Logika
Tuhan memiliki kekekalan karena ditetapkan oleh Tuhan, logika alam memiliki
kefanaan karena alam pada hakikatnya adalah fana. Siapa yang mencari kebaikan hidup
di dunia dan akhirat maka logika Tuhan akan mengantarkannya. Mereka yang
memahami logika alam akan dapat menguasai dunia, tetapi belum tentu menguasai
kehidupan dirinya sendiri.
Belajar
logika dari alam akan mengantarkan manusia menghormati kepada alam, namun belajar
logika Tuhan akan mengantarkan manusia menghormati Tuhannya. Mereka yang
menghormati alam, belum tentu menghormati dirinya sendiri. Mereka yang
menghormati Tuhan, akan memahami dirinya sebagai makhluk terhormat dan
memperlakukan alam dengan penuh rasa hormat.
Kegagalan
mereka yang fokus belajar logika-logika alam, tidak berhasil menemukan Tuhan
sebagai maha pencipta. Mereka terperangkap, terjebak, tertipu oleh
logika-logika alam yang fana. Mereka yang benar-benar tertipu dengan logika
alam adalah mereka yang menjadikan alam sebagai Tuhan.
Untuk
lebih memahami apa itu logika Tuhan, saya akan mengungkap poin penting dan menyajikan
perbedaannya. Mudah-mudahan dengan penyajian ini Tuhan memberikan pengetahuan
(hidayah) kepada kita semua.
PUSAT PERUBAHAN
Menurut
logika alam pusat perubahan ada di alam, sehingga untuk melakukan perubahan
manusia harus merekayasa alam. Berbagai teknologi harus diciptakan untuk
merekayasa alam. Dampak dari rekayasa alam adalah munculnya masalah-masalah
alam yang menuntut manusia untuk melahirkan rekayasa baru.
Ketergantungan
pada logika alam, akan melahirkan prilaku ketergantungan pada alam. Manusia-manusia
yang tergantung pada alam akan mengalami kesulitan melakukan perubahan karena
mensyaratkan fasilitas yang tersedia di alam.
Kenyataannya
kecepatan tumbuhnya masalah alam akibat rekayasa, tidak berbanding lurus dengan
kecepatan tumbuhnya teknologi baru untuk menyelesaikannya. Maka terjadilah
krisis alam yang sulit diantisifasi dan menimbulkan masalah alam baru. Sehingga
karena masalah alam yang timbul tidak segera dapat diantisifasi, masalah alam
terus menerus bertambah semakin kompleks dan mengancam kehidupan manusia. Itulah
kegagalan manusia dalam mensejahterakan hidupnya, karena terlalu fokus memahami
logika dari alam.
Dalam
logika Tuhan, pusat perubahan ada di dalam diri manusia. Tuhan tidak akan
mengubah keadaan seseorang atau kaum, jika seseorang atau kaum itu sendiri yang
mengubahnya. Ini adalah logika Tuhan yang didoktrinkan dalam kitab suci. Bisa dilihat dalam Al Qur’an surat Ar ra’d ayat 11.
Sebelum
menciptakan teknologi, hal yang harus dibangun adalah pemahaman terhadap
teknologi yang akan diciptakan. Teknologi memiliki dampak baik dan buruk. Jika
tidak dipahami oleh manusia penggunanya, maka teknologi akan berbalik arah
menyerang manusia.
Pelatihan dan sosialisasi mendalam terhadap lahirnya sebuahnya teknologi harus direncanakan
dengan sengaja. Teknologi tidak
diperkenalkan hanya sebatas untuk komersial, tetapi teknologi seharusnya
diperkenalnya dengan prilaku dan etika yang harus dilaksanakan dalam
menggunakannya. Lahirnya teknologi harus dibarengi dengan perangkat norma dan
etika dalam menggunakannya. sebelum teknologi lahir, norma dan etikanya harus lebih dulu diciptakan.
Lahirnya
teknologi tidak serta merta hanya untuk meningkatkan keuntungan semata, tapi
harus diajarkan bahwa manusia akan mengalami perubahan norma dan etika dalam
bermasyarakat. Lahirnya plastik telah membawa manusia pada kemudahan dalam
hidup, tetapi rendahnya pemahaman manusia terhadap teknologi plastik, telah
melahirkan masalah baru dengan bergunung-gunungnya sampah yang sulit diurai
oleh organisme.
Tanpa
perubahan dari dalam diri manusia, masalah sampah akan melahirkan masalah baru.
Tanpa perubahan dalam diri manusia, ketika teknologi sampah ditemukan maka akan
lahir masalah baru, karena prilaku hidup membuang sampah sembarangan dengan
ditemukannya teknologi baru akan semakin manjadi-jadi. Kebanyakan orang akan
berpikir ketika teknologi pengolahan sampah ditemukan maka masalah sampah
selesai. Padahal masalah sampah ada pada diri masing-masing, dan
penyelesaiannya bukan di teknologi.
Inilah
kegagalan manusia yang tidak fokus pada sumber masalah hidupnya karena gagal
memahami dimana letaknya pusat perubahan. Tuhan telah mengajarkan bahwa siapa
yang membawa kebaikan maka kebaikan akan dia dapatkan, dan siapa yang membawa
keburukan maka keburukan akan dia dapatkan. Ketentuan ini bisa dilihat dalam Al Qur;an surat Al Israa ayat 7.
Sebagian
besar umat manusia saat ini merasa berhasil merekayasa alam dengan teknologi,
tetapi gagal merekayasa dirinya sendiri. Oleh karena itu teknologi lahir tidak
pernah berhasil menyelesaikan masalah dirinya sendiri. Wallahu ‘alam.
(Muhammad
Plato @logika_Tuhan)
No comments:
Post a Comment