tadi kami melihatmu seperti sedang memikirkan
sesuatu.”
Abu
Bakar menjawab, “Aku sedang menafakuri ayat Al-Qur’an.”
Mereka
bertanya, “ayat Al-Qur’an manakah itu, wahai Abu Bakar? Lantas, Abu Bakar
melantunkan firman Allah swt. Berikut ini;
“Dan jika Allah menimpakan sesuatu
bencana kepadamu maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan
jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tidak ada yang dapat menolak
karunia-Nya…” (QS. Yunus, 10:107).
“Kini
aku mengerti bahwa jika Allah menghendaki kebaikan untukku, tidak ada seorang
pun yang bisa melenyapkanya dari ku selain-Nya. Adapun jika Allah menghendaki
kejelekkan untukku, tidak ada seorang pun yang mampu menghindarkannya
selain-Nya”.
Adapun
semenjak memaknai ayat ini, Abu Bakar tidak lagi risau memikirkan masalah
rezekinya.
Pertanyaannya
mengapa Abu Bakar tidak risau dengan rejekinya, setelah menafakuri ayat ini? Menurut
pemahaman saya, dalam ayat ini mengandung ajaran bahwa ketentuan buruk (bencana)
dan baik (rejeki), sepenuhnya ada di tangan Tuhan. Maka dari itu, ketentuan
buruk dan baik adalah keniscayaan hidup yang akan selalu ada dalam romantika
kehidupan manusia.
Oleh
karena itu, menghilangkan keburukan adalah hal yang sia-sia karena dia akan
selalu ada dalam kehidupan kita, sebaliknya menolak-nolak kebaikan sama sia
sianya.
Dari
ayat ini kita diajarkan oleh Tuhan, bahwa dalam hidup kita diapit oleh dua
ketentuan yaitu baik dan buruk, cara terbaik menyikapinya adalah dalam kondisi
baik dan buruk kita harus selalu ingat Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan.
Maka
ketika Abu Bakar ditanya oleh para sahabat, ayat mana lagi yang mengesankan
relung hatinya? Lalu Abu Bakar melantunkan firan Allah berikut ini:
Maka Ingatlah kepada-Ku, Aku pun
akan ingat kepadamu… (QS. Al Baqarah, 2:152)
Dengan
sebab ayat ini, kita memahami bahwa orang-orang terbaik bukanlah orang yang
terhindar dari bencana atau memiliki banyak rezeki, karena orang-orang terbaik
adalah mereka yang selalu ingat Tuhan dalam segala kondisi. Selama kita bisa
ingat Tuhan, maka Tuhan akan memberi yang terbaik untuk kehidupan kita. Itulah
kira-kira pamahaman Abu Bakar, sehingga dirinya bisa menjadi tenang dalam
menghadapi segala kondisi.
Sabda
Rasulullah, saw. Tentang Abu Bakar, “Abu Bakar mengungguli kalian semua bukan
karena banyaknya salat dan puasa, melainkan karena sesuatu yang bersemayam di
dalam hati (red: termasuk dalam pikirannya)”
Demikian
keburukan saya dalam berpikir hingga berani memahami ayat-ayat Tuhan dengan
logika. Namun apa yang saya lakukan telah dicontohkan oleh para Nabi dan
sahabat-sahabat terbaiknya. Semoga kita semua diberi hidayah oleh Allah swt. Wallahu
‘alam.
(Muhammad Plato, @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment