Hal yang membuat
pikiran saya kacau adalah ketika berdiskusi dengan yang tidak tahu cara
berpikir tapi merasa benar. Mereka yang merasa benar tidak akan pernah membuka
ruang pikirannya untuk memahami pikiran orang lain. Inilah kegagalan setiap
orang dalam memahami rahasia Tuhan.
Untuk itu saya perlu
membereskan pikiran mereka dengan memberikan arahan tentang cara-cara berpikir.
Dulu pelajaran berpikir biasanya diberikan kepada mahasiswa tingkat satu, tapi sekarang
matakuliah itu jadi tidak ada. Padahal matakuliah ini sangat penting
dipelajari, karena merupakan ruhnya para mahasiswa dalam memahami dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ada pemahaman keliru,
bahwa para ahli pikir akan memikirkan segala sesuatu dengan pikirannya. Padahal
tidak demikian, berpikir ada objek-objeknya. Artinya ada yang perlu dipikirkan
ada yang tidak. Para ahli pikir punya rambu-rambu dalam berpikir. Dalam aturan
berpikir ada hal-hal yang tidak perlu dipikirkan karena kalau dipikirkan justru
malah sia-sia.
Dalam agama objek
pemikiran manusia adalah seluruh alam ciptaan-Nya. Tuhan bukanlah objek yang
harus dipikirkan manusia. Jika manusia memikirkan tentang siapa Tuhan, maka
jawabannya adalah kesia-siaan. Untuk memahami siapa Tuhan bukan memahami objek
Tuhannya melainkan harus memahami dari berbagai jenis ciptaan-Nya, dari situ
kita akan menemukan kecerdasan, ketelitian, dan keagungan Tuhan.
"Istilah logika digunakan pertama
kali oleh Zeno dari Citium (334-262 SM) dari kata logikos dan kata ini berasal
dari kata logos yang artinya yaitu akal atau pikiran, sedangkan logikos
mempunyai arti sesuatu yang diutarakan dengan akal".
(http://www.ipapedia.web.id/2015/01/beberapa-cabang-filsafat.html)
Logika adalah objek
ciptaan Tuhan. Setiap manusia diciptakan dengan kemampuan logikanya. Pengertian
logika menurut kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan kaidah tentang
berpikir (kata benda). Pengertian
lain adalah jalan pikiran yang masuk akal (kata
kerja).
Jadi saya simpulkan pengertian
logika Tuhan adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah berpikir yang dikembangkan
dari kitab suci Al-qur’an. Pengertian lain, logika Tuhan adalah jalan berpikir
atau pola berpikir yang masuk akal berdasarkan pola-pola, petunjuk, yang
terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an.
Dalam mengembangkan
logika Tuhan, saya berpedoman pada objek kajian yang dikembangkan dalam
filsafat yang dibagi menjadi tiga objek yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
- Ontologi membahas keberadaan sebuah realitas. Berbicara tentang objek-objek yang akan jadi bahan pemikiran.
- Epistemologi, membahas tentang metode dalam menghasilkan realitas. Berbicara tentang tata cara dalam menghasilkan sebuah realitas baru.
- Aksiologi, membahas bagaimana sebuah realitas diimplementasikan dalam tataran aplikasi.
Berdasarkan pemilahan cabang
filsafat di atas, logika Tuhan dikembangkan tidak berdasarkan pemisahan tapi
berdasarkan kesatuan sebagai berikut:
- Ontologi; logika Tuhan adalah kajian yang mencoba mengungkap pengetahuan-pengetahuan yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an.
- Epistemologi; logika Tuhan adalah kajian yang mencoba mengungkapkan sebuah metode untuk menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru yang bersumber dari pengetahuan-pengetahuan yang terdapat dalam kitab suci Al Qur’an.
- Aksiologi, logika Tuhan adalah pengetahuan berupa panduan berpikir yang dikembangkan dari kitab suci Al-Qur’an.
Dengan demikian pada
tataran diksusi, logika Tuhan akan lebih banyak berbicara pada kajian
aksiologi, yaitu menemukan pola-pola berpikir rasional yang dijelaskan dalam
kitab suci Al-Qur’an. Objek kajiannya jelas yaitu pengetahuan-pengetahuan yang
terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an.
Kelak saya berharap,
logika Tuhan akan berkembang menjadi ilmu berpikir yang dikembangkan dari kitab
suci Al-Qur’an. Inilah ilmu yang akan membawa manusia ke peradaban tinggi. Semoga
Allah swt meridhainya. Amin.
(Muhammad Plato
@logika_Tuhan).
saya sangat senang dengan apa yang bapak tulis. tempo hari saya share link blog logika tuhan. beberapa orang antusias dengan apa yang saya lakukan, bahkan saya jadikan bahan diskusi yang mendidik sebagai upaya peningkatan keimanan. Namun ada pula yang bersilang paham mengenai logika tuhan itu sendiri dan membuat seakan-akan saya sesat. tapi saya kira mereka belum mengerti apa yang dimaksud. tulisan di atas sebagai jawaban kepada mereka yang mengindahkan logika dalam beragama. izin share pak.
ReplyDeletealhamdulillah....irwan firmansyah semoga cepat kelar s2 nya. kata dr Naik, jangan belajar agama dari penganutnya, belajarlah dari kitab sucinya. ukuran bahwa kita telah memahami agama dengan benar adalah kita akan selalu ingat Allah swt apa pun yang menimpa kita...semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua....
ReplyDeletedan pahami dengan baik logika-logika yang diajarkan Allah dalam Alqur'an. dijamin bakal paham agama Islam melebihi para kiyai yang sudah ada... dijamin....pikiran kita akan jadi seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan ALi bin Abi Thalib.
ReplyDeleteSaya "menikmati" tulisan ini sebagai lanjutan diskusi di koridor Sangga Buana, hehe ...
ReplyDeleteiya pak yonri, saya lihat pak yonri orangnya open minded. itulah modal setiap manusia untuk bisa menjadi yang terbaik. orang-orang yang cenderung tidak terbuka pada perubahan, saya takutkan mereka tertutup hidayahnya dari Tuhan.
ReplyDeleteterimaksih atas komentarnya....
Saya masih belum faham ni ustadz, apa yg dimaksud dg logika Tuhan itu? Apakah tuhan memiliki logika atau bagaimana? Melihat tulisan di atas menarik sekali untuk didiskusikan, ada hal yg menimbulkan rasa penasaran yaitu tentang tdk bolehnya mengetahui "siapa Tuhan", mengapa bisa berkesimpulan seperti? Sebab yg saya fahami kita tdk akan mengenal Tuhan yg kita sembah kalau tidak memahami-Nya. Oleh sebab itu objek Tuhan sebagian bagian dr kajian filsafat perlu dibicarakan, karena objek filsafat itu bukan hanya fisik melainkan metafisik juga.
ReplyDelete