Tuhan
adalah tempat bergantungnya manusia. Seluruh tujuan hidup manusia adalah
kembali kepada Tuhan. Inilah komitmen ketauhidan manusia.
Tapi
benarkah dalam setiap tindakan kita sudah bergantung kepada Tuhan? Banyak hal yang
tidak kita sadari bahwa kita telah mengabaikan Tuhan. Terutama dalam mengambil
keputusan. Dalam mengambil keputusan Tuhan kadang terlupakan sehingga tidak
dijadikan sebagai rujukan.
Komitmen
kita, hanya bergantung pada Tuhan, keajegannya dapat kita lihat pada saat kita
mengambil keputusan. Dari mulai keputusan-keputusan kecil sampai kepada
keputusan-keputusan besar.
Di
setiap hari sebenarnya manusia selalu mengambil keputusan. Jika dalam sehari ke
dalam otak manusia masuk minimal 60.000 pikiran, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap hari kita tidak akan kurang dari 60000 kali mengambil keputusan. Mulai dari
mau makan, tidur, buang air kecil dan besar, semua dilakukan terlebih dahulu
dengan mengambil keputusan.
Dalam
kehidupan sehari-hari, ada orang yang menunda-nunda perkawinan karena menunggu
adiknya menikah. Ada juga orang yang ingin buru-buru menikah karena malu sama
tetangga. Selanjutnya ada orang yang ingin pernikahannya dirayakan di hotel
berbintang, karena teman-temannya rata-rata menikah di hotel berbintang.
Semakin besar biaya pernikahan, semakin bangga dihadapan orang-orang.
Seorang
suami ada yang bekerja banting tulang, demi memenuhi keinginan istrinya untuk
membeli rumah dan mobil mewah. Seorang pejabat, bekerja siang malam, demi
mendapat penghargaan dari pejabat yang menjadi atasannya.
Seorang
ibu, berusaha keras untuk menyekolahkan anaknya ditempat mahal, untuk menyaingi
tetangganya. Orang tua menikahkan anaknya dengan seseorang, dengan alasan
menjaga peredaran harta kekayaan agar tidak keluar dari keluarga besarnya.
Jika
kita berkomitemen, bahwa Tuhan sebagai tempat satu-satunya bergantung maka kita
harus berani kerkomitmen bahwa lingkungan, situasi, kondisi, manusia, makhluk
gaib, tidaklah menjadi sebab dalam setiap pengambilan keputusan.
Ada
tiga komitmen manusia kepada Tuhan yang harus kita jaga. Komitmen tersebut
dirangkaikan dalam tiga ayat berikut:
Komitmen
pertama adalah, “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.
(Al Ikhlas:2). Ayat ini berbicara komitmen manusia, bahwa Tuhan sebagai
satu-satu tempat memohon pertolongan. Mengingat kehidupan manusia penuh dengan
penderitaan. Sebagaimana telah menjadi ketetapan Tuhan bahwa
manusia harus menempuh hidup susah payah, namun Tuhan juga lah yang menjadi
penolongnya.
Komitmen
kedua, “Katakanlah: "Aku berlindung
kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,” (Al Falaq:1). Ayat ini menegaskan kembali
komitmen pertama bahwa manusia tidak akan terpengaruh dengan berbagai kondisi
alam, karena yang menguasi alam adalah Tuhan. Dalam surat Al Falaq, kondisi
alam dimetaforakan dalam kata subuh dan malam. Komitmen ini menegaskan bahwa
manusia tidak akan terpengaruh dengan hal-ha yang bersifat material. Hal-hal
yang bersifat material ini bisa berbentuk harta benda, atau cara berpikir
materialis.
Komitmen ketiga, "Katakanlah:
"Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia". (An
Naas:1). Ayat ini juga mengaskan kembali untuk tetap menjadikan Tuhan yang Esa
sebagai penolong, dan tidak akan terpengaruh dengan manusia. Pengaruh dari
manusia yang harus diwaspadai adalah ajaran-ajaran ideologi yang membangkitkan
nafsu-nafsu yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Ajaran-ajaran ini bersifat abstrak atau ghaib.
Ajaran-ajaran
ideologi yang abstrak atau ghaib dimetaforakan oleh Tuhan dengan kata, “dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada manusia”. Jadi hal yang berbahaya dari manusia adalah
pengaruh negatif dari pola-pola pikir yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
No comments:
Post a Comment